Pagi ini Koko mengantar Ceunah ke perpustakaan sebelum nanti berangkat kuliah. Lelaki itu membantu Ceunah karena kaki perempuan tersebut--entah bagaimana bisa--keseleo.
"Terimakasih, Koko-kun," ucap Ceunah begitu sampai didepan pintu perpustakaan.
"Sama-sama. Bisa masuk sendiri?" balas Koko. Ceunah mengangguk sambil tersenyum. Koko membalas senyum itu kemudian mengusap kepala Ceunah pelan. "Berusahalah supaya tidak terlalu banyak bergerak," pesan lelaki itu.
"Oke. Kurasa nanti siang kakiku akan baik-baik saja. Semangat untuk hari ini!" balas Ceunah.
"Aku akan meminta ijin Ayu-neesan supaya bisa pulang lebih awal dan menjemputmu." Koko menatap Ceunah serius, agak khawatir ketika melirik kaki Ceunah.
"Tidak perlu seperti itu. Aku bisa menjaga diriku sendiri," tolak Ceunah halus. Perempuan itu tau kalau Koko memang sedang sibuk mempersiapkan Pesta Akhir Tahun di kampus. Makanya, Koko sering pulang malam dan kehujanan. "Oh, iya. Kau sudah bawa payungmu?"
"Mm... Ada di dalam tas. Nanti siang aku akan mengajak Nao, Kei dan Yui mampir. Kita makan siang bersama, oke?" ucap Koko yang diangguki Ceunah.
"Sudah sana. Kau bisa terlambat kalau terus disini," usir Ceunah mendorong tubuh Koko pelan. Lelaki itu mendesah sebelum menurut dan berbalik badan.
"Tunggu, aku lupa sesuatu." Ceunah yang sudah hendak masuk ke dalam perpustakaan pun menoleh lagi ke arah Koko hanya untuk merasakan bibir lelaki itu menempel di bibirnya. "Have a good day." Koko nyengir lebar sebelum berlari menjauhi korbannya.
Ceunah yang sempat terdiam terkejut akhirnya terkekeh kecil. Sampai dia masuk ke dalam perpustakaan, Sana, Mina dan Momo menatapnya dengan tatapan genit. Sudah pasti ketiga rekan kerja Ceunah tersebut melihat kejadian barusan.
"Oh, apa itu tadi berarti sesuatu?" tanya Sana jahil.
"Kalian romantis sekali. Aku jadi iri," ucap Momo.
"Kurasa kami akan sering melihat dia mulai sekarang?" ledek Mina. Ketiga perempuan itu tertawa kecil melihat wajah Ceunah memerah.
Sambil menahan malu, Ceunah melewati ketiganya untuk menyimpan tas. Walaupun begitu bukan berarti Ceunah dibiarkan pergi sendiri dengan tenang. Mina, Sana dan Momo mengikuti dibelakang.
"Feo-san, siapa namanya? Kenalkan pada kami," pinta Momo.
"Dia masih kuliah kan? Kurasa aku pernah melihatnya pergi dengan Naoki-san dan satu orang lagi yang sering mengajakmu makan siang bersama. Siapa namanya itu? Keita-san" gumam Mina menimpali.
"Apa karena ini kau menghindari Ravi-san dan Kota-chan?" pungkas Sana ingin tau.
"Astaga! Tidak seperti itu!" tukas Ceunah, berbalik menatap ketiga temannya. "Kami tidak ada hubungan special, oke? Dan aku tidak menghindari Kota-chan, Sana-neesan," jelas Ceunah menatap satu per satu kawannya.
"Jelas-jelas kalian berciuman didepan pintu masuk tadi. Dan dia juga mengantarmu. Eh, tunggu! Kenapa kakimu dibebat begitu?" berondong Momo, baru menyadari kalau kaki Ceunah terluka.
"Keseleo." Ceunah menjawab pertanyaan Momo tapi mengabaikan pernyataan perempuan itu.
"Bagaimana bisa?" tanya Mina prihatin.
"Ini karena Koko-kun. Makanya tadi dia mengantarku sebagai bentuk tanggung jawab," sahut Ceunah.
"Kalau begitu, apakah ciumannya berguna sebagai obat?" ledek Sana nyengir lebar bersama Mina dan Momo. Pipi Ceunah bersemu lagi tapi perempuan itu tidak menyahut.
Kalau dipikir-pikir, aneh juga karena Ceunah tidak pernah menolak ciuman Koko sejak pertama kali. Lebih aneh lagi karena Ceunah tidak merasa jijik maupun marah. Keberadaan dan sifat Koko seolah sudah mendapat tempat tersendiri di kehidupan Ceunah. Sama seperti Xavier yang sudah lama tidak dia temui.
![](https://img.wattpad.com/cover/195518111-288-k484218.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Unmei No Akai Ito (Rate M) {Fin}
ChickLitMature content!!! Apa kamu percaya mitos?