25. Cerita

1.3K 234 76
                                    

Karena pesta Akhir Tahun tinggal sebentar lagi, maka intensitas Koko berada di kampus menjadi lebih padat. Walaupun ditunjuk sebagai seksi dokumentasi, lelaki itu tetap membantu melakukan ini-itu sesuai yang teman-temannya butuh.

"Koko, kau sudah mengajak pacarmu?" Ayu tiba-tiba datang menghampiri Koko yang sedang memasang hiasan dinding dengan seorang mahasiswa lain.

"Pacar apa? Oneesan bahkan sudah menolakku sebelum aku menyatakan perasaan." Koko mengaduh saat lengannya dipukul oleh Ayu. Perempuan itu tampak jengah dengan godaan adik tingkatnya tersebut.

"Bukankah kalian sudah baikan? Kau bahkan sering pulang lebih awal untuknya, kan?" ucap Ayu mengingatkan.

Oh, orang yang selama ini Ayu maksud adalah Ceunah? Batin Koko paham.

"Darimana kau tau kalau aku bertemu pacarku? Kau hanya mengarang, Oneesan," balas Koko meledek.

"Kurasa tidak." Ayu menyahut yakin. "Aku belum pernah melihatmu sebahagian tiga bulan belakangan. Tapi entah kenapa kau selalu menyangkal dan menggodaku. Kalau pacarmu marah lagi bagaimana?"

Koko hanya menjawab dengan sebuah senyum kecil. Dia tidak mengerti mengapa Ayu bicara seperti itu. Koko merasa dia tidak berbeda dari yang sebelum-sebelumnya. Mungkin hanya lebih terurus setelah Ceunah satu apartemen dengannya.

"Bawa lah dia ke pesta. Aku ingin bertemu dan mengenal pacar adikku, kau mengerti?" pesan Ayu sebelum kemudian pergi.

Terimakasih pada Ayu yang sudah mengingatkannya. Tapi, apa Ceunah mau datang? Dan kalau pun perempuan itu mau, bagaimana reaksi Ayu yang percaya kalau Ceunah isteri profesor Ravi? Oh, ya. Mungkin Ceunah justru akan pergi dengan profesornya tersebut.

Ah, kenapa pula dia mendadak ingin bertemu dan memeluk Ceunah? Ini menyebalkan sekali.

"Reido-san, apa pekerjaan kita masih banyak?" Koko bertanya pada partner kerjanya. Seorang mahasiswa teknik yang juga atlet Baseball kampus.

"Tidak juga. Hanya tinggal confetti. Kalau kau mau pulang lebih dulu tidak apa-apa," sahut teman Koko itu. Koko nyengir, merasa tidak enak karena sudah terlalu sering melalaikan pekerjaannya.

"Tidak, aku hanya bertanya."

Meski bicara begitu, Koko mengeluarkan ponsel untuk menghubungi Ceunah. Lelaki itu bilang tidak bisa menjemput Ceunah dari perpustakaan hari ini.

From: Ceunah

Baiklah

Koko menatap balasan singkat itu sebentar sebelum mengetik pesan lain.

To: Ceunah

Hati-hati di kereta. Kabarin aku kalau kau sudah sampai.

Kali ini perempuan itu tidak membalas. Hanya tanda sudah dibaca yang membuat Koko mengalihkan pandangan dari gawainya.

Sembari memperhatikan Ayu yang sedang memberi pengarahan lain, Koko memikirkan keanehan Ceunah belakangan ini. Teman seapartemennya itu kelihatan murung dan gelisah disaat bersamaan.

Awalnya Koko kira hal tersebut disebabkan oleh Kotaro yang tidak tinggal dengan mereka lagi. Tapi sepertinya bukan itu. Karena Ceunah tetap seperti orang putus asa meski dia sudah bertemu Kotaro ditempat kerja.

Mungkin Koko harus bertanya secara langsung. Ceunah belum pernah mengabaikan pertanyaannya atau berbohong selama ini. Agak mengejutkan mengingat mereka dulu hanyalah orang asing untuk satu sama lain.

"Okay, terimakasih atas kerja keras kalian hari ini!" Ayu menutup pertemuan mereka dengan senyum lebar disambut tepuk tangan para anggota panitia.

Koko segera bangkit untuk pulang. Tapi kemudian dia ingat kalau dia harus mengambil kameranya yang belum lama ini di servis. Koko menolehkan kepalanya mencari Ayu. Mungkin dia bisa sekalian menemani Ayu pulang karena jalan mereka searah.

Unmei No Akai Ito (Rate M) {Fin}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang