"Jadilah mama untuk Kotaro," ucap Ravi kala itu. Ceunah tentu saja kaget, tidak menyangka akan dilamar dengan cara seperti itu. Perempuan itu tertawa, mengira kalau Ravi sedang bercanda.
"Tidak. Aku serius. Jadilah mama untuk Kotaro jika aku sedang membutuhkan kehadiranmu. Sebagai balasannya, kau akan aman tinggal di Jepang dibawah perlindunganku. Baik dari penjahat dikota maupun mata keluargamu," tukas Ravi, serius.
Senyum Ceunah luntur. Dia mulai kembali memperhatikan ucapan Ravi meski bingung pria itu adalah orang baik atau bukan.
"Membutuhkan kehadiranku? Apa maksudmu?" tanya Ceunah."Kotaro kehilangan mamanya begitu dia dilahirkan. Dia tidak pernah merasakan kasih sayang seorang ibu, dan menurutku kau cukup dekat dengan Kotaro. Kotaro bahkan sering bercerita tentangmu jika sedang bersamaku. Belum lagi, sebagai pebisnis aku sering menghadiri pesta atau semacamnya," nada suara Ravi menurun jadi lebih santai. Pria itu bahkan menyenderkan punggungnya ke sandaran kursi.
"Mama Kotaro-chan sudah meninggal? Karena melahirkan Kotaro-chan?" desis Ceunah kaget. Ravi tidak mau menjawab, lebih memilih melanjutkan ucapannya.
"Pesta itu bisa jadi menyebalkan ketika Kotaro ikut dan bermain dengan anak-anak kolega bisnisku. Dia pasti berakhir dengan menangis sambil mencari sosok mama-nya." Ceunah terenyuh. Dia bisa membayangkan betapa beratnya itu untuk jiwa mungil Kotaro. Tapi, apakah harus dia?
"Kenapa anda tidak menikah lagi saja?" tanya Ceunah lirih. Yang mengejutkan, Ravi malah tertawa.
"Tidak. Kau bisa bilang kalau aku trauma," jawab pria itu.
"Atas?" Ravi kembali tidak menjawab. Dia justru meringis lebar dengan gaya mengancam. Ceunah punya perasaan, kalau hal yang Ravi sembunyikan memiliki alasan yang sama sepertinya menjomblo sampai saat ini.
Ceunah menghela napas sebentar kemudian membelokkan arah percakapan, "lalu tentang keamanan yang anda tawarkan, apa maksudnya itu?"
"Kau sudah melihatnya, Feodora. Kau sudah pernah pergi ke markas." Jawaban Ravi membuat Ceunah melempar ingatannya ke malam dimana dia menginap di rumah Ravi. Ada banyak orang yang berkumpul disekitar rumah seolah sedang menjaga sesuatu yang penting.
"Markas?" ulang Ceunah bingung.
Ravi tersenyum sedikit sebelum menjawab, "tampaknya kau tidak mengambil waktu untuk mengamati sekitarmu malam itu. Mau kuajak ke sana lagi supaya kau mengerti? Feo, aku tau kau tidak sebodoh itu."
"Aku menyadari pengawalmu dan juga gampangnya anda mendapat informasi tingkat tinggi. Sikap anda juga terkadang arogan. Anda membenci keluarga saya karena dari petinggi pemerintahan. Apa anda adalah pemberontak?" tebak Ceunah tenang.
"Pemberontak?" ulang Ravi, satu alisnya terangkat. Pria itu kemudian menggeleng lalu mengoreksi, "aku adalah putra tunggal mafia besar di Rusia. Dan aku juga menantu tunggal Yakuza terkuat di Jepang, Feo."
Jantung Ceunah rasanya jatuh ke perut. Perasaan ngeri menjalari setiap sel di tubuhnya. Mafia terbesar? Yakuza terkuat? Ya, Ceunah sudah dengar cerita tentang mereka. Hanya saja, menduga kalau bos dari dua kelompok tersebut ternyata seorang dosen, profesor, pebisnis beranak satu benar-benar jauh dari bayangan Ceunah selama ini.
Kepala Ceunah mendadak memutar kembali berita simpang-siur yang terdengar di rumahnya pada suatu pagi. Rusia dihebohkan dengan pemberontakkan besar oleh mafia-mafia. Pembunuhan rakyat sipil dan petugas pemerintahan menjadi berita yang tidak asing lagi.
Ceunah ingat, saat itu kedua orangtuanya tidak ada dirumah. Hanya ada dia, beberapa pelayan dirumahnya, dan juga adik laki-laki Ceunah yang masih balita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unmei No Akai Ito (Rate M) {Fin}
Literatura KobiecaMature content!!! Apa kamu percaya mitos?