BAB 3

2.1K 120 0
                                    


Bima menatap ke arah layar ponsel, karena seketika Indah mematikan sambungan telfonnya. Oke, sekarang ia tahu bahwa wanita itu marah terhadapnya, karena menolak pemintaan itu. Ia pikir Indah akan liburan ke Bali, tapi bocah malah ingin liburan ke Paris.

Paris itu kota romantis, karena kota itu di penuhi dengan bangunan sejarah kuno. Kota itu merupakan salah satu tempat favorit bagi pasang pengantin baru. Ya, siapa yang tidak ingin ke Paris, menikmati makan malam dan sajian wine anggur yang menggiurkan terlebih di iringi musik klasik menambah kesan romansa di sana. Tapi wajah Indah mengingatkannya kepada Mita kekasihnya dulu, ia takut bahwa ia akan lepas kendali di sana. Oh Tuhan, ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan di sana. Semoga aja imannya kuat mengahadapi Indah.

Ini sudah setahun ia melepas kepergian Mita dari sisinya. Tapi Rasa cinta itu begitu dalam sehingga ia tidak bisa membaginya dengan siapapun. Menyibukkan seperti ini, setidaknya ia bisa melupakan sejenak tentang kekasihnya. Ia merasa lemah jika mengingat Mita. Bersikap sok kuat itu hanya ekpetasi saja, bahkan setiap malam ia memandangi wajah sang pujaan hati. Wanita cantik itulah yang selalu menguatkannya. Ia akan membuktikan bahwa dirinya bisa mencapai apa yang ia inginkan.

Bima memandang beberapa laporan keuangan yang ada di atas meja. Semua berkas itu sudah ia tanda tangani sejak pagi. Ia mendengar suara ketukan di balik pintu,

"Masuk !," ucap Bima, berusaha tenang. Ia menatap Ojie yang berdiri di depan pintu. Ojie adalah salah satu manager restoran miliknya.

"Sore pak," ucapnya melangkah mendekati Bima.

"Sore juga Ojie,"

Ojie melangkah mendekati Bima, seperti biasa laki-laki itu tetap tenang, "Saya mau antar laporan bulan yang bapak pinta kemarin," ucap Ojie, lalu duduk kursi.

"Iya," Bima menatap map biru di hadapannya, ia mulai memeriksa laporan itu satu persatu, mereka merincikannya secara jelas. Laporan seperti inilah yang ia inginkan.

"Gimana kerjaan kamu selama ini? Apa ada kendala?," tanya Bima.

"Baik sih pak, enggak ada kendala sama sekali, kenapa pak?," ucap Ojie.

"Enggak ada apa-apa sih saya hanya ingin liburan saja beberapa hari," ucap Bima sekenanya. Entahlah ia merasa tidak enak menolak permintaan Indah, seketika wanita itu memenuhi pikirannya.

"Ya liburan aja pak, kita di tinggal bapak juga enggak apa-apa kok. Kita bisa kerja tanpa bapak, setiap hari juga seperti ini," Ojie tahu bahwa pemilik perusahaan ini sudah bekerja keras.

"Percaya sama kami pak, kita bisa bekerja dengan baik,"

"Ya, sudah seharusnya saya percaya sama kalian,"

"Oiya pak, katanya nanti mau buka kantor pusat di Jakarta ya pak,"

"Rencananya sih begitu, setelah di bukanya outlet Tangerang dan Bandung," ucap Bima.

"Saya mau pak di mutasi ke Jakarta,"

Alis Bima terangkat, "Jadi kamu mau di mutasi ke sana?,"

"Mau pak, cari suasana baru,"

"Oke, di tunggu saja," ucap Bima tersenyum menatap Ojie. Ia tahu bahwa laki-laki itu bekerja dengan baik.

"Permisi pak, saya keluar dulu,"

"Iya silahkan," ucap Bima.

Bima memandang ke arah layar ponsel setelah kepergian Ojie. Bima menyandarkan punggungnya di kursi, ia menekan tombol hijau pada layar. Ia ingin berbicara kepada gadis muda itu. Ia akan memepetimbangkan liburan ke Paris bersama Indah. Lagian ia juga perlu liburan, untuk melepas penat.

CINTA TAK PERNAH SALAH (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang