BAB 29

1.1K 61 0
                                    


Dimas membaringkan tubuhnya ditempat tidur. Ia memandang ke arah layar ponsel. Di cafe tadi mereka bertukar nomor ponsel. Sejujurnya ia tidak tahu apa-apa tentang wanita itu, selain bernama Indah dan supirnya bernama mang Diman. Tapi entahlah, ada ketertarikan tersendiri untuk mengenalnya lagi. Senyum wanita itu masih terbayang-bayang diingatannya, sesungguhnya dia tak kalah cantiknya seperti Mimin.

Ia sebenarnya bingung kenapa Indah dan Mimin, begitu tertarik dengan laki-laki bernama Bima itu. Apa kelebihan Bima sehingga Mimin dan Indah menyukainya. Rasa penasamnya terhadap wanita muda itu begitu kuat. Dimas menekan tombol hijau pada layar, karena ia hanya ingin tahu apa yang dilakukan Indah setelah perpisahan tadi. Suara sambungan terdengar, ia menunggu sang pemilik ponsel mengangkat panggilannya. Karena ketika menelfon Mimin, yang tak kunjung aktif, maka Indah lah yang menjadi tujuaanya. Dengan begitu ia akan tahu, kenapa mereka menyukai laki-laki sialan itu.

"Iya, halo,"

Dimas tersenyum, katika wanita itu mengangkat panggilannya, "Hai,"

"Dimas ya," ucap suara serak-serak sexy di balik speaker.

"Iya, kamu lagi apa?,"

"Enggak lagi apa-apa sih, baru selesai mandi,"

"Owh baru selesai mandi,"

"Oiya, boleh enggak sih mandi malam-malam gini? Banyak yang bilang enggak boleh ya, bisa sakit gitu katanya," Indah mengeringkan tubuhnya dengan handuk.

"Terus ...,"

"Ya, kamu kan dokter, boleh enggak sih?,"

Dimas lalu tertawa, padahal ini pertanyaan sepele yang sering ia dengar, "Ya boleh lah, enggak ada yang melarang juga. Malah di anjurkan,"

"Masa' sih,"

"Aku malah sering mandi malam sebelum tidur,"

"Mandi malam itu bagus, untuk menjaga kebersihan kulit dan kalau bersih otomatis tidur kamu lebih nyenyak, rasa lelah kamu juga bakalan hilang,"

"Owh gitu,"

"Kecuali pada bayi pada malam hari enggak boleh, bisa menyebabkan hipotermia. Temperaturnya bisa turun drastis, karena tubuh pada bayi kemampuannya belum sempurna untuk mengatur suhu tubuh,"

"Terus mitos mandi malam yang bahaya itu salah ya,"

"Salah dong, jangan percaya,"

"Aku percaya sama kamu deh yang jelas-jelas dokter. Kamu lagi apa?," tanya Indah memandang pantulannya di cermin.

"Lagi nelfon kamu,"

"Hemmm ...,"

"Aku boleh tanya nggak?," tanya Dimas.

"Tanya apa?,"

"Apa sih yang kamu suka dari Bima?,"

Indah menyandarkan punggungnya di kursi, "Apa ya, bingung juga jelasinnya gimana. Aku sih mikirnya karena orang tuaku suka sama dia, dan otomatis aku juga dong,"

"Jadi Bima udah dekat sama keluaga kamu?," Dimas sekarang tahu bahwa kasus mereka sama. Mimin kini sudah dekat dengan keluarganya.

Mereka di sini mempertahakan hanya karena ke dua orang itu dekat dengan keluarga, tidak peduli ada rasa atau tidak yang penting kebersamaan. Oh Tuhan, kenapa semua bisa kebetulan seperti ini.

"Owh gitu,"

Indah mengedikkan bahu, "Tapi entahlah, kayaknya usahaku sia-sia, sepertinya Bima menyukai Jasmine. Karena aku sering melihat Bima menelfon wanita itu, dan mereka mesra kebangetan, lebay sih kedengarannya. Kayak orang jatuh cinta gitu,"

CINTA TAK PERNAH SALAH (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang