BAB 14

1.3K 77 2
                                    


Akhirnya Indah dan Bima makan malam di salah satu restoran Le Jules Verne yang letaknya di lantai dasar apartemen ini. Restoran nampak sepi, mungkin karena cuaca yang tidak bersahabat. Jalan-jalan juga tak kalah sepinya, dan salju di luar sana semakin menebal. Belum sehari di sini ia sudah merindukan suasana hangat di Indonesia.

Bima memandang waitress membawa pesanannya. Ia melihat hidangan tersaji di meja. Inilah makan malam romantis sambil menatap turunnya salju di balik estalase kaca. Terlebih diiringi musik klasik yang menenangkan jiwa.

Mungkin orang perancis begitu antusias dengan segala makanannya. Bahkan di Jakarta juga tidak luput dengan hidangan Perancis di bandrol dengan harga selangit. Seperti biasa hidangan yang di sajikan begitu mewah, di atas piring besar berwarna putih, bak lukisan Remberandt van Rijn. Mau dimakan sayang karena begitu menawan, dan dimakanpun masih terasa lapar, karena porsinya sedikit. Beginilah makanan Perancis kebanyakan.

Di sini ia orang Indonesia, tidak terbiasa makan makanan seperti ini. Maklumlah perut orang Indonesia, yang makan nasi dengan berbagai macam lauk dengan porsi banyak. Sejujurnya ia tidak terlalu cocok makan ala ala Eropa ini. Jika disuruh memilih ia lebih baik makan nasi padang saja.

Bima melirik Indah, wanita itu memasukkan daging itu ke dalam mulutnya, "Kamu suka makan makanan ini?," tanya Bima, membuka topik pembicaraan.

"Enggak,"

"Sama kalau gitu," ucap Bima, memotong daging itu dengan pisau.

"Mungkin perut aku lebih cocok makanan Asia, seperti Thailand, Hongkong, Taiwan, Jepang, Korea. Dari pada makan steak firites ini dengan kematangan medium rare dengan kentang tumbuk"

Bima lalu tertawa, ia melihat Indah sama saja seperti dirinya. Ia lalu memasukkan daging ke dalam mulutnya. "Aku juga sama,"

"Kamu pasti senang, sekarang sudah liburan ke Paris,"

"Senang sih, tapi gimana mau jalan-jalan? turun salju kayak gini," Indah menatap ke arah estalase kaca. Sepertinya tidak ada tanda-tanda salju akan berhenti.

"Semoga saja besok saljunya berhenti, dan kita bisa melihat eiffel," ucap Bima.

Indah tersenyum, "Iya,"

"Banyak orang bilang kalau salju itu romantis, apalagi di Paris," ucap Indah.

"Jangan percaya, itu hanya ada drama korea winter sonata," ucap Bima sambil terkekeh.

"Winter sonata?," ucap Indah bingung.

"Aku pikir kamu belum menontonnya, film itu di produksi tahun 2002, dan kamu masih balita. Hanya drama percintaan yang sudah membius penontonnya. Jalinan cintanya berlatar belakang musim dingin, panorama salju yang menawan,"

"Kalau tidak percaya kamu bisa mengeceknya di google, teman-teman sekolahku dulu sangat menggilainya," ucap Bima sambik terkekeh.

"Nanti aku cari deh, penasaran juga kayak apa,"

Bima meletakkan garpu dan sendoknya di atas piring, "Kalau kamu mengatakan bahwa Paris Romantis itu benar, tapi tidak dengan salju" ucap Bima sambil tersenyum, ia meraih gelas menyesap wine secara perlahan.

"Salju itu ribet, jarak dekat aja kamu harus pakai jaket super tebal apalagi jalanan licin dan lama-lama di luar ruangan bisa hipotermia,"

Apa yang di ucapkan Bima benar adanya, "Apa yang membuat Paris itu romantis?," tanya Indah, ia menyudahi makannya, menatap wajah tampan Bima.

Bima meletakkan gelas itu di tempat semula, ia melirik Indah, "Misalnya seperti makan malam kita hari ini, suasananya yang tenang, diiringi musik romantis, pelayanannya ramah dan sajian wine yang lezat,"

CINTA TAK PERNAH SALAH (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang