BAB 24

1K 53 0
                                    


"Kamu belum tidur?," Bima memandang ke arah layar ponsel.

"Aku enggak bisa tidur, kalau enggak dengar suara kamu," Mimin menatap Bima di layar ponsel. Laki-laki itu hanya mengenakan baju singlet berwarna hitam, sehingga menampakkan otot bisep di lengannya.

"Di sana jam berapa?," tanya Bima.

"Udah hampir jam dua belas malam sih,"

"Itu udah malam banget, tidur gih, besok kamu kerja loh,"

"Enggak apa-apa, lagian kantor punya sendiri,"

"Kamu kapan sih pulang, lama banget,"

"Besok sore aku udah pulang dan lusa aku udah di Jakarta,"

"Aku jemput ya," ucap Mimin penuh harap.

"Kamu tunggu aja diapartemen siapin makan untuk aku,"

"Yah, padahal aku mau jemput kamu,"

"Aku janji langsung ke tempat kamu,"

"Iya deh,"

"Sekarang aku lagi di Praha," ucap Bima, itulah yang ingin ia kasih tahu kepada wanita cantik itu. Entahlah, kemanapun ia pergi sepertinya, Mimin harus tau, semua itu seakan sebuah kewajiban. Ia hanya ingin saling berbagi dengan wanitanya.

Mimin mengerutkan dahi, "Praha?,"

"Iya,"

"Wah, makin jauh aja perginya,"

Bima tersenyum, "Untuk hari terakhir,"

"Kamu ada niat enggak sih, ngajak aku ke Praha !," Mimin mengubah posisi tidurnya.

"Kalau aku nikahnya sama kamu, maunya kita bulan madu ke Praha,"

Mimin mendengar itu lalu tersenyum, "Serius,"

"Serius lah,"

"Aku mau liat dong view kota Praha dari balik kaca jendela kamar,"

Bima beranjak dari tidurnya, ia memenuhi pemintaan Mimin. Ia memperlihatkan suasana malam kota Praha. Walaupun ini sudah jam tujuh malam, tapi suasana di sini masih seperti senja. Jika di Indonesia jam segini pasti awan sudah menghitam, dan bulan pun menampakkan sinarnya. Bangunan-bangunan tua menghiasi sudut kota, suasana kota yang tenang dan hening. Ia bisa melihat kastil kastil tua yang masih terawat dan ia menatap para warga lokal masih berkeliaran di luar sana.

"Kamu sudah lihat?,"

"Iya udah, cantik banget ya,"

Bima tersenyum menatap Mimin, "Lebih tepatnya romantis, tapi di sini aku tanpa kamu. Jadi kadar romantisnya jadi berkurang,"

"Lama-lama kamu ini pinter gombal ya," Mimin lalu tertawa.

"Gombalnya cuma sama kamu," Bima lalu ikut tertawa, ah ia semakin merindukan wanita di balik layar ponsel itu. Ia ingin mengulang moment romantis ketika mereka berada di Bali kemarin. Ia rindu kecupan Mimin, ngobrol seharian, saling berpelukkan, menikmati angin pantai.

"Kamu kangen enggak sama aku ?," tanya Mimin.

"Iya, i don't know why i miss you so well,"

"Because you have stolen my heart," Mimin lalu tertawa, menatap wajah tampan itu.

"Sepertinya begitu, aku selalu berpikiran bahwa, all ia wanted was someone like you,"

Mimin tidak menutupi rasa bahagiannya ketika mengatakan bahwa dirinya orang diinginkannya selama ini, "Kamu sepertinya sudah terjerat dalam cintaku,"

CINTA TAK PERNAH SALAH (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang