BAB 36

1.4K 71 0
                                    


Koma itu bukanlah suatu penyakit, tapi merupakan fungsi otak berada di titik terendah sehingga orang tersebut tidak bisa merespon rangsangan sekitar. Meski tidur, tapi dia masih hidup dan sama sekali tidak bisa dibangunkan meski cara yang menyakitkan.

Koma seperti Mimin ini dinamakan cedera otak traumatis, akibat kecelakaan yang dialaminya. Dokter mengatakan bahwa Mimin tidak memiliki riwayat penyakit apapun, jadi pemulihan yang paling cepat agar merespon dengan bercerita. Menceritakan kisah-kisah menyenangkan bisa melatih otak agar memicu bangkitnya kesadaran saat koma.

Bima tidak kuasa menahan tangis, ia melihat sang pujaan hati terbaring dengan beberapa alat medis, yang masih terpasang ditubuhnya. Ia berusaha tegar, lalu melangkah mendekati wanitanya. Ia menepis air mata yang kini jatuh dengan sendirinya. Jujur ia tidak sanggup melihat Mimin seperti ini.

Bima lalu duduk di salah satu kursi, ya karena hanya ini lah disediakan. Bima menepis air mata, memandang wajah cantik itu.

"Hai sayang," ucap Bima, berusaha tegar.

Ia menarik nafas agat tetap tegar dan berbicara tenang, "Maafkan aku, seharusnya tadi aku dari bandara lalu menemuimu di apartemen melepas rinduku. Ini aku malah langsung ke kantor baruku,"

"Entahlah aku tidak tahu apa yang ada di dalam pikiranku, mungkin karena aku ingin segera menyelesaikan semua pekerjaanku dan setelahnya lalu berlama-lama denganmu,"

"Tapi sekarang aku malah mendapatimu dalam keadaan seperti ini,"

"Maafkan aku sayang,"

"Kamu jangan tidur terlalu lama, karena aku merindukanmu," air mata Bima tidak bisa ia tahan lagi, kini jatuh dengan sedirinya.

"Maaf aku menangis didepanmu, entahlah air mataku tidak bisa ditahan lagi, karena terlalu bahagia bertemu denganmu,"

Bima memberanikan diri menyentuh jemari lentik itu, "Sayang, aku sudah menelfon papa dan mamamu di Palembang, dan aku juga sudah menghubungi orang tuaku di Bali. Mungkin saat ini beliau sudah dalam perjalanan menuju ke sini. Mereka semua juga merindukanmu,"

"Sayang ...,"

"Kamu ingat enggak pertama kali bertemu bulan kemarin di Padma"

"Kalau tidak karena Gista menelfonku untuk menemanimu liburan, mungkin kita tidak saling kenal,"

"Kamu tau sendiri sahabat kamu itu seperti apa, dia memarahiku, katanya aku laki-laki sok ganteng, tidak ingin mengenal wanita secantik kamu,"

"Akhirnya aku mengalah dan lalu menemui dengan perasaan dongkol. Terlebih aku itu capek luar biasa,"

"Dulu yang aku pikir kamu bukan tipeku, karena dulu kamu memakai behel berwarna hijau, ya aku menganggapmu aneh, karena aku sama sekali tidak suka wanita memakai kawat gigi. Setelah aku mengenalmu, malah aku yang jatuh hati padamu,"

"Jika dulu aku berniat mengenalmu, misalnya saja kita ngobrol bersama. Mungkin aku tidak peduli lagi tentang behel berwarna hijaumu itu,"

"Aku ingin tertawa jika mengingat itu,"

Bima kembali memandang Mimin, dari mata itu keluar air mata. Ia tidak tahu reaksi apa yang terjadi pada wanitanya, sehingga mengeluatkan air mata. Ia merasakan jemari itu bergerak, Bima mengelus wajah cantik itu. Ia tahu bahwa Mimin mendengar suaranya, hanya tubuh itu sama sekali tidak bisa bereaksi apa-apa. Ia mengusap air mata itu dengan sapu tangan. Ia pandangi lagi wajah cantiknya.

"Sayang ...,"

"Wedding Organizer yang kemarin kamu inginkan nanti akan aku hubungi orangnya. Kamu ingin pernikahan sederhana kan? hanya mengundang 200 orang dan berlangsung private di Alila,"

CINTA TAK PERNAH SALAH (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang