BAB 27

1K 64 0
                                    


Dimas tadi sempat ke kantor Mimin, pegawainya mengatakan bahwa Mimin itu tidak masuk kerja hari ini. Ia mengarahkan mobilnya ke arah tempat tinggal Mimin. Ia memarkir mobilnya basement, ia melangkah menuju lobby, sambil mengedarkan pandangannya ke segala penjuru area. Lobby ini tetap sama, tidak ada yang berubah hanya ada beberapa security dan receptionis yang berjaga di depan lobby.

Dimas melihat seorang wanita berdiri di depan meja counter, wanita itu sedang beradu argument kepada sang penjaga gedung ini.

"Maaf mbak, enggak bisa masuk tanpa KTP," ucap wanita berkemeja hitam itu.

"Lagian mbaknya juga enggak tahu mau ke lantai berapa dan ada keperluan apa dengan penghuni apartemen kami,"

"Saya mau bertemu dengan penghuni yang bernama Jasmine mbak !,"

"Ayo dong mbak.!,"

"Enggak bisa mbak ! Peraturannya memang seperti ini,"

"Coba mbak telfon orangnya dulu, nanti penghuni bakalan jemput mbaknya ke sini. Saya tidak bisa memberi anda kartu visitor tanpa ijin seperti ini,"

Dimas mengerutkan dahi, penasaran kenapa wanita muda itu menanyakan Jasmine. Ia memilih berdiri, menunggu giliran bertanya. Lagi pula nama Jasmine itu banyak, siapa tahu hanya kebetulan saja mirip dengan nama Mimin.

"Ribet banget ya tinggal di sini. Padahal cuma rusun doang tapi peraturan ketat banget, ngalahin penjara !," dengusnya lagi, karena ia gagal bakalan masuk ke dalam tower apartemen.

"Gue enggak bakalan deh tinggal di tempat ginian. Kalau enggak kerena Bima, enggak bakalan ke sini," gerutu Indah kesal, menjauhi meja receptionis.

Dimas lalu melangkah menuju counter recetionis. Ia memandang mbak-mbak berpakaian jas hitam yang didampingi security. Dimas mengeluarkan KTP dari dompet,

"Saya mau ke lantai sembilan, ketempatnya Jasmine," ucap Dimas, sambil melirik wanita berpakaian biru. Wanita itu menoleh ke arahnya, sepertinya dia mendengar percakapannya.

"Maaf pak, ibu Jasmine nya sudah berpesan tidak menerima tamu siapa-siapa hari ini,"

Dimas mengerutkan dahi, ia mengambil KTP nya lagi. Ia tidak tahu kenapa Mimin seperti ini. Biasa dirinyalah adalah salah satu daftar tamu yang bebas masuk kapan saja di apartemen itu.

"Owh ya,"

"Iya,"

"Tapi saya ini calon suaminya loh mbak,"

"Coba bapak telfon calon istri bapak dulu, nanti dia pasti akan ke bawah jemput bapak,"

"Nomor ponselnya enggak aktif sih mbak, tapi biasanya saya boleh masuk loh," ucap Dimas.

"Maaf, enggak bisa pak soalnya bu Jasmine bilang sendiri sama saya tadi,"

Dimas menarik nafas ternyata ia gagal masuk, seperti wanita berpakian biru itu. Sebenarnya ia sulit mengerti kenapa Mimin seperti ini, perasaanya semakin tidak enak. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan selain pulang dari tempat ini. Ia juga tidak mungkin bisa masuk ke gedung uni tanpa akses kartu visitor.

Dimas menghentikan langkahnya menatap wanita muda yang tengah memperhatikannya di depan pintu lobby. Ia tahu bahwa wanita itu mendengar percakapannya. Dimas meneruskan langkahnya, karena ia tidak terlalu suka berbasa-basi kepada orang yang beru dikenal.

"Kamu cari Jasmine juga !,"

Dimas lalu menoleh kebelakang, ternyata wanita itu mengikuti langkahnya. Dimas melipat tangannya di dada, memperhatikan wanita itu. Wanita bertubuh ideal, rambutnya sebahu dan terlihat begitu muda. Ia tidak tahu ada hubungan apa wanita itu terhadap Mimin. Karena mereka baru saja bertemu, mencari orang yang sama.

CINTA TAK PERNAH SALAH (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang