BAB 2

2.5K 129 3
                                    


Indah menatap ke arah layar ponsel, jam digital itu menunjukkan pukul 15.20 menit. Ia sudah terlalu bosan di rumah, ingin rasanya segera liburan. Indah mencari kontak Bima. Ia mendapati apa yang ia cari, lalu menekan tombol hijau pada layar. Indah menaruh ponsel itu di telinga kiri sambil menunggu sang pemilik ponsel mengangkat panggilannya. Semenit kemudian sambunganpun terangkat,

"Iya Indah," ucap suara berat itu di balik speaker.

Indah tersenyum mendengar sang pemilik ponsel mengangkat panggilannya. Sebelum Bima pulang kemarin, mereka memang saling bertukar nomor telfon,

"Ini Bima ya," ucap Indah

"Iya," ucap Bima.

"Bima sibuk?," karena Indah mendengar suara berisik di balik speaker ponselnya.

"Enggak sih, tadi aku lagi di bawah ngecek kerjaan karyawan. Sekarang udah di kantor kok, ada apa?," tanya Bima. Ini merupakan pertama kalinya Indah menghubunginya.

"Aku udah selesai ujian nih, mau liburan ...," ucap Indah menggantungkan kalimatnya.

Bima memilih duduk di kursi, sambil bersandar, "Oke, kapan kamu akan ke Bali hemm," ucap Bima, sambil menatap ke arah layar komputer.

"Aku enggak mau ke Bali,"

Bima mengerutkan dahi, "Loh, bukannya kamu kemarin bilangnya mau ke Bali,"

"Enggak ke Bali aja kali, kemarin aku bilangnya mau Budapest, Paris, Hongkong. Kata Bima terserah aku mau kemana aja," ucap Indah mencoba menjelaskan.

Bima mengerutkan dahi, "Jadi kamu kemana?," tanya Bima.

"Ke Paris lah,"

Alis Bima terangkat, "Paris itu jauh loh,"

"Siapa bilang Paris itu deket,"

"Bukan gitu maksud aku, apa enggak terlalu jauh liburannya mau ke Paris,"

"Justru jauh itu yang seru, bener-bener liburan,"

Bima memijit kepalanya, memikirkan liburan bocah kecil itu. Bukannya ia tidak mau ke Paris, tapi saat ini ia sedang sibuk-sibuknya bekerja. Terlebih outlet yang ia tangani baru di buka. Ia tidak bisa meninggalkan begitu saja, karena ia masih belum percaya sepenuhnya kepada staff inti.

"Tapi aku lagi banyak kerjaan Indah, kalau kamu liburan ke Bali aku ajak kamu keliling, sekaligus bisa ngontrol kerjaan aku di sini," ucap Bima memberi alasan.

"Bima kok gitu sih, kan udah janji mau temani aku liburan kemana aja !,"

"Ya tapi kamu harus ngerti kerjaan aku juga. Aku masih pantau kerjaan karyawan,"

"Ih kok gitu," Indah mulai kesal dengan alasan Bima. Padahal laki-laki itu sudah berjanji kepadanya, untuk menemaninya liburan.

"Kamu liburan ke Bali aja ya,"

"Enggak mau,"

"Bali juga enggak kalah seru dari Paris,"

"Banyak banget alasan," dengus Indah, karena ia tidak suka dengan orang yang ingkar janji.

"Lagian visa dan pasport aku belum diperpanjang," ucap Bima mencoba menjelaskan.

"Kalau enggak bisa, bilang aja !, jangan kemarin bilang iya sekarang bilang enggak !,"

"Ngeselin tau enggak sih !," ucap Indah emosi, lalu mematikan sambungan telfonnya.

Indah meletakkan ponsel secara sembarang. Ia mengibaskan tangan, suasana mendadak gerah karena penolakkan itu. Indah keluar dari kamar lalu turun ke bawah. Ia berjalan menuju meja pantri, meneguk air mineral.

CINTA TAK PERNAH SALAH (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang