˻ 11 ˺ » Ajakan Belajar

44 8 0
                                    

"Kamu dari kelas satu emang ngga pernah berubah ya?" tanya Bu Sunmi ketika Ara sudah berdiri di depannya dengan kepala menunduk.

"Di matematika kamu sering banget remed, kalo bukan mentok. Ibu liat rapor kamu, cuma matematika aja yang mentok KKM. Kalo kamu begini, kamu bisa-bisa ngga lolos SN tahun depan Ara," lanjut Bu Sunmi. Ia memijit keningnya. Ara mengusap tengkuknya dan tersenyum kikuk.

Wali kelas Ara memang menaruh harapan di beberapa siswanya termasuk Ara, berharap Ara tahun depan bisa lolos jalur tanpa tes seperti yang Bu Sunmi sebut tadi.

Ara memang lumayan pintar, masuk ke golongan pintar yang standar. Tetapi Ara sendiri tidak mau berharap dengan jalur itu, dia tidak yakin. Nilainya saja masih kurang. Ia memastikan diri sendiri bahwa ia pasti tidak bakalan lulus.

Gurunya hanya mengoceh terus, tapi Ara masih tidak peduli.

"Ngga ikut SN juga saya gapapa bu," celetuknya.
Bu Sunmi mendengus kasar lagi berusaha menahan emosi.

"Aduhh Araaa,"

"Kalo kamu ngga ngerti di pelajaran Ibu, kamu bisa tanya apapun itu."

'Gimana mau nanya, situ aja killernya gimana kalo di kelas,' batin Ara.

"Atau kalo ngga, kamu tanya ke temen kamu yang lebih bisa," Ara mengangguk lagi. Selanjutnya Bu Sunmi memberikan nasihat demi nasihat ke Ara. Kata-kata Bu Sunmi seperti masuk ke telinga kanan dan langsung keluar lewat telinga kirinya.

"Ngerti kan kamu?" Pertanyaan Bu Sunmi hanya dibalas anggukan oleh Ara. Padahal Ara sama sekali tidak mengindahkan satupun kalimat guru matematikanya itu.

"Yasudah, kamu boleh keluar sekarang."

Ketika keluar dari ruang staff guru, Ara tidak sengaja berpapasan dengan Eunsang yang sedang membawa beberapa lembar kertas di tangan kanannya.

Ara hanya diam. Tidak mau tahu juga Eunsang ada perlu apa kesini. Tatapannya mendelik ke arah Eunsang lalu pergi.

Eunsang heran dan mengernyit 'Lah?'

~~~~~

"Woi," panggil Eunsang ketika Ara mulai memasukkan bukunya ke dalam tas. Bel pulang baru saja berdenting.

"Wai woi wai woi. Gue punya nama ya. Apa? Mau nyuruh lagi?" balas Ara.

"Mau belajar sama gue ngga?" Detik kemudian mata Ara membelalak kaget. Sebelah bibirnya terangkat naik dan lobang hidungnya mekar. Ara mengibaskan tangannya.

"Ngaco lo. Ngapain gue belajar sama lo? Gue udah pinter juga," balasnya lagi.

"Dih elu yang ngaco, mana ada orang pinter tapi remed?" Eunsang tersenyum miring, membuat Ara malah tambah kaget. Loh kok?

"Hah? Mana ada," elak Ara tidak terima. Kini perasaannya menjadi was-was. Tidak tahu pembicaraan Eunsang mau sampai kemana.

"Lah ga mau ngaku. Gue tau lo remed math ya,"

Benar saja. Ucapan Eunsang tepat sasaran dan membuat Ara tertohok. Raut wajahnya menjadi gelagapan.

"Bentar-bentar. Ini bukan Bu Sunmi ya ember ke lo kan?"

"Ngga tuh. Gue tadi liat langsung kali," Alis Ara bertaut. Otaknya berusaha mengingat.

Kapan?

Tadi.

Tadi. Detik itu juga Ara langsung malu. Ara ternyata kalah cepat. Eunsang pasti lebih dulu lihat sebelum ia menyembunyikan kertas kuisnya di dalam laci meja.

SHELTER «Lee Eunsang»Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang