"Kalo bisa, gue sih mau kita tukeran jiwa aja." - Ara💫
"Sorry ya gue telat," kata Ara sambil menelan ludah. Gugup, ia menarik kursi dan duduk."Lo abis dikejar anjing?" tanya Eunsang begitu melihat Ara yang keringatan. Ia lalu melepaskan kacamatanya. Tatapannya nampak datar.
Ara mengerjap, "Ngga, ojolnya tadi mogok, jadi gue lari kesini," jawabnya singkat. Tangan kirinya mengusap peluh di wajahnya.
"Gue paling benci ya sama orang yang suka ngaret. Kalo gue janji jam 3 ya jam 3 bukan jam 4. Lo ngapain aja sampe telat gini?" tanyanya lalu mengeluarkan tisu dari tasnya dan menyodorkannya ke Ara.
"Itu, errr... gue ngga sengaja ketiduran. Sorry banget," Ara menjawab dan berusaha menghindari tatapan Eunsang.
"Oh bagus ya ketiduran. Lo ngga liat hp lo gue berapa kali nelpon plus spam chat ?"
"Itu sorry lagi... Hp gue silent," Ara berusaha tersenyum canggung dan melihat ke arah lain.
Setelahnya terdengar helaan napas Eunsang. Ara menatap Eunsang sebentar.
"Lo- ngga mau marah lagi?" tanyanya takut-takut dengan suara kecil.
"Udahlah lupain. Gue ngga mau ribut lagi. Lagian lo ngga boong ke gue kan? ngga sengaja ketiduran kan?" Ara mengangguk.
"Bagus deh."
Eunsang lalu membuka buku catatannya. Ekspresi Ara langsung berubah menjadi heran.
"Ini buku lo, sering lo sobekin apa gimana? Tipis banget anjirrr," ujar Ara sambil mengangkat dan membolak-balikkan buku catatan Eunsang. Alis Eunsang terangkat dua-dua.
"Emang tipis darisono. Gue jarang nyatet di buku. Lebih sering simpen disini." Ia menunjuk keningnya.
Sontak Ara menganga selebar-lebarnya. Karena gemas, Eunsang langsung menyumpal mulut Ara yang menganga dengan kentang goreng yang ada di depannya. Ara langsung cemberut.
"Hah napa bisa gitu dah. Mana coba gue liat." Ara menyambar buku Eunsang. Halaman demi halaman ia buka.
Alisnya semakin mengerut. Pasalnya, setiab bab pelajaran, hanya kata kunci yang ia tulis. Tidak ada rumus sama sekali. Berbagai pikiran negatif mulai berputar di otaknya.
"Lo niat sekolah kaga sih anjeeeng?" tanya Ara ngga nyante.
Eunsang yang sedang menelan taro milktea-nya mendongak, "Niat lah."
"Ya trus ini kok lo ngga nulis apa-apa samsek. Ooohh gue tau nih, pasti kalo ulangan lo nyontek kan?"
"Ato jangan-jangan lo bawa pelampung ya? wah ngga bener ini mah."
"Mau lo gue laporin ke-"
Sebelum Ara ngaco lebih jauh dan ngga masuk akal, Eunsang langsung memotong kalimat Ara sambil mendengus kasar.
"Sorry ya nyontek bukan level gue," jawab Eunsang dengan kedua tangan yang menyilang.
"Heh belagu bener lu tong," balas Ara. Ia memutar bola matanya malas.
"Ngga belagu. Tapi ya gimana dong. Gue ngga mau songong, nih ya gue kasi tau."
Detik itu juga Ara mendekatkan wajahnya penasaran.

KAMU SEDANG MEMBACA
SHELTER «Lee Eunsang»
Fiksi Penggemar❝Kalo ada apa-apa tuh bilang.❞ - Lee Eunsang ❝Yaudah santai dong, ga usah ngegas.❞ - Shin Ara Everyone was pretend to hide their own pain. There is a story behind. Just ease. Slowly. warn⚠️ °contains harsh words, typo, baku - non baku, etc °latar...