❝Kalo ada apa-apa tuh bilang.❞ - Lee Eunsang
❝Yaudah santai dong, ga usah ngegas.❞ - Shin Ara
Everyone was pretend to hide their own pain.
There is a story behind.
Just ease.
Slowly.
warn⚠️
°contains harsh words, typo, baku - non baku, etc
°latar...
Tepat ketika Ara selesai mengerjakan PR-nya sore itu, ia keluar dari kamar. Dan bersamaan dengan itu pula, Mamanya juga baru saja keluar dari kamarnya. Penampilan Mamanya terlihat rapi seperti mau pergi. Melihat itu Ara menyahut.
"Mahh, Mau kemana?" tanyanya dan membuat Mamanya menoleh.
"Mama mau keluar dulu, mau belanja bahan makanan,"
"Mama baru sadar, tadi isi kulkas udah kosong," sambungnya. Ara hanya mengangguk dengan mulut berbentuk seperti huruf O. Mamanya membuka pintu, lalu mendadak memutar kepalanya lagi.
"Eh aduhh, Mama hampir lupa. Tadi Mama beliin martabak telor buat kamu, ada di kulkas. Kalo kamu laper, tinggal panasin aja di microwave, Mama jalan dulu ya," ujarnya lalu menutup pintu.
Setelah ia pastikan Mamanya pergi, Ara mengerjap agak lama. Ia melangkah ke arah kulkas dan membukanya. Cewek itu menghela napas kemudian mengambil ponselnya dari saku celana.
"Nyet, dimana? Lo di rumah ngga?" tanya Ara begitu panggilan terhubung.
"Hooh napa?" Suara seseorang yang ia telpon terdengar diujung sana.
"Gue kesana ya."
Belom sempat orang itu menjawab lagi, Ara memotong, "Gausa banyak cincong ya, ada yang mau gue kasih."
~~~~~
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pintu terbuka setelah beberapa menit Ara berdiri dan memencet bel di depan rumah. Orang yang dia telpon tadi -Junho- mengamati Ara sejenak dari bawah sampai atas.
Lantas, Ara mengangkat kantong plastik putih yang ia bawa tadi dari rumah. Memperlihatkan kepada cowok itu bahwa ia datang tidak dengan tangan kosong.
Junho langsung terkode, "Waoooww rejeki anak soleh mah emang ngga kemana," katanya dan langsung menyambar kantong plastik yang dipegang Ara.
Tanpa basa-basi, Ara menyerobot masuk ke rumah Junho dan duduk di ruang tamunya.
"Kesambet apa lu bawain gue makanan kek gini?" celetuk Junho tiba-tiba.
"Si anying bukannya terimakasih malah ngatain kesambet." Junho hanya tertawa kemudian berjalan ke dapur.
"Mama gue yang beliin. Gue ngga suka martabak, jadi daripada mubajir mending hibahin ke lo aja," lanjut Ara sambil mengedikkan kedua bahunya dan mengekori Junho berjalan ke dapur.
"Lah kalo ngga suka, kenapa Mama lo beli? heran."
"Woyy betewe, lo ada indomie ngga? Cacing-cacing gue laper nihhh," tanya Ara.
Alih-alih membalas kalimat Junho, ia malah menunjuk perutnya. Kedipan matanya membuat Junho merasa geli.
"Kalo ada kenapa?" Junho malah bertanya balik. Ara memasang muka memohonnya.