“Sa, kamu dimana ? kamu ngga lupa hari ini kan?”
Eunsang mendadak menjauhkan layar ponselnya dari telinga dan melihat tanggal.
Tanggal 13.
Ya, hari ini ulang tahun Jinwoo.
Eunsang menghela napas dan menempelkan ponselnya kembali ke telinga. Ia menggigit bibir. Mencoba berpikir dan mencari-cari alasan.
“Maaf ya Eunsang ngga bisa kesana, lagi kerja kelompok,” bohongnya. Sebisa mungkin suaranya dipelankan agar tidak terdengar.
“Sebentar aja emang ngga bisa kamu tunda ? Jinwoo kangen banget sama kamu,”
‘Oh cuma Jinwoo? Gimana dengan Mama? Mama ngga kangen sama aku?’
Seandainya,
Seandainya Eunsang punya keberanian lebih besar, pasti kalimat itu sudah ia ucapkan daritadi. Tetapi ia memilih diam lagi. Selalu begini.
Padahal Eunsang juga anaknya kan? Bukan hanya Jinwoo saja.
“Aku beneran ngga bisa, lain kali aja. Maaf. Aku tutup sekarang ya temenku udah manggil,”
“Sampe sekarang kamu masih anggap Jinwoo sebagai apasih ?” suara Mamanya terdengar sekilas tepat sebelum Eunsang menekan panggilan ditutup di layar ponsel. Eunsang mengerjapkan matanya sebentar.
“Kok lo bohong?” celetuk Ara tiba-tiba yang entah darimana sambil memeluk komik. Eunsang langsung gelagapan dan menolehkan kepala.
“Hah?”
“Ngomong sama siapa? Ngapain segala ngeles kerja kelompok taunya ngga,” ucap Ara frontal.
“Hah?”
“Hah hoh hah hoh mulu kek tukang keong,”
“Oh Itu- Yohan. Dia minta ditemenin beli DVD game. Gue lagi mager, soalnya tempatnya rada jauh, jadi gue boong,” sangkal Eunsang. Detak jantungnya mulai memompa karena ia menegang.
Sorot mata Ara nampak seperti menyelidik. Kedua alisnya juga ikut bertaut. “Masa sih? Kalo barusan Yohan, kok cara ngomong lo gitu. Aneh,”
“Ah tapi terserah sih, bukan urusan gue juga,” sambungnya sambil mengedikkan bahu.
Eunsang selamat karena akhirnya Ara tidak bertanya-tanya lagi ke Eunsang lebih jauh. Cewek itu kemudian melewati Eunsang yang masih berdiri dengan beberapa komik di tangan kirinya. Dan berjalan menjauh.
“Kenapa? Lo udah?” Eunsang berlari kecil dan mengekor di belakang.
“Ya menurut lo, kalo gue jalan ke kasir emang mau ngapain lagi?”
Tidak lama setelah penjaga di kasir memasukkan komik-komik ke dalam kantong plastik, Ara merogoh sakunya dan memberi beberapa lembar uang.
Dan setelah memastikan Ara benar-benar sudah keluar dari toko, Eunsang menggenggam erat ponselnya dan menatap kosong ke arah lantai pertokoan.
Hanya satu kalimat saja tadi,
Bisa merubah perasaan Eunsang jadi campur aduk begini.
💫💫💫
Sabtu pagi, sebelum bel berdenting Yena datang dengan wajah di tekuk. Pandangannya hanya terus mengarah ke bawah tanpa mendongak.
"Eh-eh anjing," seru Yena tiba-tiba.
Ia hampir saja jatuh ke lantai karena tersandung. Sedetik kemudian ia mengangkat kepalanya dan melihat Yohan cekikikan dengan kedua tangan masih main game di ponsel.

KAMU SEDANG MEMBACA
SHELTER «Lee Eunsang»
Fanfiction❝Kalo ada apa-apa tuh bilang.❞ - Lee Eunsang ❝Yaudah santai dong, ga usah ngegas.❞ - Shin Ara Everyone was pretend to hide their own pain. There is a story behind. Just ease. Slowly. warn⚠️ °contains harsh words, typo, baku - non baku, etc °latar...