2. Pandangan Pertama

21.8K 1K 25
                                    

Hal pertama yang Tata lihat ketika membuka mata adalah kekacauan di kamarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hal pertama yang Tata lihat ketika membuka mata adalah kekacauan di kamarnya. Ada begitu banyak paper bag yang berserakan di lantai, meja, dan sebagian lagi di kasur. Tata jadi berpikir, pasti Oma Sekar adalah sosok yang kaya raya. Buktinya, Tata diberi banyak sekali perlengkapan dari brand-brand ternama. Mulai dari baju, tas, sepatu, bahkan alat-alat make up, semuanya terlihat sangat berkelas. Tata Mungkin orang miskin, tapi dia bisa membedakan mana barang yang mahal dan yang murah. Karena selama hidupnya, Tata tidak pernah menyentuh barang-barang yang diberikan omanya tadi malam.

Jika Oma Sekar begitu kaya, kenapa kehidupan anaknya justru berbanding terbalik? Tata tahu jawabannya. Itu semua karena Bu Tania memilih cinta daripada kehidupan yang berkecukupan. Beliau terlalu mencintai ayah Tata sampai rela hidup susah. Tinggal di kontrakan kecil yang selalu menunggak untuk membayar, setiap hari makan tidak menentu, sering mengalami kematian listrik karena telat membayar. Untung saja Tata menerima beasiswa kurang mampu di sekolahnya, jadi keluarga mereka tidak dibebani dengan biaya sekolah yang tidak murah.

Terdengar helaan nafas panjang dari bibir Tata. Jadi ini kehidupan barunya? Terasa sangat asing, tapi mungkin memang ini jalan yang harus dilaluinya. Daripada Tata harus hidup sebatang kara di kontrakan itu, dia belum berpenghasilan sampai berani menghidupi kehidupannya sendiri. Tata segera bangkit dari tidurnya, membereskan kekacauan yang ada di kamar, kemudian segera ke kamar mandi. Karena hari ini adalah hari pertama Tata masuk sekolah baru.

Begitu selesai bersiap-siap, Tata segera bergabung di meja makan. Suasana canggung masih melingkupi interaksi Tata dan Oma Sekar. Karena ini adalah kali pertama mereka makan bersama di rumah ini. Jika di kontrakan Tata dulu, mereka selalu makan bersama, tentu dengan lauk yang dibeli oleh Oma Sekar dari restoran ternama. “Nanti Tata berangkat naik ojek online, Oma.” Entah kenapa, Tata ingin memberi tahu saja kendaraan apa yang akan membawanya ke sekolah baru.

Oma Sekar tersenyum hangat, sempat menghentikan makannya untuk merespon perkataan Tata. “Padahal Oma bisa siapin supir buat kamu, tapi malah nggak mau. Kamu hati-hati aja, langsung pulang kalau sekolahnya udah beres.”

Ucapan beliau hanya ditanggapi dengan senyuman dan anggukan dari Tata. Sudah terlalu banyak yang diberikan Oma Sekar kepada Tata. Meskipun mereka adalah nenek dan cucu, Tata merasa belum nyaman saja. Karena ini adalah pertemuan pertama mereka, di saat Tata sudah berusia 17 tahun. Bu Tania juga tidak banyak bercerita tentang keluarganya, mungkin tidak ingin membuat Tata sedih atau membuat suaminya terbebani. Beliau lebih fokus membesarkan Tata dan menjadi seorang istri yang baik.

Tata memandang takjub gerbang sekolah barunya. Pasti Oma Sekar harus membayar SPP yang tinggi untuk menyekolahkan Tata di sini. Dari luar saja bisa terlihat kualitas bangunannya, apalagi kalau tentang masalah pelajaran. Tata itu kurang pintar, nilai ulangan pas di KKM saja sudah syukur. Bagaimana dia bisa menyesuaikan diri di sekolah baru ini?

Jurnal Tentang Kamu [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang