13. Nanti

14.1K 807 44
                                    

Saat ini, Tata sedang ada di perpustakaan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saat ini, Tata sedang ada di perpustakaan. Membaca buku yang paling kanak-kanak di muka bumi. Dia tidak sendiri, menemani Odit yang sibuk dengan buku sketsa miliknya di meja yang lain. Baru hari ini Tata tahu bahwa sahabatnya yang satu itu memiliki keahlian di bidang menggambar. Gambarnya juga bagus, mendetail dan sangat hidup. Kalau cita-cita Odit menjadi seorang ilustrator, pasti dia akan menjadi ilustrator hebat yang terkenal. Tapi ternyata bukan itu, Odit ingin menjadi seorang menteri pendidikan, katanya.

Sudah dengar tentang gosip kedekatan Bara dan Tata? Sekarang sedang hangat-hangatnya, semua orang membicarakan itu. Berbeda dengan Friska yang akan menghajar Tata jika ada kesempatan, fans Bara yang lain justru terkesan percaya tidak percaya. Wajar saja, Tata dan Bara terlalu kontras perbedaannya. Semua orang berkata bahwa mereka berdua seperti langit dan bumi, tidak ada cocok-cocoknya. Tata tidak tersinggung, memang begitu faktanya. Mau bagaimana lagi?

Tapi satu hal yang sangat membingungkan. Selalu saja ada jalan untuk Tata dan Bara bertemu. Secara tidak sengaja, kemungkinan sekecil apapun itu, akhirnya mereka bisa berjumpa. Seperti sekarang ini, Tata sudah mematung di bangkunya saat mendapati Bara sudah duduk di sampingnya.

“Masih ada yang produksi Majalah Bobo? Kok gue baru tahu?” Bara merebut buku yang sedari tadi Tata baca. Ya, Tata membaca salah satu halaman komik yang ada di majalah anak itu. “Percuma sering ke perpustakaan tapi bacaannya yang kayak gini terus, Ta. Nggak bikin pintar!” Bara melempar asal buku itu ke atas meja. Untung tidak jatuh ke lantai.

Tata celingak-celinguk, takut ada petugas perpustakaan yang mendapati mereka sedang mengobrol. Lebih tepatnya, Bara yang terus berbicara. “Imagination is more important than knowledge, itu kata Albert Einstein,” jawab Tata sambil kembali membuka buku yang dilempar oleh Bara. Masa bodoh dia disebut bocah atau apapun itu, cerita salah satu komik yang sedang dia baca memang seru.

Kepala Bara mengangguk-ngangguk. Dia setuju dengan penuturan Albert Einstein itu. “Setuju sih. Tapi imajinasi itu unlimited, Ta. Lo bisa berimajinasi kapan aja. Tapi kalau belajar? Usia udah tua, susah buat ingat pelajaran sekolah. Makanya, dari jaman muda sekarang harus giat belajar.”

Tidak mau lagi meladeni ucapan Bara, Tata lebih memilih untuk melanjutkan membaca komik itu. Kini sudah berpindah ke cerita yang lain. Cerita pasaran, tentang kura-kura dan kelinci. Bukan apa-apa, Tata hanya tidak mau dikeluarkan dari perpustakaan karena ketahuan membuat keributan. Mungkin mereka bicara dengan pelan, tapi bisa terdengar sampai ujung ruangan. Karena semua orang yang ada disana, sibuk dengan kegiatan masing-masing tanpa menimbulkan suara sedikitpun.

Sedangkan Bara, menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi. Duduk menengadah sambil melihat langit-langit perpustakaan yang putih. Dalam hati dia bertanya, apa alasan Bara menghampiri wanita itu bahkan sampai mengganggunya? Itu sama sekali bukan karakter Bara yang biasa cuek, judes, tidak mau ikut campur dengan urusan orang lain. Tapi sudah tiga kali dengan ini Bara menghampiri Tata. Pertama, saat makan malam di rumahnya. Kedua, setelah pelajaran olahraga kemarin siang. Dan sekarang, Bara sendiri yang menghampiri Tata di saat gadis itu sibuk dengan majalah bocah.

Jurnal Tentang Kamu [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang