15. Beda Dunia

13.6K 839 55
                                    

Tata baru kembali dari supermarket terdekat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tata baru kembali dari supermarket terdekat. Membeli berbagai macam cemilan untuk menemani malam Minggunya. Mungkin Tata akan membaca novel fiksi di salah satu aplikasi yang sedang booming saat ini. Sebenarnya ada tugas untuk hari Senin, tapi masih ada besok, Tata mau bersenang-senang saja dulu untuk malam ini. Ia bukan siswa rajin yang tidak bisa menunda pekerjaan. Memang karakter Tata sudah begini, mau bagaimana lagi?

Ketika Tata tinggal masuk ke gerbang, terdengar deru motor dari rumah Bara. Refleks saja kepala Tata menoleh ke belakang, sedikit menyipitkan mata karena sinar yang terlalu mencolok dari lampu motor Bara. Pria itu berhenti mendapati Tata berdiri di depan gerbang. Mereka sama-sama terpaku dalam diam, memperhatikan penampilan masing-masing dan terpisah oleh jalan. Setelan mereka benar-benar berbanding terbalik. Tata dengan baju berwarna merah dengan tokoh kartun Minnie Mouse di dua sakunya, rambut dikuncir kuda, menenteng kresek hitam yang berisi berbagai jenis makanan ringan. Sedangkan Bara, dia tampak rapi dengan jaket kulit hitam, yang sepertinya baru, rambut klimis disisir ke belakang, tampaknya nyentrik dengan celana jeans warna putih.

“Habis dari mana?” tanya Bara, dia sampai membuka kaca helmnya yang sempat dipakai. Seharian ini, Tata tidak mau bicara, terkesan mengacuhkan. Mungkin karena kejadian subuh tadi, tapi Bara tidak mau ambil pusing.

Lupa bahwa dia sedang mogok bicara dengan Bara, Tata mengangkat kresek yang sedang dipegangnya. “Minimarket, jajan. Kak Bara mau ke mana? Mau ngapel, ya, kok rapi banget?”

Barat terkekeh, membuat Tata bingung untuk mencari bagian lucu dari pertanyaannya barusan. Pria itu sudah memposisikan tubuhnya untuk duduk tegap. Berkacak pinggang, dan menatap Tata dengan tajam dari kejauhan. “Kalau cemburu, bisa yang agak elit nggak, Ta? Lo kelihatan banget lagi stalking masalah asmara gue. Demen juga nih, sama gue?”

Kali ini, Tata yang terkekeh dari seberang jalan. Dia geleng-geleng kepala, lalu mengibaskan tangannya ke depan. “Kak, kalau pede bisa dikurangin nggak? Dengerin ya, aku bukan mereka yang memuja Kakak karena tampan, kaya, atau karena prestasi Kak Bara. Malahan aku banyak kesel ya sama Kak Bara, bikin emosi mulu!”

“Gengsi amat sih jadi cewek!” ketus Bara pada akhirnya. Dia memakai kembali helm full face kesayangannya, menyalakan mesin motor, dan menarik gas berulang kali sehingga terdengar bising di jalan yang sangat sepi itu. “Iya, gue mau ngapel. Ngapel sirkuit, biar dapat duit.”

Kening Tata berkerut, dia berusaha untuk mencerna ucapan Bara barusan. Tidak terlalu jelas, karena helm pria itu sudah ditutup dan juga beradu dengan suara deru motor yang tidak pelan. Tapi ketika satu kata muncul di benaknya, Tata langsung berlari, menahan lengan Bara yang hendak menarik gas. “Kak Bara mau balapan, ya?” Pria itu mengangguk, Tata tidak bisa melihat wajahnya dari luar. “Ngapain balapan kayak gitu? Bahaya!”

“Gue udah biasa kok balapan kayak gini. Gue mau jalan sekarang, masuk rumah sono,” jawab Bara dari balik helm.

Tidak menuruti apa yang dikatakan oleh Bara, Tata justru mengeratkan pegangannya di tangan pria itu. Masih mau bertanya. “Tante Lia tahu?” Kepala Tata mundur saat Bara mengangguk lagi. Sedikit bingung kenapa Bu Lia membiarkan anak kesayangannya ini terlibat balapan liar. Kemudian Tata menggeleng, dalam hitungan detik, dia sudah duduk di jok belakang motor Bara. “Aku ikut!”

Jurnal Tentang Kamu [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang