18. Pertanyaan

13.2K 720 36
                                    

Tidak menuruti perkataan Bara, Tata lebih memilih untuk pulang terlebih dahulu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tidak menuruti perkataan Bara, Tata lebih memilih untuk pulang terlebih dahulu. Dia sudah berjanji untuk membawa kedua sahabatnya ke rumah, dan baru bisa hari ini. Jika Tata ikut dengan Bara, bagaimana dengan Odit dan Haya? Tata juga belum siap untuk ditatap lebih tajam daripada siang tadi. Cerita tentang Bara yang mengantar Tata sampai ke depan kelas menyebar dengan cepat. Memperkuat spekulasi semua orang bahwa ada sesuatu di antara mereka berdua.

“Yuk, masuk,” ucap Tata kepada dua temannya setelah membuka sepatu. Odit dan Haya mengangguk, meletakkan sepatu mereka di kolong meja yang ada di teras, kemudian membuntuti Tata. “Assalamu'alaikum. Bi, Tata pulang sama teman-teman nih.”

Odit dan Haya langsung tersenyum ketika muncul seorang wanita paruh baya dari arah dapur. Mereka juga menyalami Bi Siti, seperti yang Tata lakukan. “Akhirnya, Neng Tata bawa teman juga ke rumah. Ayo silakan masuk, Bibi siapin dulu cemilan buat kalian.”

“Makasih, Bi,” ucap ketiganya secara bersamaan. Semua orang menertawakan kebetulan yang unik itu. Bi Siti masuk ke dapur, sedangkan Tata membawa kedua sahabatnya menuju kamar.

“Oma lo belum pulang, Ta?” tanya Odit sambil terus mengekori Tata. Dia tidak bisa menahan matanya untuk tidak melirik ke lantai atas. Rumah Tata benar-benar mewah, meskipun ukurannya tidak sebesar rumah Odit.

Tata menggeleng sebelum membuka kenop pintu kamarnya. “Oma pasti masih di restoran. Beliau punya usaha di bidang kuliner gitu. Padahal udah berumur, tapi tetap mengelola usahanya sendiri.” Karena yang Tata ketahui, Oma Sekar hanya memiliki sepasang anak, ibunya dan Om Andi. Om Andi tinggal dan mengelola perusahaan peninggalan opa yang ada di Bandung, jadi jarang mengunjungi Oma Sekar.

Begitu memasuki kamar Tata, keduanya terpesona. Kamar Tata merupakan kamar idaman semua remaja seusia mereka. Dinding tembok dicat sedemikian rupa sehingga jelas desain lautnya, menambah kesan sejuk dan juga luas. Ada satu boneka teddy bear dengan ukuran sangat besar di atas ranjang. Meja rias yang berwarna pink, penuh dengan berbagai jenis make up, yang mereka yakini tidak pernah disentuh oleh Tata. Lurus dengan pintu, ada lemari pakaian berukuran besar, di atasnya berjejer tas dengan brand-brand terkenal.

Mulut Haya sampai terbuka lebar-lebar saat melihat jejeran tas itu. “Ya ampun, Ta, semuanya ini tas yang gue pengen banget dari tahun lalu. Lo punya semuanya? Gue jadi pengen.”

Tata tersenyum tipis. Begitu besar kasih sayang omanya kepada Tata. Memberikan barang-barang mahal di saat mereka belum begitu saling mengenal, masih asing dan canggung satu sama lain. Tapi fakta yang sebenarnya tetap tidak bisa ditentang, mereka satu aliran darah. “Itu semua pemberian dari oma. Bingung aku pakainya, nggak tahu buat acara apaan,” Tata mengangkat bahunya. Karena bukan tas sekolah saja yang ada di atas lemari, ada juga sling bag, handbag, bucket bag, sampai wristlet, disana. Yang Tata gunakan hanya satu tas sekolah berwarna hitam polos dan satu mini backpack.

Jurnal Tentang Kamu [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang