4. Belum Usai

17.7K 938 16
                                    

Seperti malam-malam sebelumnya, setiap kali Bara turun ke jalanan, dia akan selalu menjadi pemenang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seperti malam-malam sebelumnya, setiap kali Bara turun ke jalanan, dia akan selalu menjadi pemenang. Begitu ia sampai di garis finish, ada banyak sekali wanita yang menghampirinya dengan tubuh yang di elok-elokkan. Mungkin untuk menggoda Bara, menunjukkan bahwa fisik mereka sempurna untuk bersanding dengannya, untuk disebut sebagai kekasih Bara. Tapi sayang, beribu kali mereka mencoba, hasilnya selalu berakhir dengan penolakan. Tepat sebelum tangan-tangan lentik itu menyentuh jaket kulit Bara, pria itu sudah menarik gas meninggalkan mereka.

Tidak bisa dipungkiri, mereka semua sakit hati dengan perlakuan Bara. Mereka pergi ke salon, membentuk tubuh seperti gitar Spanyol, diet supaya perut mereka ramping, usaha itu tidak bernilai apa-apa di mata Bara. Tapi setiap kali Bara menolak, perlombaan mereka justru semakin sengit untuk mendapatkan hatinya. Mereka selalu yakin, bahwa keberhasilan tinggal beberapa langkah lagi.

"Kita makan-makan aja," ucap Bara tanpa turun dari motornya.

Sontak saja semua orang, yang sedang bergembira karena baru menerima uang dari pihak Ivan, melirik ke arahnya, untuk memastikan bahwa mereka tidak salah dengar. Tapi ketika motor Bara berlalu begitu saja, itu artinya apa yang dikatakan pria itu bukan main-main. Mereka semua bersorak, langsung naik ke motor masing-masing dan segera mengikuti Bara sebelum pria itu benar-benar menjauh.

Sisi Bara yang satu ini tidak banyak diketahui oleh orang lain. Bisa dikatakan, hanya mereka yang mengenal Bara lewat balapan liar saja yang tahu. Dia tidak pernah menikmati hasil taruhan balapannya sendiri, selalu dengan yang lain. Tidak peduli hanya dia yang turun ke jalanan, tapi Bara masih mengingat teman-temannya yang selalu berdiri di belakangnya. Makan-makan seperti ini sudah biasa. Di balik sikapnya yang cuek bahkan terkesan dingin, Bara adalah sosok yang tidak melupakan orang-orang yang baik kepadanya.

Mereka lebih memilih warung nasi Padang, sesuai dengan lidah semua orang dibandingkan restoran mahal. Dan di saat semua orang sibuk dengan makanan masing-masing, Bara justru sibuk memandang ke arah seberang jalan. Karena kaca depan warung padang itu transparan, Bara melihat apa saja yang ada di depannya.

"Bukannya itu cewek tadi siang, ya?" tiba-tiba saja Rigel juga ikut memperhatikan apa yang menjadi fokus Bara sejak tadi. "Nggak cantik-cantik amat sih, tapi gue itu ngerasa nggak bosan lihat wajahnya. Nggak pasaran gitu, manis lagi kalau lagi senyum." Insting playboynya mulai bekerja. Rigel pecinta wanita, yang cantik dan bertubuh ideal. Dia akan mengejar wanita yang sekiranya pantas untuk dijadikan pacar.

"Benar banget, nggak cantik-cantik amat tuh cewek, tapi kelihatan anggun gitu," timbrung Ares. Dia selalu nyambung saja dengan obrolan orang lain. "Kenapa lo liatin tuh cewek sampai segitunya, Bar? Lo suka sama tuh cewek? Beneran? Wah, salut deh gue sama tuh cewek kalau bisa bikin lo suka sama dia."

Jika tidak menerima delikan tajam dari Bara, pasti Ares akan terus melanjutkan pembicaraan unfaedahnya. Pria itu sudah nyengir kuda sambil lanjut makan ayam pedasnya. Sementara Bara, kembali melanjutkan aktivitas untuk memperhatikan Tata yang sedang berdiri di seberang jalan. Wanita tua yang bersama Tata itu jelas dikenal baik oleh Bara. Oma Sekar, tetangganya yang selalu menyapa Bara jika mereka bertemu di pagi hari, saat Bara hendak berangkat sekolah.

Jurnal Tentang Kamu [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang