39. Jeda

10K 625 46
                                    

Hari-hari selanjutnya merupakan penyiksaan bagi Tata. Menyesal, merasa bersalah, dan rindu membuat hari-hari Tata berlalu dengan kelabu. Dadanya kosong, bersama dengan kehadiran seseorang yang sudah lama hilang. Jika dulu dia berusaha untuk menyembunyikan degup jantungnya, kali ini Tata justru ingin merasakan sensasi itu lagi. Jika dulu dia akan kesal ketika diceritakan kisah horor, keadaannya sekarang lebih mengerikan dari itu.

Kata-kata tentang bahwa hidupnya harus berlanjut setelah kejadian itu, ternyata begitu sulit untuk dilakukan. Tata sudah mirip orang gila, mirip mayat hidup. Jika Oma Sekar merupakan nenek yang cerewet, setiap hari Tata harus menutup telinganya. Karena dengan tidak tahu diri, Tata keluar kamar hanya untuk makan. Itupun kalau sudah berulang kali diketuk pintu kamarnya oleh Bi Siti. Dia lebih banyak diam di kamar, mengurung diri sambil melihat ke rumah di seberang.

Dia rindu Bara.

Tapi pagi ini, penyiksaan terhadap diri sendirinya seakan bukan apa-apa. Di hari pertama semester kedua, Tata bisa melihat Bara mengeluarkan motornya dari pekarangan rumah. Biasanya mereka berangkat sekolah bersama, tapi tidak dengan hari ini. Mereka sempat saling menatap, hanya terpisah oleh jalan kecil. Jika biasanya Bara menghampiri Tata dan menarik tangannya untuk menyeberang, kali ini tidak ada lagi.

“Gue berangkat duluan. Lo hati-hati, ya.”

Untuk beberapa saat, Tata hanya termangu sambil menatap kepergian Bara. Punggung yang biasa menjadi sandaran, tubuh yang biasa dia peluk, pergi menjauh tanpa mau menoleh ke belakang, ke arahnya. Ini konsekuensi yang harus Tata panggung, bukan? Kenapa rasanya begitu berat, rasanya tidak adil? Bara menghukumnya seperti Tata telah melakukan kesalahan besar, seperti dia benar-benar berhianat dengan Badai. Semua kenangan yang mereka buat seakan kandas begitu saja dengan kejadian di taman hari itu.

Tata kira, Bara akan memperlakukannya seperti itu selama satu atau dua hari, kemudian mereka berangkat sekolah bersama. Setidaknya, Bara mau memberikan tumpangan karena tujuan mereka sama. Tapi Tata salah. Sudah 2 minggu berlalu, dan mereka masih tidak baik-baik saja.

“Lo yakin Kak Bara kayak gini karena kesalahan lo doang, bukan karena dia emang punya cewek lain?” tanya Haya tiba-tiba. Tata sudah bercerita semuanya kepada Haya dan Odit, termasuk tentang perasaannya. Seperti biasa, ketika mencoba menghindar dari dunia, Tata akan melarikan diri ke koperasi sekolah, bukan mendatangi kantin saat jam istirahat. Dan tentu saja, kedua sahabatnya akan setia menemani.

Tata membuang nafas panjang. Sama, pemikiran itu pernah terlintas di kepala Tata. Bisa saja Bara menyalahkannya untuk mencari alasan supaya mereka bisa berpisah. Bisa saja Bara-lah yang berkhianat, menjalani hubungan dengan wanita lain. Tapi Bara yang Tata kenal tidak akan sepengecut itu. Kalaupun, kalau dia memang menaruh hati pada wanita lain, pasti dia akan berterus terang.

“Nggak kok. Kak Bara nggak gitu,” tukas Tata setelah diam untuk beberapa saat. Dia kembali memasukkan roti selai coklatnya, lalu mengunyahnya perlahan. Tidak peduli sebanyak apa coklat yang ada di dalam roti itu, rongga mulut Tata akan selalu pahit.

“Mau gue kenalin ke temen cowok gue nggak, Ta? Ada tuh beberapa cowok yang gue kenal di lingkungan rumah. Walaupun Kak Bara lebih ganteng, tapi lumayan lah.”

“Mereka lagi rehat, bukannya udahan. Kalau Tata main sama cowok lain, gimana sama Kak Bara? Lo mau mereka benar-benar udahan? Lo suka pinter deh kalau ngomong, Ya,” Odit juga ikut nimbrung. Selalu saja begitu, dia bersuara ketika ucapan Haya sudah melenceng kemana-mana. “Gue tahu kok, rasanya pasti sakit banget ada di posisi lo.” Ucapan Odit begitu nyata, seakan-akan dia pernah berada di posisi Tata sekarang. “Tapi kalau lo terus kayak gini, apa itu bisa bikin keputusan Kak Bara berubah? Yang ada dia ilfil. Lo harus bisa nunjukin, kalau sakit lo ini bisa jadi dendam positif. Jadi motivasi supaya lo jadi lebih baik.”

Jurnal Tentang Kamu [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang