Tata baru saja keluar dari toko buku. Untuk mengisi hari-hari yang membosankan, Tata memutuskan untuk membeli beberapa novel. Supaya tidak bersedih hati, supaya ada kesibukan, supaya ada yang mengalihkan pikiran Tata dari Bara. Agak sedikit aneh sebenarnya, Tata bisa membuang uang ratusan ribu dengan begitu mudah. Padahal dulu, untuk membeli makan di jam istirahat saja, Tata tidak mampu. Dia sangat bersyukur ada orang yang mengirim makanan di kolong mejanya, Badai.
Ketika Tata sedang berdiri tepat di pinggir jalan, menunggu driver ojek online yang dia pesan, datang dua orang yang menggunakan motor. Berhenti tepat di depan Tata. Dan ketika mereka membuka helm, nafas Tata tercekat. Jelas Tata tahu siapa salah satu dari mereka. Ivan, musuh Bara di sirkuit.
“Kok lo sendiri, nggak sama Bara? Atau udah putus?” Ivan tersenyum mengejek. Tatapan matanya masih sama, meremehkan, merendahkan.
Tata hanya menatapnya dengan malas, dia kembali melihat ke jalanan, berharap driver ojol yang dipesan akan segera datang. Dia tidak mau berurusan dengan Ivan, pria itu lebih menyebalkan dari Bara. Setidaknya, Bara tidak pernah meremehkan orang lain, tapi Ivan bisa dengan mudah melakukannya padahal belum kenal. Dan kelakuan Tata itu, justru menarik perhatian Ivan lebih banyak lagi. Dia sudah memarkirkan motornya dan berjalan menghampiri Tata.
Ivan menyentuh dagu Tata dengan lancang, membuat Tata melotot seketika. “Kalau udah putus dari Bara, mending sama gue. Gue baru sadar kalau lo lumayan juga.”
Tidak menanggapi ucapan Ivan yang dianggap melantur, Tata justru maju beberapa langkah supaya bisa lebih dekat dengan jalan raya. Kenapa driver-nya lama sekali disaat situasinya seperti ini? Bukan hanya tidak nyaman, Tata juga mulai takut. Lebih dari sekedar mencolek dagunya, kini Ivan sudah menggandeng Tata seakan-akan mereka adalah teman dekat. Ivan dengan senyum lebarnya, sedangkan Tata dengan tatapan penuh kebencian. Satu dorongan berhasil membuat gandengan itu terlepas.
“Jangan macam-macam. Mau saya teriaki jambret?!” ancam Tata. “Siapapun kamu, jangan sok dekat sama saya. Lebih baik sekarang kamu pergi, sebelum saya benar-benar teriak.”
Bukannya pergi, Ivan dan temannya malah tertawa kencang mendengar ancaman Tata. Mereka sudah berdiri di belakang dan di depan tubuh Tata yang kecil. Dan itu membuat Tata semakin takut. Dia tidak sudi diperlakukan semena-mena seperti ini, dipegang-pegang layaknya dia adalah wanita murahan.
“Gak usah jual mahal, gue tahu lo pernah dipakai sama Bara,” Ivan merangkul pinggang Tata sampai tubuh mereka bertabrakan. “Waktu ketemu di bioskop aja, Bara bisa marah banget karena omongan gue. Gimana kalau Bara tahu ceweknya gue pegang-pegang kayak gini?”
Teman Ivan yang berdiri di belakang Tata tertawa kencang. Ikut senang jika seandainya Bara emosi mengetahui hal itu. “Udahlah, Van, langsung bawa ke markas aja. Senang-senang di sana, baru nanti kasih tahu Bara.”
Merasa muak karena sudah dilecehkan, Tata melayangkan tamparan tepat di pipi kiri Ivan. Dua pria itu langsung tersentak, sementara nafas Tata sudah memburu, dadanya naik turun. “Jangan dengan mudah meremehkan cewek! Kalian punya ibu, kan? Emangnya kalian mau ibu kalian di lecehin kayak gini?! Aku nggak pernah tertarik buat punya masalah sama kalian, jadi pergi jauh-jauh sekarang juga!”
KAMU SEDANG MEMBACA
Jurnal Tentang Kamu [Sudah Terbit]
Novela Juvenil[Dihapus sebagian] Tirta Ayudisa. Seorang gadis 17 tahun yang gemar menyendiri. Tidak ada satupun teman yang dimilikinya. Gadis baik yang dianggap aneh semua orang karena sikap introvertnya. Karena kedua orang tuanya meninggal, Tata terpaksa harus p...