1. Baru awal

517 40 8
                                    

Pencet bintang dan komennya ya

***

Senin pagi, upacara sudah dimulai sekitar 20 menit yang lalu. Dikala seluruh siswa siswi sudah berpakaian lengkap dan berbaris dengan rapi. Berbeda dengan gadis yang baru saja sampai di depan gerbang salah satu sekolah terkenal di Jakarta, SMA Nusa Karya.

"Shit!" Umpatnya kesal lantaran sekolah terlalu pagi menutup gerbang sekolah, pikirnya. Pagi gimana ini sudah jam 7.30. Ada ada saja memang pikiran nylenehnya.

Tas yang ia tenteng ala preman, baju dikeluarkan serta kurangan bahan, sepatu seperti pelangi. Bahkan ia tak menggunakan dasi.

Dengan langkah santai ia menuju gerbang yang sudah tertutup kemudian mengetuknya berharap sang satpam kali ini berbaik hati mengijinkan dirinya untuk masuk. Namun siapa peduli? Pak Sugeng selaku satpam sekolah itu hanya berdecak bosan melihat gadis itu terlambat setiap harinya.

Dia Evelyna Cleasika, siswi kelas 12 MIPA yang kelakuannya sering buat orang geleng kepala.

"Hehehe. Ganteng banget, Pak? Tumben, pasti pake shampo Pantene" Evelyn, gadis itu menampilkan deretan giginya mencoba merayu Pak Sugeng agar dirinya bisa masuk.

Alih alih dibukakan gerbang, Pak Sugeng justru  menatap gadis itu tajam. Tidak tertarik dengan bujuk rayu semacam itu.

"Halah, nggak usah drama kamu. Kali ini saya nggak akan kemakan omongan kamu kaya dua hari yang lalu." Pak sugeng masih bergeming, dirinya kesal setengah mati ketika mengingat kejadian tempo lalu.

Dimana Pak Sugeng menyesal karena menyelamatkan gadis itu dari hukuman Pak Juwo. Namun bukannya berterima kasih, gadis itu malah mencuri rokok miliknya.

"Yah Pak Sugeng mah tegaa." Evelyn menampikkan puppy eyes nya berharap Pak Sugeng akan luluh seperti biasanya. Namun nihil, Pak Sugeng masih saja tak mau membukakan gerbang untuknya.

Evelyn berdecak kesal, gadis itu memutar otaknya keras.

"Gini aja deh, Pak. Saya minta maaf, janji deh saya ganti rokok yang kemaren."

"Kamu pikir saya mempan sama sogokan kamu yang terdengar bullshit itu?" Sinis Pak Sugeng, Evelyn sempat tercengang, dari mana Pak Sugeng mendapat kalimat gaul tersebut.

"Saya kasih dua deh."

"Nggak dulu maaf."

"Sama bonus nomornya Mbok Tin deh?"

Mendengar nama Mbok Tin si penjual baru di kantinnya itu, Pak Sugeng langsung tersenyum sumringah.

"Deal." Pak Sugeng membukakan gerbang untuk Evelyn, membuat gadis itu tersenyum lebar.

"Hehe makasih, Pak!"

Belum sempat Evelyn beranjak dari sana, jalannya dihadang oleh sosok laki laki dengan jas almamater yang melekat pada tubuhnya. Evelyn memegang dadanya, beruntung tidak sampai menabrak laki laki itu.

Evelyn mendongak, menatap laki laki yang lebih tinggi darinya itu. Wajahnya terlihat datar tanpa ekspresi.

"Buta lo? Ngapain ngalangin jalan gue?"

Laki laki itu berdehem lalu memasukan salah satu tangannya ke dalam saku celana miliknya. Netranya menatap Evelyn tajam. Lalu ia melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya.

"Jam 7.40, hari senin, nggak pake dasi, baju tidak sesuai peraturan. Kira kira lo mau hukuman yang kaya apa?" Laki laki itu menyeringai santai, menatap Evelyn yang mulai kesal.

"Ribet lo, sok asik. Minggir gue mau masuk." Evelyn berusaha menerobos laki laki itu yang nyatanya tidak membuahkan hasil.

"Oke, sesuai permintaan. Lari keliling lapangan."

"Sinting ni orang. Siapa lo berani beraninya nyuruh nyuruh gue?!"

Laki laki itu mengulurkan tangannya, membuat Evelyn menaikan sebelah alisnya heran.

"Alkena. Alkena Julian Garpati, Kelas 12 MIPA 1. Jabatan saat ini, sebagai ketua OSIS."

Alkena menarik kembali tangannya saat Evelyn hanya melirik uluran tangannya tanpa minat.

"Nggak minat juga gue tau nama lo ataupun jabatan lo. Karna gue ga peduli." Desis Evelyn tajam sebelum menginjak kaki Alkena hingga sang empu meringis kesakitan.

"Argh gila tu cewe." Alkena menggeram tertahan, lalu menyusul gadis itu hingga ia berhasil menarik lengan Evelyn.

Meskipun Evelyn berontak, Alkena tidaklah peduli walaupun tindakannya menyita atensi banyak siswa siswi yang habis upacara saat itu.

"Lepasin gue! Sial, gila lo?"

Alkena tetap diam dengan wajah yang terlihat menyeramkan saat ini. Sampailah mereka di depan tiang bendera.

"Berdiri disini sampai jam istirahat. Hormat ke tiang bendera karena lo telat dan nggak ikut upacara." Tegas Alkena, tapannya seakan ingin menguliti Evelyn hidup hidup.

"Gue gamau!"

"Terserah. Kalo lo kabur nanti juga bakal tau akibatnya." Seringai kecil itu tercetak di bibir Alkena. Laki laki itu kini beranjak dari sana.

Evelyn meraup oksigen seolah tengah meremas wajah Alkena geram. Gadis itu menghentakan kakinya kesal. Menatap punggung Alkena yang kian menjauh darinya.

"Sok berkuasa banget lo, Setan." Evelyn menyumpah serapahi laki laki yang menurutnya sok cool itu.

"Apa lo ketawa ketawa? Mau gue tonjok?!" Sewotnya pada gerombolan siswi yang kepergok menertawainya. Tentu saja siswi itu menggeleng takut.

Perut Evelyn tiba tiba berbunyi pertanda minta diisi. Dari pada menjalankan hukuman yang nggak ada faedahnya sama sekali. Lebih baik iya pergi untuk mengisi perutnya, kan? Kalau sampai pingsan siapa juga yang repot. Berhubung tidak ada Bu Amora atau yang anak anak lebih sering memanggil Bu Dora lantaran gaya rambutnya mirip seperti Dora, Evelyn beranjak dari sana. Meninggalkan hukumannya, siapa peduli dengan hukuman konyol seperti ini?




Tbc :*
Maaf di revisi🙏


Tbc :* Maaf di revisi🙏

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alkena

to ALKENA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang