Ditengah-tengah riuhnya suara kantin. Terdengar teriakan dari berbagai sudut, pertengkaran kecil. Seperti memperebutkan bangku, memarahi orang yang menyerobot antrean dan masih banyak. Sedangkan Arik, Aris, Arul, Devan dan dua perempuan tetap asik dengan makanan dan minuman mereka masing masing. Terlebih Arik yang terlihat sangat kehausan terbukti dari dua botol air yang sudah kosong berada di dekat nya
"makan pelan-pelan" tangan Aris terulur untuk mengusap bumbu kacang yang berada di sudut bibir Fania. Gadis itu langsung mati gaya bahkan ketika tangan Aris sudah tidak menyentuhnya, gadis itu tetap terdiam
Keadaan di meja mereka menghening, semuanya terdiam menatap kearah dua manusia itu. Arul dengan gaya paling anehnya, mulutnya menganga bersiap memasukka bakso tapi langsung tercengang dengan apa yang terjadi di dekatnya ini. Pemandangan yang langka
"makan dulu baksonya" Devan menggerakkan tangan Arul sendiri "muka lo ganggu banget tadi"
Dan bakso itupun berakhir di mulut Arul
Fania, gadis itu langsung pergi saat sudah tersadar dari mati gayanya. Aris menghela nafas panjang menatap punggung Fania yng kian menjauh. Semua yang berada di meja itu saling melempar pandangan. Tidak mampu mencerna keajdian yang terjadi barusan
Devan mengedikkan bahunya berbicara tanpa suara ketika Arul diam-diam menyenggol lengannya. Gue ngga tau
" kenapa sama Fania? Kok marah?" tanya Venus membuka suara pada akhirnya
"kemaren gue ngajak jalan tapi gue lupa karena keasikan main game" ledua bahu Aris merosot jatuh bersamaan dengan helaan napas panjang yang terdengar
"itu lo yang salah berarti" Arul menyimpulkan
"iya iya salah"
"kejar gih" perintah Devan
"tapi gue laper" Aris menatap mangkok baksonya yang masih ada banyak
Mendengus, Arul meloloskan sendoknya mendarat ke kepala Aris "lo mau apa kagak? Kalo ngga mau biar gue yang kejar. Tapi jangan salahin gue kalo Fania jadiannya sama gue"
Menyetujui ucapan Arul, yang lainnya menganggukkan kepala. Kini Aris melotot sinis pada Arul dan mengambil langkah lebar mengejar Fania. Meninggalkan meja itu. Enak saja Arul! Dia sudah sejauh ini melulhkan hati gadis itu. Aris tidak akan rela membiarkan hal buruk yang berada dalam pikirnnya terjadi
"tumben bijak" ucap Devan pada Arul. Cowok itu memberinya jempol
"emang bijak. Arul gitu loh" cowok itu mengusap rambutnya bangga dengan wajah tengil. Kini dia merasa posisi dia ternyata ada gunanya juga
Devan memutar bola mata malas tidak ingin menjawab lagi. Menyesal karena sudah membuat cowok itu berbangga diri
Sementara Arik. Cowok itu menggeser sedikit kursinya mendekati Venus. Menopang kepalanya dengan tangan yang menyangga diatas meja "Mama gue pengen ketemu lo nanti. Di ajakin ke rumah katanya" ucapnya pada akhirnya
Kaget, Venus membelalakkan matanya lebar seperti ingin keluar saja bola matanya. Kenapa tiba-tiba sih? Venus belum mempersiapkan apapun. Seperti mencari di google kegiatan apa yang biasa di lakukan di rumah calon mertua atau apa kelakuan baik yang di suka calon mertua. Sial Arik! Selalu membuat Venus kesusahan
"yahhh..gue kan mau ke rumah lo makan" ucap Arul mendesah lecewa
"kaya ngga punya rumah aja lo. Numpang makan terus" hardik Devan "duit aja banyak lo"
"tau nih Arul. Tampang doang yang orang kaya, kerjaannya numpang makan terus di rumah pacar orang. Dasar pelakor!" gadis itu menodongkan garpu kearah Arul. Menatapnya sinis. Sangat tidak rela jika cowok bernama Arul terus-terusan melengket pada Arik
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTARIKSA
Teen Fiction"kadang lo nahan gue seakan-akan lo ngga mau gue pergi, tapi kadang juga lo cuekin gue seakan-akan lo ngga butuh gue lagi. Gue ngga bisa ngertiin lo terus" -Venus Afshee Shakila "jangan pergi Venus" -Antariksa Zeus Claron Hubungan yang sudah berjala...