Arik memarkirkan motornya di halaman rumah Venus. Sudah 10 menit Arik menunggu, gadis itu tak kunjung keluar dari rumahnya. Apa gadis itu tidak ke sekolah? Arik memutuskan untuk mengetuk pintu rumah. Biasanya sih dia langsung nyelonong masuk
"eh nak Arik. Mau jemput Venus ya?" kata Bi Yanti yang keluar rumah
"iya bi"
"kayaknya nak Arik telat, neng Venus udah berangkat daritadi"
"oh gitu yah bi. Makasih ya, titip salam sama tante Luna. Saya pamit dulu" dengan sopan Arik menyalimi tangan Bi Yanti
Padahal dia sengaja datang pagi hanya untuk meminta penjelasan dari foto yang dikirim Dena. Gadis itu sepertinya menghindarinya. Bukankah itu mengundang pikiran buruknya tentang foto itu? Kemarin Arik sudah menahan pikirannya untuk tidak memikirkan hal aneh. Tidak, Venusnya tidak seperti itu
Arik dengan cepat memakai helmnya dan langsung menancap gas penuh mengarahkan motor nya menuju sekolah dengan perasaan bercampur aduk. Sesampainya di sekolah, Arik memarkirkan motornya disamping motor teman-teman nya yang lain. Arik membuka helmnya dan menampakkan wajah datar, dingin dan tatapan tajamnya. Tepat sekali, sasarannya pagi ini kebetulan juga baru memarkirkan motornya jauh dari tempatnya. Memang jauh, karena tempat parkir ini khusus untuk Arik dan ketiga temannya
Mata elangnya terus saja menatap gerak gerik sasarannya. Memandangnya sebagai tanda permusuhan. Bian. Sampai cowo itu juga menoleh menatapnya dengan tajam. Bian berjalan menuju arahnya. Saat sudah berada di dekat Arik, Bian tersenyum mengejek.
Tidak bisa menahan amarahnya lagi. Satu pukulan mengenai sudut bibir Bian. Cowo itu tidak tinggal diam, Bian membalas pukulan Arik dan mengenai pelipis cowo itu. Mereka saling pukul, menendang dan mengunci lawan. Semuanya sudah berkerumun membentuk lingkaran dengan Arik dan Bian yang berada di tengah. Mereka seakan takut untuk melerai, nanti malah dia yang jadi sasaran Arik
Dengan waajah penuh luka, Arik memukul Bian yang sudah tumbang dengan bertubi-tubi. Tanpa ampun Arik terus memukulnya. Keadaan wajah Bian sangat mengenaskan sekarang. Darah segar terus mengalir dari lukanya
"mau mati lo nantangin gue hah?!" teriak Arik depan wajah Bian "bangsat lo! Anjing!"
"ARIK STOP" tangan Arik berhenti di udara ketika teriakan itu terdengar. Kepalan tangan dan cengkeramannya pda kerah baju Bian berangsur terlepas
Lingkaran murid-murid itu memberi jalan untuk Venus maju kedepan. Karena hanya dia yang bisa menjadi pawang amukan Arik
"ANTARIKSA BERHENTI GUE BILANG!"
Lihat Arik menyingkir dari tubuh Bian yang sudah bonyok dan tergeletak tak berdaya. Arik menatap tajam Venus begitu pula sebaliknya
"ikut gue"
"ikut gue"
Ucap mereka bersamaan
"ikut gue!" Venus memelotot kan matanya. Arik seakan tidak takut, cowo itu juga ikut memelototkan matanya. Memang tidak takut, malah Venus terlihat lucu bukannya menyeramkan. Beda halnya dengan Arik. Wjah penuh lukanya terlihat menyermkan sekarang
"ini kapan selesainya tatap tatapan kek gitu?" celetuk Fania yang diangguki oleh murid lainnya
"Fan, Deev. Tolong bawa Bian ke uks ya. Sekalian obatin lukanya" kata Venus sebelum menarik tangan Arik pergi dari sana.
"harus berapa kali sih gue bilang. Gue tuh ngga suka liat lo berantem Antariksa!"
"harus berapa kali juga gue bilang kalo gue itu cemburuan. Gue ngga suka lo deket sama cowo lain"
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTARIKSA
Teen Fiction"kadang lo nahan gue seakan-akan lo ngga mau gue pergi, tapi kadang juga lo cuekin gue seakan-akan lo ngga butuh gue lagi. Gue ngga bisa ngertiin lo terus" -Venus Afshee Shakila "jangan pergi Venus" -Antariksa Zeus Claron Hubungan yang sudah berjala...