"Mereka membahas kejadian enam tahun yang lalu, tepatnya terjadi pada bulan September...."
"Bukannya itu saat kalian berdua masih menjadi Tim tindak kekerasan...? Saat itu kalian umur sembilan belas kan? Itu artinya kalian sudah berada disini"
"Hmm, kalau gak salah iya. Tapi kita berdua hanya sebagai Tim cadangan. Tepat tahun dua ribu tujuh belas baru kita diangkat untuk memiliki Tim sendiri. Tahun berikutnya barulah kalian bergabung"
"Biar aku periksa pada data arsip digital, kamu pergi keruang penyimpanan arsip manual dan temukan arsipnya..."
"DATANYA TIDAK ADA.....!! Semua kajadian yang terjadi pada bulan september enam tahun yang lalu tidak ada...!"
"Hyung, di arsip manual juga tidak ada...!"
"Periksa CCTV....!"
.
.| A Thousand Eyes |
.
."Kalian ini becus gak sih hah...?! Kesalahan lagi kesalahan lagi, kalian itu kurang gesit, bodoh...! Awak media diluar sana ribut meminta keterangan yang jelas. Harusnya kalian bisa lebih cepat menangani kasus. Pakai otak kalian...! Sekarang mana dua anggotamu itu...?" Tanya Komesaris Bae dengan menunjuk pada wajah Chan yang tertunduk penuh rasa bersalah.
"Ma...
"Pulang atuh pak, mereka berdua kan juga manusia. Ada capeknya..." Jawab Jisung dengan santainya memotong ucapan Chan. Kendati demikian Chan melayangkan tatapan tajamnya pada Jisung. Namun, memang dasarnya Jisung memiliki prinsip tak takut akan aturan, jadi ia hanya membalas tatapan Chan dengan senyuman konyol seolah mengatakan 'santai hyung santai...'
"Saya gak tanya kamu...!" Bentak Komesaris Bae melotot kearah Jisung. Tanpa rasa takut, Jisung kembali melayangkan pelotottan matanya dengan tajam.
"KAMU BERANI MELOTOTIN SAYA HAH...?! TURUNKAN TATAPANMU...!" lagi-lagi Komesaris Bae membentak.
"Lahh... suka-suka saya dong" balas Jisung lebih ngotot.
"Jisung...! Kamu jangan cari gara-gara" bisik Minho tepat ditelinga Jisung, mati-matian pula Chan bergrutu dalam hati lantaran sikap Jisung kembali menuai pertikaian. Ingin rasanya ia benar-benar merobek mulut Jisung dengan tangannya sendiri jika diperbolehkan.
"Kamu sudah salah tapi masih berani lawan saya hah...?!" Komesaris Bae kembali membentak yang membuat Woojin tersentak berkali-kali lantaran jaraknya dan sang Komesaris yang paling dekat.
"Dari awal juga saya masuk sini, saya gak takut tuh sama bapak" lagi-lagi Jisung menjawab santai.
"Ngomong-ngomong sebelumnya maaf pak, tapi saya diajarkan orang tua saya untuk melawan apabila saya tidak salah. Saya merasa ini bukan salah saya ataupun Tim saya, kalau dia memang sudah ditakdirkan untuk berakhir seperti itu apakah saya bisa mengelak...? Nggaklah, saya dan yang lain terutama Chan Sajangnim hanya melakukan tugas dengan perintah yang dianjurkan disini. Lagi pula kami juga sudah berusaha. Pak inget ya pak, kami memang polisi tapi polisi tidak terus bisa menjamin keselamatan korban dan polisi bukan Tuhan..." lanjutnya.
Brakk....
Pukulan pada meja kayu kembali membuat Woojin tersentak, kali ini dengan sabar ia mengusap dadanya lantaran debaran jantung yang tiada henti membuatnya cukup resah. Dalam hati ia juga terus menggrutu prihal Jisung yang kelewat kurang ajar. Memang benar kalau difikir-fikir ucapannya, tapi tidak bisakah ia sedikit sopan...?
"Kamu berani lawan saya...?!"
"Loh, ngapain saya takut...?! Sama-sama Manusia yang bakalan mati kok. Tapi kayanya bapak duluan yang bakalan mati" jawab Jisung tanpa ada rasa beban. Tak tahu kah Jisung bahwa Felix juga diam-diam sudah menggigit bibirnya dengan keras. Bukan apa-apa, ia hanya takut Jisung akan kena sanksi nantinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Thousand Eyes- StrayKids ✔
Mystery / ThrillerSelicik apapun kalian, kami punya insting kuat dengan seribu mata yang tak akan membuat kalian lolos begitu saja. Dan kami akan membuat sejarah baru dalam Negara Korea Selatan. Warning ⚠ ⚠ bahasa semi baku ⚠ beberapa part mengandung kekerasan fisik...