"Nay! Lo kenapa, Nay?!" tanya Jinyoung seraya mengguncang-guncang tubuh Nayeon yang berteriak ketakutan seperti orang kesetanan.
"SEULGI! SEULGI!" teriaknya menjawab pertanyaan Jinyoung seraya menunjuk-nunjuk ke luar.
Sehun dan Jisoo terlihat bingung.
"Seulgi udah mati, Nay!" bentak Jinyoung mencoba menenangkan Nayeon yang mulai menangis sejadi-jadinya.
"BUKAN SEULGI, TAPI HANTUNYA!" teriak Nayeon lagi.
Sehun dan Jisoo terkejut. Mereka kemudian melihat ke luar, namun tidak ada apa-apa selain rintik hujan yang turun terus-menerus.
"AAA! ITU DIAAA! ITU DIA MASUK KE DALAM!"
Nayeon berusaha melepaskan diri dari cengkeraman Jinyoung dan mencoba untuk lari. Tapi tidak berhasil karena Jinyoung kini memeluk pinggangnya dari belakang. Nayeon meronta-ronta, membuat Jinyoung mulai kewalahan. Sehun kemudian membantu dengan mencengkeram tangan dan kakinya.
Jisoo membuka pintu kaca lalu melihat ke kanan dan ke kiri untuk memastikan ucapan Nayeon. Namun yang dia rasakan hanyalah terpaan angin yang menampar wajahnya. Tidak ada apa-apa di luar sini. Ia kemudian menutup pintu kembali.
"Nggak ada apa-apa, Nay. Nggak ada Seulgi ataupun hantunya," kata Jisoo memberitahu.
Nayeon menatap Jisoo dan memalingkan kepalanya kesana kemari. Memang benar, tidak ada apa-apa lagi. Ia pun mulai tenang lalu Jinyoung dan Sehun melepaskannya. Mereka menghela nafas kelelahan.
"Tadi beneran gue liat Seulgi," gumamnya lirih. Meski sudah tenang, tangisannya belum juga kunjung reda.
Jisoo menggenggam tangan Nayeon untuk menenangkannya. "Lo kurang istirahat, Nay. Yuk, gue temenin tidur."
Nayeon mengangguk beberapa kali lalu Jisoo memapahnya menaiki tangga menuju kamar. Jinyoung dan Sehun terduduk di sofa. Semakin ke sini semakin banyak tekanan yang mereka hadapi. Taeyong sudah tak bersama mereka lagi, maka tanggung jawab kini hanya dipegang oleh mereka berdua.
"Gue beneran nggak pernah nyangka bakalan kejadian kayak gini. Tau gini mendingan ngerjain berkas segunung, lembur, atau dimarahin," keluh Jinyoung.
Sehun tersenyum hambar. "Bener juga kata orang. Waktu kerja pengen libur, waktu libur malah pengen balik kerja."
Jinyoung tertawa lirih. Dilema apakah harus tertawa atau menangis dalam keadaan seperti ini.
"Awalnya gue kira ada yang neror kita. Tapi ini lebih kayak kutukan. Eunwoo jatuh dari balkon, kulit Hwasa melepuh, Taeyong kesetrum. Cuma Seulgi yang kita nggak tau, gimana cara dia bisa keluar dari kamar dan mati di danau. Jasadnya bahkan terdampar di tepi, bukan tenggelam ke dasar danau sebagaimana seharusnya," jelas Jinyoung.
"Kalo dipikir-pikir, memang bukan kayak pembunuhan. Satu persatu di antara kita mati secara misterius. Dan ini bikin gue mulai nggak nyaman. Siapa yang akan mati selanjutnya dan dengan cara apa." Ia kemudian menertawai nasibnya. "Gue kira gue bakalan mati di usia tua dikelilingi sama keluarga terdekat gue. Bukan secara misterius kayak yang dialami teman-teman kita."
"Bener juga, Hun. Bisa aja malam ini gue atau lo," terka Jinyoung.
"Sial! Dengar kemungkinan itu aja udah bikin gue mual," respon Sehun.
"Atau bisa jadi juga..." Jinyoung menggantung kalimatnya kemudian melihat ke atas. "...Jisoo atau Nayeon."
...
Jisoo tersentak dan mendengar suara komat-kamit seperti orang membaca mantra. Suasana gelap gulita, membuatnya sadar bahwa hari sudah malam. Ia ketiduran. Padahal seharusnya ia terjaga dan menemani Nayeon beristirahat.
![](https://img.wattpad.com/cover/197727868-288-k451003.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Who's Next?
غموض / إثارةSatu grup karyawan mengambil cuti dan berlibur ke sebuah villa yang jauh dari pemukiman. Tidak ada tetangga, tidak ada sinyal, hanya ada mereka berdelapan. Liburan yang menyenangkan berubah menjadi horor saat satu persatu dari mereka mati secara mis...