The End

1.4K 191 20
                                    

Jisoo kembali merendam kain ke dalam air di mangkuk, memerasnya, lalu meletakkan kain tersebut ke dahi Jinyoung. Sejak kejadian siang tadi, Jinyoung mengalami demam tinggi.

Mereka membalut lukanya dengan perban, namun harus sering menggantinya karena darah yang terus keluar menyebabkan perban mudah kotor. Ia terus saja mengigau. Jika tidak mengigau, dia mengerang kesakitan.

Tidak ada banyak hal yang bisa dilakukan oleh Sehun dan Jisoo. Mereka hanya bisa menyuapinya makanan jika ingin makan dan memberinya pain killer setelah itu. Mereka juga bergantian menjaganya, berharap hari Jumat segera tiba dan mereka akan mendapat bantuan untuk membawa Jinyoung ke rumah sakit terdekat.

Hanya itu yang bisa mereka harapkan sekarang.

Saat Jinyoung tidur, Sehun dan Jisoo yang terjaga di dekatnya membicarakan banyak hal. Mereka memandangi langit malam yang begitu terang karena adanya bulan. Bintang-bintang juga seperti berlomba untuk muncul menjadi titik-titik yang indah. Seharusnya pemandangan seperti ini menjadi latar makan malam romantis yang diakhiri dengan dansa dan pelukan mesra. Namun tidak ada satupun dari itu semua yang bisa mereka lakukan.

Makan malam mereka hanya ditemani buah berry dan air danau. Tidak ada dansa, mereka justru berjaga agar Jinyoung bisa bertahan hingga bantuan tiba. Pelukan, apa lagi. Tapi Sehun dan Jisoo duduk bersisian sambil sesekali bercanda jika mereka semua mati di sini dan tak ada yang kembali dengan selamat.

Dark jokes yang membuat mereka tertawa dan meringis dalam waktu bersamaan.

"Kalo bisa pulang dengan selamat, lo mau ngapain?" tanya Sehun pada Jisoo.

"Hmm..." Jisoo menggumam sambil berpikir. "Gue mau puas-puasin makan sama tidur."

Sehun tertawa mendengar jawaban Jisoo yang begitu polos. Mereka sudah tidak memakan stok makanan yang mereka bawa selama dua hari ini. Dan soal tidur, jujur saja mereka hanya memejamkan mata sejenak lalu kembali terjaga. Tidak bisa dibilang benar-benar makan dan tidur.

"Simple, ya," Sehun menanggapi.

"Kalo lo?" tanya Jisoo balik.

Sehun juga tampak berpikir karena pandangannya jauh menerawang ke langit. "Gue pengen lebih deket lagi sama lo."

Jisoo menatap Sehun yang masih melihat jauh ke depan. Ia tidak bisa melihat kejujuran di mata Sehun namun ia tau Sehun tulus mengatakan hal tersebut.

Sehun kemudian meraih satu tangan Jisoo dan menggenggamnya.

"Kita harus bertahan dan keluar sama-sama dari tempat ini," katanya.

"Sama Jinyoung juga," balas Jisoo.

Sehun mengangguk dan tersenyum. "Bertiga sama Jinyoung."

"Kayaknya kita harus bangunin Jinyoung buat makan. Tapi gue nggak tega juga," saran Jisoo.

"Tapi kalo nggak minum obat, ntar pas bangun bakalan lebih sakit lagi," jelas Sehun.

Mereka pun sepakat untuk membangunkan Jinyoung agar bisa memberinya makan. Namun mereka terkejut karena tubuh Jinyoung telah kaku dan mendingin. Mereka tidak tahu kalau Jinyoung sudah meninggalkan mereka sejak beberapa waktu yang lalu.

...

Sehun mengeratkan pelukannya pada Jisoo yang menangis tersedu-sedu di dadanya. Padahal bantuan akan datang besok pagi, tapi Jinyoung sudah tidak bisa bertahan lebih lama lagi. Kata terakhir yang dia ucapkan pada Jisoo sebelum tertidur adalah, "Maafin gue."

Jisoo benar-benar tidak menyangka bahwa itu adalah terakhir kalinya ia berbicara pada Jinyoung.

Kini hanya tinggal Sehun dan Jisoo yang tersisa. Mereka harus saling menjaga dan bertahan hingga esok pagi. Tinggal beberapa jam lagi dan mereka akan selamat, keluar dari tempat terkutuk yang menghabiskan nyawa mereka satu persatu.

Who's Next?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang