Electrocuted

961 171 12
                                    

"AAAAAA!!!"

Semuanya panik dan beringsut menjauhi pintu masuk. Sosok hitam itu berjalan ke dalam dan membuat mereka semua berdiri lalu bersiap untuk berlari. Namun Jisoo berhenti melangkah lalu berbalik saat ia mengira mendengar sesuatu.

"GUYS, INI GUE, SEHUN!"

Sehun sampai harus meninggikan suaranya agar bisa menyaingi teriakan Nayeon yang melengking.

Jinyoung dan Nayeon yang sudah berlari ke arah tangga mendadak berhenti. Taeyong yang ingin berlari ke belakang juga berhenti.

"Ya ampun kirain apa!" seru Taeyong dengan nada panik tertahan.

Semuanya menghembuskan nafas lega. Nayeon terduduk di tangga karena kaki-kakinya mendadak lemas.

"Jadi suara-suara tadi itu lo?" tanya Jisoo memastikan.

"Iya, gue jalan ngendap-ngendap. Karena mati lampu gue nggak tau kalian di dalam atau nggak. Kenapa nggak ada yang nyalain lilin?" Sehun bertanya balik.

"Listriknya baru aja padam. Dan kita terlalu takut buat beranjak nyari lilin," jawab Jisoo.

"Gue juga takut banget, takut ada apa-apa di dalam," kata Sehun lagi. "Syukur deh kalo semuanya nggak apa-apa."

"Lo juga nggak kenapa-napa, kan? Lama banget baliknya," tanya Jinyoung.

"Aman! Tadinya gue sempat nemu sinyal, tapi naik turun. Makanya gue tungguin sebentar siapa tau bisa dipake, tapi ternyata nggak bisa juga," jelas Sehun. Ia kemudian melihat ke Taeyong. "Lo udah baikan?"

"Udah, pusingnya udah hilang, kok," jawab Taeyong.

"Bagus deh kalo gitu. Trus sekarang kita gimana, nih?" tanya Sehun kebingungan.

Rencana mereka untuk pulang gagal. Pencarian sinyal juga gagal. Dia benar-benar tidak tau apa yang harus mereka lakukan mulai dari sekarang.

"Senter lo masih bisa nyala?" tanya Jinyoung.

"Udah abis baterainya dari tadi. Kalo ada kan udah gue nyalain supaya nggak nakutin kalian," jawab Sehun.

"Kalo gitu kita memang harus nyari lilin atau box panel listrik," simpul Jinyoung.

"Tapi nggak tau di mana ada lilin. Kita nggak bawa stok lilin dari Seoul," Nayeon memberi tau.

"Kalo gitu kita pencar aja buat nyariin lilin. Nggak mungkin kita gelap-gelapan gini semalaman," saran Taeyong.

Mereka semua setuju dan mulai berpencar untuk mencari di mana kemungkinan lilin disimpan. Kecuali Taeyong, dia mengajukan diri untuk mencari box panel listrik untuk memeriksa kenapa listrik bisa padam. Hanya ia sendiri yang berada di luar sedangkan yang lain berpencar di dalam villa.

Jinyoung dan Nayeon mencari di lantai atas sedangkan Sehun dan Jisoo mencari di sekitar lantai bawah. Baterai senter Jinyoung telah habis sepenuhnya dan suasana kembali gelap gulita. Anehnya, hanya dua senter itu yang berhasil mereka temukan siang tadi. Baterai cadangan juga tidak ada. Atau setidaknya itulah yang juga mereka cari.

"Gantian nyalain HP aja kalo nggak. Pake flashlight-nya," saran Nayeon.

"Berarti kita harus bareng, dong?" tanya Jinyoung.

Nayeon mengangguk. Selain karena butuh penerangan, sejujurnya ia takut harus berjalan sendiri. Tidak akan ada yang tau apa yang mungkin menunggu dan bersiap menangkap mereka di kegelapan.

Dan di saat seperti ini, baterai ponsel mendadak sangat berharga. Mereka akan membutuhkannya saat mendapatkan sinyal. Jika semuanya menyalakan flashlight dari ponsel, maka baterainya tidak akan bertahan lama. Dan bagaimana mereka akan mengisi dayanya jika listrik padam begini? Benar-benar situasi yang serba salah.

Sehun mendekati perapian dan berniat menyalakannya. Tapi ia kemudian tertegun saat tak menemukan kayu untuk dibakar di sana. Ia ingat pada malam Eunwoo tewas, ada banyak sekali kayu perapian yang dipersiapkan. Anehnya mendadak semua kayu-kayu itu menghilang. Ia menggeram frustasi. Kenapa tidak ada yang berjalan dengan baik hari ini?

Sehun kemudian berpikir. Tidak ada senter tambahan, tidak ada baterai cadangan, kayu perapian yang hilang, Eunwoo dan Hwasa yang mati di dalam villa. Orang atau apapun yang meneror mereka kemungkinan besar berada di villa ini. Awalnya mereka menuduh Seulgi namun tidak terbukti. Ia kemudian memikirkan tersangka lain.

Taeyong, sepertinya tidak. Kalau dia pelakunya, dia tidak mungkin mengendarai mobil secepat itu jika tau bannya akan bocor saat mengenai paku yang berserakan di jalan. Dia tidak mungkin membahayakan dirinya sendiri seperti itu.

Jinyoung, juga sepertinya tidak mungkin. Dia tidak akan setuju dengan ide mencari sinyal karena jika Sehun berhasil menemukan sinyal, pasti semua rencananya gagal karena bantuan akan segera datang.

Kemungkinannya tersisa Jisoo dan Nayeon. Sampai detik ini mereka masih belum memiliki alibi. Kalau pelakunya salah satu di antara mereka berdua, pasti mereka sangat leluasa untuk melakukan apapun di villa ini ketika Sehun dan Jinyoung pergi. Sehun kemudian teringat pada Taeyong. Ceroboh sekali dirinya meninggalkan Taeyong di sini dengan Jisoo dan Nayeon. Tapi syukurnya tidak terjadi apapun pada Taeyong.

Kini, ia mencurigai dua wanita itu.

BRAKKK

"AAAAA TOLOOOOOONG!!!"

Sehun tersentak mendengar teriakan dari arah belakang.

"Jisoo," gumamnya panik. Ia kemudian berlari ke belakang dan beberapa kali menabrak dinding ataupun benda lain yang ada di dalam ruangan.

"JISOO!" panggil Sehun seraya mengikuti arah suara teriakan minta tolong Jisoo. Ia tidak bisa melihat dengan jelas, namun dia sudah berada di dekat Jisoo.

"Gue di sini, Jis!" seru Sehun seraya meraba di mana tubuh Jisoo berada.

"Huuun..." isak Jisoo ketakutan.

Sehun akhirnya menemukan lengan Jisoo. Ia berusaha menariknya namun Jisoo melarangnya.

"Hun, jangan, Hun. Nanti gue jatuh!"

Sehun makin panik. Ia berusaha meraba lantai dan merasakan bagian lantai kayu yang hancur.

"Lo kejeblos?" tanya Sehun.

"Kayak ada yang narik kaki gue, Hun. Tolong, Hun. Please..." Jisoo memohon.

Jinyoung dan Nayeon datang menghampiri mereka dan syukurnya ada cahaya dari flashlight ponsel yang menerangi posisi Jisoo saat ini.

"Astaga, Jisoo!" pekik Nayeon kaget.

"Nyoung, tolong gue angkat Jisoo!"

Sehun dan Jinyoung memegangi lengan Jisoo dan berusaha untuk menariknya ke atas.

"Pelan-pelan, awas kulitnya kegores patahan lantai," kata Sehun yang diiyakan oleh Jinyoung.

Jisoo masih menangis ketakutan saat akhirnya Sehun dan Jinyoung berhasil mengeluarkannya dari lubang di lantai tersebut. Ia mendekap Sehun dan menangis sejadi-jadinya.

"Udah nggak apa-apa, Jis. Lo udah aman sama gue," ucap Sehun menenangkan seraya mengelus rambut Jisoo. "Ssh ssh ssh, tenang yaa."

"Ini, Jis. Minum dulu!" Nayeon membawakan segelas air putih dan Sehun meminumkannya kepada Jisoo yang masih sesenggukan.

Jisoo berusaha meredakan tangisnya. Tangan Sehun kini mengelus punggungnya untuk menenangkannya.

Belum selesai tangisan Jisoo, kini lampu di dalam villa berkedap-kedip menyala padam silih berganti. Mereka terlihat bingung. Kemudian mereka menyadari, bahwa Taeyong sedari tadi tidak bersama mereka.

"Taeyong," gumam Sehun yang membuat mereka semua bangkit dan berlari mencarinya.

"TAE!" panggil Sehun, namun Taeyong tidak menyahut. "Dimana tu anak!"

Dan saat mereka menemukan Taeyong, ternyata ia sedang tersetrum saat menyentuh isi dari box panel listrik.

TBC

Who's Next?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang