Prolog

26 7 0
                                    

Beribu tahun lalu sebelum masehi.

Dibagian benua terkecil di dunia,perang besar terjadi. Perang untuk perluasan wilayah orang-orang negeri Aligart.
Pedang saling diayungkan,tombak saling menusuk,panah dilepaskan dari busurnya,banyak sukma yang kini pergi dari raganya mencicipi antara surga atau neraka.

Perang kemudian dimenangkan oleh orang-orang Aligart setelah empat hari. Kekalahan harus diterima oleh negeri Alhegra.

Disaat Aligart sedang merayakan kemenangan, disisi barat negeri Alhegra seorang gadis remaja berusia sekitar 15 tahun menggendong bayi kecil berjenis kelamin laki-laki tertidur tenang dalam balutan kain sutra lembut.

Kakinya jenjangnya kini sudah kotor dan penuh goresan akibat berlari jauh menembus hutan tanpa alas kaki,terdengar bodoh memang. Tapi hanya itu yang bisa dia lakukan agar bisa menyelamatkan sang pangeran kerajaan Alhegra.

Dia berhenti tepat didepan sebuah goa. Matahari senja bersinar digunakan gadis itu sebagai penerang memasuki goa yang cukup lembab dipijakinya. Nafasnya masih terisak karna menangisi kematian Sang Raja dan Ratu.

Menatap lekat pada sang adik,seberkas senyum tulus yang terlihat lelah. Bagaimana tidak sudah tiga hari lebih ia berjalan ralat berlari menembus hutan,ia hanya berhenti sebentar jika ingin makan namun sebelum itu ia harus mencari buah buahan yang tidak beracun beserta air yang dikumpulkan dari embun yang hinggap di dedaunan.

Pandangannya kembali menelusuri sekitar goa mencoba mencari tempat aman agar bisa menyelamatkan Pangeran,setidaknya ada seseorang dari kerajaan Alhegra untuk bisa kembali merebut wilayah kerajaan. Pandangannya terhenti pada sebuah batu besar yang di kelilingi rerumputan hijau disampingnya tumbuh pohon besar dengan daun berwarna orange,sungai kecil mengalir deras didepan pohon membelah goa menjadi dua bagian berujung pada sebuah sulur sulur tumbuhan yang menutup pintu goa,mungkin ada hutan lain lagi dibalik sulur itu.

Berjalan tertatih menuju batu besar,meletakkan sang adik yang masih tertidur nyenyak tanpa niat terbangun. Gadis bersurai merah kelam itu memang sudah memasang mantra agar adiknya tertidur tanpa gangguan agar bisa melancarkan ia kabur dari kerajaan. Bukan hanya itu,ia juga harus membuatnya bertahan hidup sampai seseorang menemukanya di masa depan.

Tangan mungilnya merogoh kantong pada baju rautan yang terbuat dari sutra halus yang sudah kotor di penuhi lumpur. Sebuah kalung dengan liontin sepasang sayap perak senada dengan warna rambut sang Bayi. Memasangkannya pada leher seputih susu yang di wariskan dari ibunya.

Saat setelah dipasangkan,kalung perak itu bercahaya menandakan kalung itu memang di peruntukkan untuknya.

"Hanya ini yang bisa kakak lakukan untukmu,hiduplah dengan baik. Kau memang tertidur,tapi pertumbuhanmu akan tetap berjalan sebagaimana mestinya."

Sang kakak meneteskan air mata, mundur perlahan dengan mata yang masih terus memandang adik laki -lakinya. Adik yang sudah lama ia tunggu kehadirannya kini ia harus merelakannya. Namun tak apa, asal sang adik bisa tetap bertahan hidup apapun akan dia lakukan.

Setelah sampai pada mulut goa, gadis itu kembali memasang segel terkuat semampunya. Dan kekuatannya hanya mampu menyamarkan isi goa, tenaganya banyak dihabiskan untuk bertahan hidup dan penjagaan bagi adiknya.

Nafasnya masih memburu setelah menunduk dan menjatuhkan diri didepan Mulut goa. Namun, suara langkah kaki kuda menyadarkanya. Memaksa diri agar berusaha berdiri dan berlari menjauhi goa.

Belum jauh gadis itu melangkah, sebuah sihir mematikan sendi geraknya, memaksa tubuhnya untuk melayang rendah dan berbalik menatap si empuhnya sihir.

Ternyata Raja negeri Aligart-lah yang menyihirnya. Memasang senyum kemenangan dengan menemukan tuan putri negeri Alhegra.

"Apa yang dilakukan tuan putri di tengah hutan seperti ini?" Raja itu berucap formal dengan nada suara prihatin yang cukup kentara.

Gadis diatas sana semakin terisak. Tanpa ada sedikitpun niat untuk menjawab.

"Dari pada kau mati sia-sia, sebaiknya kau gunakan sisa hidupmu di istana... Paradise, Sebagai pelacur tentunya." sambung pria berjubah besar penuh keagungan itu. Sedangkan gadis yang disandranya hanya menangis pasrah membayangkan bagaimana hidupnya di masa depan nanti. Sengsara.

Diamnya sang tuan putri negeri Alhegra membuat tawa pria itu menggema diseluruh penjuru hutan, bahkan burung-burung yang tengah bertengger di atas pohon berterbangan menjauh dari sana.

✴✴✴

Country revenge : ALHEGRA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang