Hari sudah gelap ketika Helena sampai di Kerajaan. Dan gadis itu masih tertidur pulas saat Erland menyibakkan tirai berniat memanggil Helena keluar namun pria itu urungkan.
Dia tahu Helena pasti butuh istirahat melihat kondisinya yang baru saja terbangun dari tidur panjang dan harus kembali menempuh perjalan yang melelahkan juga harus mempersiapkan mental menemui Raja. Mereka juga tidak tahu apa tujuan di panggilnya Mantan Puteri Kerajaan Alhegra itu ke Istana.
"Apa yang harus kita lakukan, Dia tertidur sangat pulas." Erland berbalik menatap kembarannya. Sedangkan Edward juga ikut melihat ke dalam tandu.
"Bangunkan saja."
Erland dan Edward berbalik cepat saat mendengar suara Pangeran Galeon yang melangkah mendekat kearah mereka.
"Pangeran." kedua tangan kanan Pangeran Mahkota itu berjongkok hingga lutut sebelah kiri mereka menyentuh tanah.
"Apa itu... Helena?" Edward mengangkat kepala lalu mengangguk sebari mengatakan,"Iya, Pangeran."
Galeon tersenyum singkat. "Bangunkan dia lalu bawa ke aula Kerajaan. Raja ada disana."
Setelah mengatakannya Galeon berbalik dan melangkah pergi dengan bersenandung kecil, juga sesekali menyapa pengawal yang lewat dan beberapa pelayan.
Tak heran jika Dia banyak disukai oleh para penghuni istana. Dialah satu-satunya Pangeran yang mewarisi sifat ramah dan santai dari Raja sebelumnya juga rambut merah cerah dari Bunda Ratu. Nenek Galeon.
Galeon juga adalah satu-satunya anak selir Raja yang berhasil bertahan hidup di medan perang meski masih berumur dua belas tahun bersama Gravano dan Gravina.
Kedua pengawal Raja itu menunduk dalam sebelum berdiri. Terdengar desahan nafas kasar dari Erland, pria itu paling tidak tega jika mengganggu ketenangan orang lain apalagi seorang wanita yang tengah dalam kondisi tidak sehat seperti ini.
"Tegarkan dirimu, Land." Edward menepuk bahu Erland beberapa kali sebelum tertawa keras melihat wajah muram kakaknya.
"Gadis malang." pikir Erland dan bersiap membangunkan Helena sebelum gadis itu tiba-tiba membuka mata dan memperlihatkan manik silver nya.
"Aku bukan gadis malang."
Edward kembali tertawa keras saat melihat wajah gelagapan Erland. Kakaknya itu sudah berusaha mempersiapkan diri menerima akibat dari menganggu ketenangan seorang gadis--meski tidak yakin jika Helena masih seorang gadis. Namun, tidak berhasil dan malah membuatnya berubah menjadi gugup dan terkejut.
"Tawamu mengganggu tidurku!" ucapan kali ini berhasil menhentikan tawa Edward digantikan oleh raut terkejut dari pria yang mengenakan ikat kepala berwarna hitam itu. Sedangkan Erland berusaha menahan tawa melihat perubahan derastis wajah Edward.
Baru kali ini ada orang yang bisa merubah raut wajah Edward secepat itu, pikir Erland.
"Kau harus ke aula Kerajaan sekarang," Erland berucap ketika berhasil menetralkan tawa yang coba ditahannya namun tetap terdengar meski hanya sebuah cekikikan kecil.
Tanpa menanggapi apa yang di katakan Erland, Helena berjalan santai memasuki pintu utama istana sesekali melihat kearah lain saat menemukan sesuatu yang menarik perhatiannya.
Erland dan Edward melongo dan saling tatap. Baru kali ini mereka melihat Helena seberani itu berjalan sendiri dengan mata melihat kesana kemari.
Selama mereka menjemput Helena jika ada panggilan kerajaan, Helena hanya menunduk dengan tatapan kosong bagai raga tak berjiwa. Terkadang dia akan tersenyum tulus jika melihat seseorang menatapnya penuh iba.
KAMU SEDANG MEMBACA
Country revenge : ALHEGRA
AcakSetelah peperangan yang terjadi antara Aligart dan Alhegra yang menewaskan Raja dan Ratunya. Sang Puteri Mahkota kerajaan Alhegra kini berlari menjauh menyembunyikan adik dalam gendongannya dari orang-orang Aligart. Karena adiknyalah sasaran dan tu...