11. Titah Raja

5 4 0
                                    

Raja Galileo duduk di kursi kebesarannya setelah memperhatikan seisi aula. Sudah ada Ratu Felonia dan Puteri Gravina di sisi kanannya tersenyum hangat pada Raja Galileo. Sedangkan di sisi kiri ada Pangeran Galeon dan satu kursi kosong yang belum diisi oleh pemiliknya.

Si pemilik kursi akhiranya datang bersama kharismanya beserta wajah dingin yang terlihat berbeda. Keluarga Kerajaan merasakan hal itu, begitupun para pejabat kerajaan Aligart.

Meskipun terlihat datar tak berekspresi namun terpancar jelas aura kebahagiaan di matanya.

Hanya Gravina dan Galeon yang mengerti hal itu membuat mereka saling memberi tatapan maklum. Masih ada rasa rupanya, mereka menggangguk mengerti dengan apa yang mereka pikirkan.

Gravano yang sadar jika tengah diperhatikan masih tetap memberi tampang tidak peduli. Melangkah pelan menuju kursi miliknya yang bersebelahan dengan kursi Galeon. Lalu duduk disana dengan wajah acuh saat Galeon memainkan kedua alisnya dan tersenyum menggoda pada Gravano.

"Wajahmu menjijikkan!" Galeon mendelik tak suka saat diberi ucapan pedas oleh Gravano.

Raja Galileo yang mendegarnya juga hampir tertawa. Dia masih sangat ingat bagaimana permusuhan mereka berdua dulu. Entah karena apa saat mereka pulang dari pendidikan mereka, mereka jadi terlihat lebih dekat.

Pertengkaran yang mereka lakukan tidak lebih dari pertengkaran antara adik dan kakaknya. Pertengkaran mereka tidak seserius dulu sampai-sampai Gravano hampir lumpuh karena ulah Galeon.

Namun sekarang Galeon bahkan terlihat lebih dekat dengan Gravano meski Pangeran Mahkota itu bersikap dingin padanya. Bukan hanya pada Galeon tapi seluruh penghuni kerajaan.

Sikap dinginnya itu diturunkan oleh kakeknya Glend. Namun Raja Galileo sedikit bersyukur karena itu. Sifat yang dimiliki Gravano membuatnya tidak mudah terpengaruh oleh wanita-wanita yang mendekatinya begitu mudah.

Gravano dalam diamnya dapat membedakan mana topeng asli dan palsu seseorang. Belum lagi dia memiliki serta menguasai banyak kinesis dan memanfaatkannya dengan sangat baik. Membuatnya begitu disegani oleh rakyat kerajaan, bukan ditakuti.

Gravano juga adalah kakak yang begitu baik untuk kedua adiknya. Contohnya, meskipun dulu dia pernah hampir celaka karena perbuatan Galeon dan para anak selir lain--yang sudah tiada dalam peperangan--Gravano masih sangat bertanggung jawab untuk mereka.

Tidak ada dendam sama sekali dalam dirinya mengenai hal itu. Raja Galileo bahkan sangat mengingat apa yang dikatakan Gravano kecil saat sadar dari komanya  berbulan-bulan lamanya.

"Itu adalah resiko dan tanggung jawab yang harus ku terima sebagai calon Pangeran Mahkota."

Galileo sangat bangga karena logika bijak yang menjadi prioritas Gravano itu.

Drap! Drap! Drap!

Derap langkah beberapa orang menarik Raja Galileo dalam nostalgianya.

Dua pengawal setianya dan Helena di tengah mereka datang tepat setelah semua orang-orang kerajaan sudah datang berkumpul.

Semua orang disana menatap bingung pada satu objek, yaitu Helena.

Semua orang yang baru pertama melihat Helena hari ini bertanya-tanya.

Untuk pertama kalinya gadis itu datang dengan wajah cerah dan berjalan anggun. Memang selama ini Helena masih memiliki aura bangsawan, tapi dia selalu menunjukkan tatapan kosong dengan wajah yang selalu tertunduk.

Tapi kali ini gadis itu datang dengan wajah berseri meski terlihat pucat dan terdapat beberapa luka ditubuhnya. Raja tahu luka itu karena sudah membaca surat yang dikirim Victory. Namun yang menjadi pertanyaan besar adalah aura kinesis gadis--yang kini tersenyum anggun dan memberi hormat pada Raja--itu begitu besar.

Country revenge : ALHEGRA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang