"Hei, kalian kenapa terkejut seperti itu?" Helena bertanya dengan wajah yang penuh dengan rasa ingin tertawa. Namun harus ditahannya karena sekarang ada Gravano didepannya. Juga pertanyaan itu ditujukan pada kedua orang kepercayaan Pangeran Gravano.
Gravano kembali yakin jika Helena benar-benar berbeda. Menurut informasi yang diberikan Erland, selama kepergiannya Helena tidak seberani itu berbicara saat dipanggil ke kerajaan. Helena hanya terdiam bagai orang bisu. Namun yang dlihatnya sekarang berbeda, sangat berbeda.
"Em, Nona tadi berjalan terburu-buru. Nona pasti belum tahu dimana letak aula kerajaan." Edward menunduk dalam saat berbicara.
"Kalian saja yang lamban." Helena mengangkat bahu acuh membuat kini ketiga pria didepannya mengatakan hal yang sama.
'Dia memang sangat berbeda.'
"Aku juga akan kesana." Gravano melangkah tegas melewati Helena membuat gadis itu dengan cepat menghindar agar tidak bersentuhan dengan Gravano.
Mata Helena mengikuti langkah Gravano yang kian menjauh dengan tatapan kesal sebari mencibir.
"Apa pangeran kalian selalu seperti itu? Berbicara sepatah kata, lalu pergi begitu saja. Tidak memiliki tata krama sama sekali sebagai seorang bangsawan!"
Helena berbalik menanyai dua orang dibelakangnya. Bahkan dia berani mencibir seorang Pangeran, batin Erland dan Edward bersamaan namun diluar mereka menggeleng tidak tahu.
"Aish, kalian sepertinya tidak terlalu dekat dengan Pangeran kalian. Ayo,aku tidak ingin dikenal sebagai seseorang yang tidak tepat waktu."
Helena berbalik sebari mengangkat sedikit roknya yang terasa lebih panjang, melangkah pelan dengan anggun namun berwajah datar.
"Dia bersikap seakan kita yang diajak datang kemari." Erland mengangguk mengiyakan apa yang dikatakan Edward.
Setelahnya mereka melangkah cepat takut tertinggal lagi oleh gadis itu. Bahkan gadis itu terlihat tidak nyaman dengan pakaiannya padahal pasti pakaian seperti itu yang sering dia gunakan di Paradise.
Helena selalu saja terlihat menggerutu sepanjang perjalan karena tubuhnya terasa dingin mengenakan pakaian pendek. Bahkan kain sari yang seharusnya diselampirkan dibahu sudah dia pindahkan ke lehernya.
Tidak aneh, namun tampak indah. Itulah yang dipikirkan kedua pria yang mengikuti Helena dari belakang sebari saling pandang ketika Helena mengeluarkan sumpah serapah.
✴✴✴
Zera menatap malas pada pemandangan pasar tradisional dihadapannya. Bukan karena membenci keramaian, tapi karena tatapan mereka-warga desa-yang selalu tertuju padanya ketika dia lewat.
Setelah melakukan pertimbangan matang apakah dia bisa keluar dari rumah Helena dan mencari keberadaan gadis yang kini setengah Dewi itu--sama dengannya. Entah urusan apa yang membuatnya tidak ada dirumah sampai larut malam seperti ini.
Inikah salah satu kebiasaan warga dimasa lalu? Meskipun sama dengan apa yang ada dimasa depan. Tapi Helena adalah seorang gadis yang--secara tidak langsung--akan menjaganya selama di tempat ini.
Dan satu lagi yang Zera dapat ditempat ini. Meskipun sudah larut malam, tetap saja pasar terbuka dan masih banyak orang-orang yang berlalu lalang. Memang pekerja keras. Dan Zera harus menyimpan informasi itu baik-baik agar bisa menulisnya dirumah nanti.
Sebenarnya Zera bisa membawa buku itu kemana-mana, tapi Zera masih sangat ingat apa yang dikatakan Helena sebelum meninggalkannya sendiri dirumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Country revenge : ALHEGRA
AcakSetelah peperangan yang terjadi antara Aligart dan Alhegra yang menewaskan Raja dan Ratunya. Sang Puteri Mahkota kerajaan Alhegra kini berlari menjauh menyembunyikan adik dalam gendongannya dari orang-orang Aligart. Karena adiknyalah sasaran dan tu...