14. Rahasia Kai

6 4 0
                                    

Perlu waktu lama untuk bisa menghentikan pertengkaran antara Zera dan juga Kai.

Helena bahkan harus mengikat mereka berdua di kursi tempat meja makan dengan jarak yang cukup jauh.

"Hahaha, Helena kau kuat sekali bisa mengikat tiang listrik ini." Zera tertawa keras sampai-sampai hampir terjatuh kebelakang dengan tangan yang tertindis lebih dulu.

Perut Zera bahkan terasa sakit karena tertawa. Kai yang ditertawai berusaha menendang kursi Zera, namun karena posisi Zera yang terlalu jauh membuat dirinya yang terjatuh kesamping.

Melihat itu tawa Zera semakin bertambah, bulir air matanya sedikit keluar dan wajahnya memerah.

"Hentikan tawamu, jika kau tidak ingin pita suaramu pecah!"

Helena memberi tatapan peringatan pada Zera sebari membantu mengangkat kursi Kai. Pria itu juga berwajah memerah namun bukan karena terlalu banyak tertawa, tapi karena menahan amarah.

Kai bisa melawan tapi entah kenapa kekuatan kinesis Helena lebih besar dibandingkan dengannya. Mungkin karena sudah lepas dari Paradise membuat kinesisnya kembali.

Sedangkan Zera masih terus mencoba menetralkan tawanya hingga menyisahkan suara hembusan nafas cepat untuk menetralkan sakit di perut dan tulang pipinya.

"Kai, kau mantan pelukis Kerajaan?"

Helena kembali duduk dikursinya yang menghadap ke Zera dan Kai, hanya meja panjang beralas kain tipis berwarna biru yang memisahkan mereka.

"Bisa tolong lepaskan ikatannya dulu?" Kai menatap memohon pasa Helena meski sedikit tidak ikhlas. Baru kali ini dia memperlihatkan wajah seperti ini selain kepada gadisnya, ibunya saja tidak.

Helena menggeleng, "Aku tidak ingin lagi mengeluarkan tenaga untuk memisahkan kalian."

"Aku bahkan lebih yakin jika kalian itu bukan berteman tapi bermusuhan." sambung Helena sebari mengambil buah pisang,  mengupasnya lalu memakan setengahnya.

"Dia memang bukan temanku."

"Dia memang musuhku."

Kai dan Zera menjawab cepat sebari memalingkan wajah dengan tatapan datar.

"Sepertinya persahabatan kalian akan dipenuhi pertengkaran setelah itu akan tumbuh benih cinta dan kalian menikah."

Helena melempar kulit pisang itu ke tempat sampah tanpa melihat hingga kulit pisang itu terlempar ke sebarang arah.

"Mwo?!  Menikah? Maaf saja aku sudah punya Jimin Oppa." Zera berteriak heboh sebari berceloteh dengan beberapa bahasa yang tidak dimengerti Kai dan Helena.

"Hei kau gadis pendebat, siapa juga yang ingin menikah dengan mu. Sahabat saja mustahil. Dan harus kau tahu jika aku sudah punya seorang yang sangat aku cintai seumur hidupku!" ucap Kai, terdapat nada ketegasan disetiap kata-katanya.

Kini giliran Helena yang tertawa dengan memegang perutnya. "Hati-hati dengan ucapan kalian sendiri. Jika takdir berkata lain, nasib kalian akan selalu berubah seiring berjalannya waktu."

Kai dan Zera kompak menatap tak suka pada apa yang diucapkan Helena. Zera sebenarnya membenarkan karena Jimin yang disebutnya tadi hanya Idola-nya saja, mustahil dia bisa miliki.

Sedangkan Kai pun sedikit merasa ragu dengan gadis yang dicintainya. Apakah dia bisa mendapatkan dirinya? Dengan kasta mereka yang sangat berbeda.

"Kalian diam? Ah, aku tahu. Kalian pasti terenyuh dengan kata-kataku bukan? Akuilah jika apa yang kukatakan ada benarnya," Helena menatap bergantian Kai dan Zera meski keduanya masih sibuk dengan pikiran masing-masing.

Country revenge : ALHEGRA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang