12. Menyamar

7 5 0
                                    

Diluar istana kerajaan, tepatnya di gerbang belakang kerajaan. Zera dan pria pelukis bernama Kai berjalan mengendap sesekali bersembunyi saat ada pelayan ataupun penjaga yang lewat.

"Apa kau ingin membuatku menjadi tawanan kerajaan sebagai penyusup?!"

Zera bertanya dengan suara yang dipelankan saat sekali lagi mereka bersembunyi di balik pilar besar saat ada pelayan membawa nampan berisi buah-buahan.

"Kau mengatakan ingin mencari temanmu. Dan aku sedang membantumu sekarang. Jadi, diamlah!" Kai memperhatikan sekitar dan memastikan tidak ada lagi orang yang lewat. Lalu kembali berjalan mengendap diikuti oleh Zera.

Sebenarnya Zera tidak terlalu serius ingin mencari Helena. Toh dia sudah lama tinggal di negeri ini, belum lagi dia seorang Dewi mudah baginya mencari jalan jika sedang tersesat. Berbeda dengan dirinya. Kai adalah orang asing yang baru dia temui beberapa menit yang lalu. Sulit bagi Zera untuk percaya pada orang asing semudah itu.

Dan sekarang pria itu dengan mudahnya membawa Zera ke istana Kerajaan. Seperti penyusup pula.

Jika Helena ada di tempat ini juga, kenapa Kai itu mau membatunya mencari Helena. Secara 'kan Helena adalah tahanan Kerajaan dan Manta puteri Kerajaan musuh mereka dulu. Yaitu Alhegra.

Tapi pria itu dengan mudahnya menbantu dirinya.

"Disana ada gudang kerajaan, kau bisa mengambil baju pelayan disana. Kau bisa leluasa mencari temanmu."

Kai menunjuk pintu gudang yang paling belakang dari bangunan istana yang lagi-lagi dipenuhi ukiran merah.

Sepanjang perjalanan Zera selalu menemukan hal-hal yang dipenuhi warna merah. Bola matanya terasa pegal selalu melihat warna cerah dimalam hari, apalagi jika terkena sinar matahari dapat dipastikan mungkin Zera akan minus setelah pulang dari sini.

"Aku merasa kau seperti mengetahui seluruh isi Istana ini. Ada jabatan apa kau di Istana?"

Zera bertolak pinggang dihadapan Kai, namun pria itu tertawa pelan menambah wajah kesal pada Zera.

"Aku pelukis kerajaan dulu. Tapi karena aku akan melanjutkan pendidikanku jadi aku berhenti."

"Disini juga ada istilah seperti itu." Zera menurunkan tanganya lalu mengangguk pelan dan tersenyum senang.

"Ada apa denganmu?" Kai mengangkat satu alisnya menatap Zera dengan tatapan aneh.

"Ouw, aninde."

"Bahasa apa itu?"

Satu hal lagi yang Zeano berikan pada Zera. Yaitu mengetahui bahasa kuno negeri ini.

"Itu bahasaku sendiri. Artinya tidak."

Akan terasa aneh jika Zera mengatakan itu adalah bahasa Korea. Pasti dizaman ini tidak akan ada yang tahu bahasa itu. Secara bahasa korea dulu masih menggunakan aksara mandarin. Zera lupa pada Dinasti apa Hangul diciptakan.

"Aneh."

"Bukan aneh, tapi kreatif."

Zera tersenyum sebari mengangkat dagu bangga. Setelahnya dia di dorong pelan oleh Kai masuk kedalam gudang. Sendiri.

"Sendiri?!"

Protes Zera namun tidak dipedulikan oleh Kai. Dan menutup pintu itu cepat dengan mata mengawasi sekeliling.

Zera didalam gudang yang begitu minim pencahayaan bersungut-sungut dengan kaki menendang pintu gudang.

"Jangan berisik jija kau tidak mau berakhir di penjara bawah tanah!"

Country revenge : ALHEGRA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang