Helena berjalan mengendap memasuki istana. Untung saja hanya beberapa pelayan yang sudah bangun menyiapkan makanan pagi untuk keluarga Kerajaan. Memudahkan Helena kembali masuk kedalam istana.
Helena berjalan melewati lorong istana yang sudah dimasuki cahaya dari celah-celah kecil lubang dinding yang juga dipenuhi ukiran bunga Lyx.
Sepanjang jalan Helena terus memikirkan satu masalah besarnya yang kian hari selalu memperlihatkan cabang-cabang masalah seperti sebuah teka teki yang harus Helena pecahka agar masalah besar itu dapat diselesaikan.
Dan langkah awal yang harus Helena ambil adalah mencari cara agar dirinya dapat mengembalikan ingatan masa lalunya sebelum umur lima belas tahun.
Kenapa juga dirinya bisa melupakan memori masa kecilnya dulu? Apa ada orang yang sengaja menghapusnya atau bagaimana? Satu-satunya petunjuk yang Helena dapat dari Zera tidak terlalu bisa membantunya. Zera hanya membaca sejarah, dan sejarah tidak akan bisa tahu bagaimana perasaan sesungguhnya dari Helena juga masa lalunya.
Masa lalu yang mungkin dunia tidak ketahui. Masa lalu yang juga disembunyikan entah itu oleh Helena atau ketiga anak Raja itu. Tapi apa?
Duk!
Auw!
Dahi Helena terbentur pada sebuah dada bidang berlapis baju berbahan satin dengan motif sulur rumit milik Gravano.
Tubuh Helena yang hampir terjatuh karena benturan itu ditangkap cepat oleh Gravano. Pria berambut hitam legam itu dengan cepat melingkarkan kedua tangan besarnya ke pinggang ramping Helena dengan hati-hati.
Helena juga tanpa sadar menahan tubuhnya agar tidak terjatuh dengan memegang kedua bahu lebar Gravano sebari memejamkan mata.
Setelah menunggu bokongnya akan sakit menghantam lantai keras namun tak juga dia rasakan, Helena perlahan membuka manik silver nya.
"Jangan pernah melamun saat berjalan, Nona."
Suara Gravano mengagetkan Helena sampai gadis itu berteriak keras namun Gravano hanya terseyum.
Ya, tersenyum. Senyum yang hanya bisa dilihat oleh Helena.
"Kau mencari kesempatan ya?!"
Gravano kembali tersenyum. Helena benar-benar berbeda dari segala sisi. Helena melepas keras pelukan pada pinggangnya dan menatap nyalang pada Pangeran kurang ajar dihadapannya.
"Ya, kesempatan agar dapat bertemu dengan mu." Gravano menyatukan kedua tangannya dibelakang punggung dan menunduk sedikit melihat wajah yang dirindukannya.
"Ada masalah apa hingga kau ingin bertemu tahanan ini?" Helena mengangkat satu alisnya.
Gravano tersenyum sekilas,"Kau bukan tahanan."
"Lalu menurutmu apa?!" Helena bertanya cepat.
Gravano diam. Membuat Helena tertawa sinis seakan mengejek jika Gravano tidak bisa menjawab pertanyaan Helena yang dia mulai sendiri.
"Kenapa? Kau tidak bisa menja---"
"Helenaku." Gravano yang sedari tadi diam akhirnya mengeluarkan suara.
Satu kata yang keluar dari bibirnya berhasil menyentak Helena. Kalimatnya tidak terselesaikan karena terpotong.
Namun pada akhirnya Helena tertawa hambar. Menurutnya begitu lucu seorang Pangeran dari kerajaan lain mencintai Puteri dari Kerajaan musuh.
Entah atas dasar apa Gravano seperti menghianati kerajaannya sendiri. Gravano kembali diam, dia tahu reaksi Helena pasti akan seperti ini. Dia memang terlalu terburu-buru dalam mengatakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Country revenge : ALHEGRA
AcakSetelah peperangan yang terjadi antara Aligart dan Alhegra yang menewaskan Raja dan Ratunya. Sang Puteri Mahkota kerajaan Alhegra kini berlari menjauh menyembunyikan adik dalam gendongannya dari orang-orang Aligart. Karena adiknyalah sasaran dan tu...