07. Terhentinya Waktu

6 5 0
                                    

Diantara kehijauan rerumputan lapangan luas, terdapat seseorang berbaju putih yang tengah berlari menikmati angin segar. Selendang tipis yang tersampir di lehernya berkibar kebelakang terkibas angin.

Gaun putih bersih yang digunakannya menyapu lembut rerumputan. Senyum cerah menghiasi wajahnya. Mata bulat bernetra silver indah itu berbalik menatap kedatangan seseorang.

Kuda putih yang berlari membawa penunggangnya. Seorang pria berbaju kebesaran kerajaan Aligart. Rambut berwarna kecokelatannya sedikit bersinar di terpa sinar surya.

Gadis berbaju putih itu mengulurkan tangan saat pria berkuda tadi mulai mendekat kearahnya. Sang Pria pun mengulurkan tangan, namun yang dia ambil adalah selendah putih gadis itu.

Gadis yang tidak lain adalah Helena tersenyum. Pria itu berhenti lalu turun dari kudanya. Menghirup aroma wangi dari selendang gadisnya. Berjalan mendekat kearah Helena sehingga gadis itu dapat melihat dengan jelas siapa pria itu.

Pria yang pernah dia lihat saat naik pada pohon besar dekat dengan bangunan kerajaan dan melihat Pangeran Mahkota Negeri Aligart--Gravano.

"Gravano?"

Bukan pertanyaan namun lebih ke arah bingung Helena menatap pria yang kini tersenyum manis di hadapannya--mungkin hanya dalam mimpi pria itu tersenyum manis.

"Bersabarlah, tunggu aku menyelesaikan semuanya disini. Lalu aku akan menjemputmu," Gravano besuara dengan nada lembut, tatapannya tidak pernah lepas dari netra Helena.

Helena semakin mengerutkan keningnya. Rasa bingung akan apa yang diucapkan Gravano membuatnya berfikir keras.

Helena kini mencoba menyambungkan apa yang di lihatnya saat di kerajaan Aligart dan ucapan Gravano. Dan sekarang muncul pertanyaan dikepalanya yang harus dia tanyakan pada Zera.

Sekarang Helena paham. Gadis yang ditatap rindu oleh Gravano saat menatap bangunan Istana Paradise adalah Helena yang dulu. Namun apa hubungan sebenarnya antara mereka berdua?

Mata Helena terbuka perlahan. Dia hanya bersandiwara tidak sadarkan diri namun berakhir hingga dia tertidur dan mendapat mimpi yang setidaknya menjawab sedikit akan masalah yang ingin dia pecahka.

Aroma menyengat ramuan kembali memenuhi pernafasannya. Helena dapat melihat Tabib itu tengah membelakanginya dan menumbuk sesuatu. Sepertinya dia belum menyadari jika Helena sudah terbangun.

"Aku harus menemui Zera sekarang,"  batin Helena sebari berusaha sepelan mungkin terduduk di tepi ranjang.

Baru saja dia akan menginjakkan kakinya pada alas kaki putih miliknya tiba-tiba waktu seolah-olah terhenti. Namun tidak dengan Helena.

Helena tidak terpengaruh sama sekali. Tabib, itu juga terdiam.

"Apa yang di lakukan Zeano itu? Kenapa dia menghentikan waktu seperti ini?"

Helena sekarang adalah pemegang kekuatan Matahari setelah Dewa Matahari  di turunkan dari jabatannya dan diasingkan.

Dewa Matahari sendiri adalah ayah dari Zeano, Dewa pengendali waktu. Jadi kekuatan itu tidak akan berlaku baginya.

Dan Helena baru mengingat jika Zera bisa ke masa lalu karena bantuan Zeano. Mungkin saja pria itu tengah menemui Zera.

"Aku harus kesana. Sekarang ada dua pertanyaan yang harus aku ajukan pada gadis masa depan itu. Apa hubungan Helena dan Gravano dan apa hubungannya dengan Zeano." ucap Helena.

                                   ✴✴✴

"Zera," panggil Zeano tepat saat pria itu selesai menghentikan waktu.

Country revenge : ALHEGRA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang