Chapter 5

2.6K 304 18
                                    

BRAAK !!

Sampai satu dobrakan di pintu kelas X IPA 4 kembali terdengar. Menampakkan Guyanto Abdullah sang pembina OSIS dengan tatapan yang sulit diartikan oleh para senior dan junior di kelas itu.

Pak Guy maju menuju Janhae yang masih memandangnya bingung. Sebenarnya tak hanya Janhae, semua junior juga bingung dengan maksud gurunya itu.

Hanya suara sol sepatu pak Guy yang beradu dengan keramik kelas yang jadi backsound di tengah keheningan kelas. Tiba di depan Janhae Pak Guy mengulurkan tangannya, yang membuat Janhae menaikkan sebelah alisnya tanda tak paham.

"Kau tak mau menjabat tanganku, Janhae?" Pak Guy berucap diselingi senyum manis.

Janhae yang sadar dari bingungnya langsung menjabat tangan Pak Guy yang terulur padanya sambil mencium tangannya tanda hormat.

"Selamat Ulang Tahun Janhae.", Pak Guy dan seluruh anggota OSIS yang ada di sana kompak bersuara memecah kebingungan.

"Haa? Apa maksudnya ini?" Yang ulang tahun malah gagal paham.

Tak lama muncul sang ketua OSIS dengan kue ulang tahun dan lilin berangka 16 diatasnya.

"Kau ulang tahun, bodoh." Nammon berucap sambil menatap Janhae geli.

"Nam.. " Pak Guy memperingatkan Nammon atas bahasa yang digunakannya.

"Ups, maaf. Habis dia terlalu lama loadingnya." Gurau Nammon yang dibalas gelak tawa semua penghuni kelas.

"Jadi, itu tadi semua cuma bohongan kak?" Punpun yang terlanjur penasaran bertanya takut-takut.

"Iya dek. Kami hanya ingin sedikit mengerjai Janhae di hari ulang tahunnya." Jumpol yang menjawab.

"Sedikit apanya? Krist saja sampai berurai air mata tadi." New mengucap lirih tapi masih terdengar oleh Singto karena dia masih berdiri di posisinya tadi, di samping meja Krist.

Singto memandang bersalah pada Krist. Sungguh dia tak bermaksud membuat juniornya itu sampai menangis. "Dek, kakak minta maaf ya. Sudah jangan menangis." Singto berkata canggung yang dibalas anggukan oleh Krist. Tangan kanan Singto tiba-tiba terulur menghapus sisa air mata di pipi kiri Krist membuat Krist menahan napasnya sejenak. Singto sendiri juga tak sadar sepertinya. Tangannya bergerak sendiri seolah itu adalah hal paling benar yang dia lakukan. Sampai wajah Krist yang mendongak seolah minta dilepas menyadarkannya.

"Ah, maaf." Singto kaget dan langsung menurunkan tangannya sebelum ada orang yang melihat tingkah anehnya tadi.

"Kalau begitu kita tiup lilin lalu makan kuenya saja sama-sama. Bagaimana?" Usul Jumpol yang mendapat sorakan persetujuan dari yang lainnya.

....

Jam menunjukkan pukul satu siang lebih ketika kelompok Krist berkumpul di meja pojok kantin untuk membahas masalah sangga mereka. MOPDB baru berakhir sepuluh menit yang lalu.

Di meja panjang itu sudah ada Krist, New dan Oajun di satu pangku panjang. Sedangkan di sisi lain ada Bank, Harit dan Toptap.

"Newwie, Tawan kemana? Tinggal dia saja kan yang belum datang?" Oajun bertanya sambil menyedot es tehnya.

"Kenapa tanya padaku? Memangnya aku pengasuhnya apa?" Balasan sewot New membuat yang lain bingung.

"Bukannya kau dan dia seperti hp dan kartu sim? Selalu menempel." Krist ikut bersuara yang membuat seluruh temannya tertawa dan New yang makin menekuk wajahnya.

"Perumpamaanmu apa tak ada yang lain Krist?" Harit masih tak bisa berhenti tertawa.

"Kalau jaman dulu kan seperti amplop dan perangko. Karena sekarang tak ada yang pakai surat dan pakainya hp, ya seperti hp dan kartu sim dong."

MOPDB SMA N 137 (SingtoXKrist) (Lokal AU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang