Chapter 24

1.5K 191 31
                                    

"Dia siapa??" Si pria menunjuk Krist dengan dagunya.

Tak ada yang berani memandang matanya. Mata sang pria menatap tajam. Wajahnya tampak tegas meskipun usianya tak lagi muda. Tipikal pimpinan yang disegani bawahannya.

Aku mau pulang ibuuu -batin Krist takut ditatap begitu

Ibu Singto yang melihat kecanggungan di depannya langsung berdiri menyambut sang suami.

"Eee.. dia.. temannya Singto yah.." ujarnya bingung.

Ayah Singto hanya diam namun matanya tak lepas dari dua orang pemuda di kursi ruang tamu.

"Ayo ayah mandi dulu saja, biar kusiapkan baju gantinya." Tambah sang ibu menuntun ayahnya ke kamar mereka di lantai dua.

"Baiklah. Badanku juga sudah keringat semua." Ayah Singto hanya mengekori isterinya tanpa menoleh.

Huft......

Krist menghembuskan nafasnya lega. Badannya menyender di sofa ruang tamu.

Singto tersenyum maklum dan mengelus puncak kepala si manis. "Maaf ya, ayah memang orangnya agak keras. Tapi dia baik kok."

"Mas pernah tidak mengajak teman mas yang lain main kesini?"

"Em.. pernah kok. Tapi selalu saat ayah pergi tugas karena dia tak suka keramaian. Kau tahu sendiri seberapa berisiknya teman-temanku."

Krist memgangguk lucu. Kemudian matanya berkedip seolah teringat sesuatu. "Ayah mas seorang tentara ya?"

Singto menggeleng.

"Atau polisi?" Yang ditanya memggeleng lagi lalu tertawa.

"Kenapa kau mengiranya begitu?"

"Habisnya dia seram. Seperti tentara atau polisi saja."

Singto ikut menyenderkan badannya di senderan sofa lalu memandang Krist di sampingnya. "Ayahku hanya pegawai kabupaten biasa Krist. Dia kepala dinas perhubungan kabupaten."

Si manis langsung menegakkan tubuhnya. "Wahh.. kadishub mas?"

Singto mengangguk.

"Hebat dong. Jadi kedua orang tuamu PNS semua ya.." tambah Krist.

"Iya. Mereka pegawai negeri semua."

"Makanya rumahmu sebagus ini. Ternyata keluargamu termasuk kalangan priyayi* mas. Tak seperti keluargaku." Suara si manis mulai melirih di akhir.

Singto ikut menegakkan tubuhnya. Memegang kedua tangan si manis.

"Stt.. kau bilang apa sih?"

"Akuu.. aku merasa tidak pantas ada di posisi ini, mas. Harusnya pacarmu juga dari kalangan orang terhormat, kan?" Si manis makin menunduk.

Tangan Singto terulur, mengangkat dagu si manis. Nampak raut sedih dan murung di wajah Krist.

"Kau berkata apa sih, sayang.. aku ataupun keluargaku tak pernah memandang seseorang dari statusnya. Lagipula kau berharga dengan segala kelebihanmu. Kau manis. Kau lucu. Kau bisa membuat bahagia orang di sekitarmu. Dan hanya kau.... pemilik hatiku." Mata keduanya saling pandang.

Kalau tak ingat bisa kepergok ayah dan ibunya mungkin sudah Singto lahap bibir merekah didepannya itu.

Suara langkah kaki menuruni tangga membuat Singto dan Krist langsung memberi jarak pada posisi duduk mereka. Keduanya saling beetatap canggung.

"Sing, disuruh ayahmu belikan obat pegal di warung depan." Ibu Singto ternyata yang datang sambil menyerahkan selembar uang lima puluh ribuan.

"Memang ayahnya kemana bu?" Tanya Singto setelah menerima uangnya.

MOPDB SMA N 137 (SingtoXKrist) (Lokal AU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang