Chapter 13

1.9K 244 32
                                    

Acara pentas seni masih berlangsung. Api unggun di tengah lapangan juga belum menampakkan sinyal akan segera padam.

Singto, si pradana putra yang terkenal dingin dan irit senyum memandang sosok junior yang tadi pagi diboncengnya sedang turun panggung.Tak satupun gerak-gerik Krist yang luput dari pandangan Singto.

Sang pradana undur diri pada teman-teman di sampingnya untuk kemudian menuju pada orang yang dari tadi diperhatikannya. Membuat seulas senyum aneh muncul dari temannya, Ice yang dipamitinya barusan.

Singto duduk di sisi kiri Krist yang kebetulan kosong. Memperhatikan lebih dekat juniornya yang sepertinya tak sadar akan kehadirannya karena terlalu menikmati penampilan di atas panggung.

Di sela tepuk tangan tanda bergantinya penampil, Krist menoleh kaget. Mendapati sosok seniornya yang hanya diam tanpa repot ikut tepuk tangan.

Sejak kapan dia di sini? -batin Krist

Krist memutuskan menyapa terlebih dahulu seniornya itu. "Hai, kak. Menonton juga?" Tanya Krist sambil tersenyum.

"Iya. Dan aku sangat menikmatinya." Balas Singto tanpa senyum. Membuat Krist bergidig karena aura dominan Singto. Dia tak tahu saja kalau bukan tampilan di atas panggung yang sedang dinikmati si pradana putra.

"Kalau begitu ayo menonton lagi." Krist menutupi rasa gugupnya dan memusatkan atensinya pada penampil selanjutnya.

Jam menunjukkan pukul sembilan malam ketika tepat penampil terakhtir selesai melakukan tugasnya. Satu persatu para junior mulai masuk tenda untuk tidur.

Bukan tanpa alasan mereka langsung tidur. Selain memang capek tadi juga sempat ada desas desus akan diadakan jurit malam. Jadi sebelum nanti tengah malam mereka dibangunkan paksa dalam keadaan masih mengantuk lebih baik mereka tidur sekarang.

Namun para senior dan beberapa junior juga ada yang masih duduk di tengah lapangan menghangatkan diri dengan sisa api unggun yang sudah mulai mengecil.

Krist, New dan Singto masih di posisi mereka. Kini mereka sedang menikmati petikan gitar dari White. Sebuah lagu berjudul 'Terlalu Manis' milik grup band Slank dinyanyikan serempak meski lirih oleh mereka.

Tak lama Harit bergabung dengan mereka, di susul Oaujun yang keluar lagi dari dalam tenda.

"Kau dari mana, bocah?" New bertanya pada Harit.

"Hanya makan bakso tadi. Aku lapar." jawab Harit agak gugup.

"Sendirian?"

"Ehm.. iya" meski jawabannya menghasilkan tatapan curiga dari teman-temannya tapi Harit masa bodoh.

"Yang lain kemana?" tanya Harit lagi.

"Tawan, Bank dan Toptap sudah tidur di tenda." Oaujun yang menjawab.

"Ya sudah. Aku mau tidur juga." Harit bangkit dari duduknya dan melenggang menuju tenda.

Kemudian Singto juga berdiri dan pergi menghampiri para rekan bantaranya setelah mendapat kode lambaian tangan dari Apple.

Krist memandangi seniornya itu sendu. Kenapa saingannya harus seperti kak Apple itu. Berat sekali.

Ehh berat apanya? Saingan apanya?? Tidak-tidak.. -Krist membatin sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Krist, kau kenapa?" Krist hanya menggeleng menjawab Newwie. Matanya masih memandang Singto yang sekarang duduk di sebelah Apple.

New mengikuti arah pandang Krist dan tersenyum mengerti.

"Kak Singto pernah pacaran dengan Kak Apple, tapi sekarang mereka sudah putus. Dan sepertinya kak Singto juga sedang menyukai orang lain sekarang." Jelas New tanpa ditanya.

MOPDB SMA N 137 (SingtoXKrist) (Lokal AU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang