Epilog

3K 212 127
                                    

Krist melangkahkan kakinya di atas lembut rerumputan. Kesunyian dan hawa dingin melingkupi badannya yang hanya terbalut kaos lengan panjang berwarna hitam.

Aroma petrichor menguar harum dari sela tanah basah bekas hujan tadi sore.

Krist sudah jadi mahasiswa tingkat dua sekarang. Berarti sudah tiga tahun pula sang kekasih meninggalkannya.

Tepat hari ini, lima tahun lalu Krist dan Singto resmi menjadi sepasang kekasih. Mengubah 'kau dan aku' menjadi 'kita'.

Lima tahun lalu, setelah Krist menerima pernyataan cinta Singto di teras rumahnya, sang mantan pradana membawanya ke taman yang tengah disusurinya ini.

Semua sudah jadi kenangan. Hanya kenangan. Kini tak ada Singto di sampingnya. Krist seorang diri merayakan anniversary mereka.

Si manis menghentikan langkahnya. Duduk di bangku yang menjadi spot favoritnya dan sang kekasih jika berkunjung kemari.

"Semuanya masih sama, mas. Hanya saja sekarang aku datang tanpamu." Gumam Krist entah pada siapa.

Matanya menerawang ke atas. Bahkan bintang saja tak mau menemaninya malam ini.

Drtt...

Handphone-nya bergetar. Panggilan masuk dari sang ibu.

Krist tahu ibunya pasti khawatir. Tapi sekarang dia hanya mau sendiri. Hatinya butuh ketenangan. Jadi dia tolak panggilan tersebut lalu mematikan daya handphone-nya sekalian.

Satu air mata lolos, yang langsung dihapus oleh si manis.

"Apa aku terlalu cengeng, ya mas.." masih menggumam.

"Hiks.. aku merindukanmu, mas. Kau sedang apa di sana?"

Si manis menundukkan kepalanya. Membiarkan air mata berlomba keluar dari mata beningnya. Dia hanya ingin mengungkapkan kesedihannya malam ini.

Lama Krist menangis sendiri. Badannya bergetar. Punggungnya bergerak naik turun. Suara sesenggukan dibiarkan mengalun bebas.

"Hiks.. hiks.."

"Krist."

Isakkan Krist langsung berhenti. Ada seseorang di belakangnya. Kepala si manis menoleh lambat.

"Hiks.. hiks..." Isakkannya malah semakin menjadi-jadi. Tangannya membekap mulut dengan kepala yang digelenglan.

Orang yang tadi memanggilnya jadi panik sendiri. Didekatinya tubuh si manis. Lalu berjongkok tepat di depannya.

"Hei, kenapa malah menangis?" Tangannya terulur mengelus pipi basah Krist.

"Hiks.. hiks.." Tak ada jawaban. Hanya isakan.

Orang tadi beralih duduk di samping Krist. Membawanya dalam pelukan erat.

"Sstt.. jangan menangis lagi. Aku disini. Aku pulang, sayang." Bisik orang itu di telinga Krist.

"Hiks.. kau bilang tak bisa.. hiks.. pulang."

Orang itu tersenyum. "Maafkan mas-mu ini, sayang. Mas bohong. Mas sudah di rumah sejak kemarin."

Krist mendongak menatap Singto, yang sedang memeluknya.

"Jadi, saat kemarin aku menelfonmu kau sudah di rumah?"

"Iya. Aku bohong waktu bilang mau ada latgab di Jayapura hari ini. Aku hanya ingin memberi sureprise padamu."

Krist cemberut parah. Melepas pelukannya dan duduk menjauhi sang kekasih.

"Selamat. Sureprise-mu sukses besar."

Singto terkekeh lagi menanggapinya. Gemas dengan sikap Krist yang tak pernah berubah sejak dulu.

"Krist.. " panggil Singto. Krist tak menoleh.

"Dek.." masih tak menoleh.

"Calon istriku.."

Krist menoleh cepat. "Ish, apa sih? Asal saja kalau bicara."

"Happy 5th anniversary, ya. Kemarikan tanganmu!"

Dengan bingung Krist membiarkan Singto mengambil tangan kirinya. Memasangkan sesuatu di jari manisnya.

"Cincin perak?" Krist mengangkat sebelah alisnya. Memandang jarinya yang sudah berhias cincin pemberian Singto.

"Bukan. Ini emas putih." Jawab Singto singkat.

"Untuk?"

"Hadiah anniversary kita tentu saja."

"Tapi aku tak menyiapkan apapun untukmu, mas." Tatapan Krist tampak menyesal.

"Tak apa, sayang. Tapi aku boleh minta sesuatu, kan?"

"Apa?"

"Tunggu aku, ya. Sedikit lagi. Tinggal setahun lagi, Krist. Setelah itu kita pasti akan bisa bersama, satu atap bahagia. Bahkan untuk selamanya."

"Mas.."

"Tunggu mas sebentar lagi, ya."

Krist menangis sambil mengangguk semangat. Masih tak percaya, cinta monyetnya akan berakhir sebahagia ini. Singto, sang pradana yang awalnya hanya bisa dia kagumi saja kini bahkan bisa dia miliki.

Tapi ini baru awal. Kisah mereka masih akan terus berlanjut. Sampai satu diantaranya harus meninggalkan atau ditinggalkan. Bukan lagi karena jarak. Tapi karena takdir dan usia yang sudah digariskan sang kuasa.











...













Terimakasih banyak readers yang sudah baca dari awal sampai sekarang. Saya tahu cerita ini masih sangat banyak kurangnya.

Dari cerita ini saya mulai berani menunjukkan coretan saya. Membagikan cerita yang awalnya hanya akan saya simpan di otak saja. Meski hasilnya, sangat amatir. Hehe.

Sekali lagi terimakasih banyak..
Selamat membaca untuk yang belum sempat membaca dari awal.

Sampai jumpa di buku saya selanjutnya.. jangan lupa mampir.

Semoga ada ide  untuk buat cerita dengan cast Peraya lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semoga ada ide  untuk buat cerita dengan cast Peraya lagi.

Bye..bye.. 😘😘

Bonusnya aku kasih Edward Cullen sama Bella Swan versi Thailand nihh..

Bonusnya aku kasih Edward Cullen sama Bella Swan versi Thailand nihh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Love you readers.. 🧡💛💚💙❤️💜

MOPDB SMA N 137 (SingtoXKrist) (Lokal AU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang