Chapter 15

1.9K 233 27
                                    

Kegiatan outbond sudah dimulai sejak sepuluh menit yang lalu. Lagi-lagi setiap sangga berbaris rapi di tengah lapangan menunggu giliran keberangkatan.

Jalur yang diambil berbeda dengan semalam yang masuk ke dalam hutan. Kegiatan outbond ini dilakukan di area persawahan yang belum ditanami padi dan di sebagian kebun milik warga. Posnya pun tak seseram atau semenegangkan semalam. Hanya ada permainan melatih kekompakkan dan keberanian. Sikap para bantara yang bertugas juga berbeda dengan semalam. Mereka lebih ramah dan bersahabat tanpa adegan marah-marah.

Sayangnya si manis Krist malah tak bisa ikut kegiatan outbond pagi ini. Dirinya yang sejak awal sudah ngotot ingin ikut outbond malah kembali tumbang karena badannya lemas efek asmanya kambuh semalam. Jadi sekarang dia hanya sendiri tiduran di dalam tenda.

Bayangan seseorang nampak di pintu belakang tenda sangga Rajawali.

"Krist, dek.. kau di dalam??" Sebuah suara familiar mengagetkan si manis yang sudah hampir menutup mata.

Krist bangkit dan membuka sedikit pintu belakang tendanya, bermaksud mengintip.

Seorang pemuda bercelana pramuka, kaos hitam pendek, sandal gunung, dan sebuah hasduk melilit di leher. Muka Krist jadi memerah lagi setiap berhadapan dengan orang ini.

"Iya, ada apa ya kak?" Krist mempersilahkan Singto masuk.

Si pradana duduk di tengah tenda bersama si junior manis. "Tadi aku bertemu anggota sanggamu di lapangan. Mereka bilang kau sakit lagi."

"Eh.. tidak kok kak. Saya sudah tidak sakit. Hanya lemas saja."

"Dek, jangan terlalu formal saat kita di luar area sekolah, ya." Singto memandang tepat ke mata Krist.

Yang lebih muda menunduk, menjawab kikuk, "Tapi kita kan sedang kegiatan resmi sekolah, kak." Suaranya lirih tapi Singto masih bisa mendengarnya jelas.

"Kalau begitu, jangan gunakan bahasa formal saat kita hanya berdua. Bagaimana?" Usul Singto.

"Emmmm baik kak."

"Oh ya kak, ini jaket kakak saya.. eh, aku.. aku kembalikan. Terimakasih ya kak.." Krist menyerahkan jaket hitam Singto yang tadi dipakainya.

"Iya, sama-sama, dek."

Krist meremas jarinya gugup.

Kenapa aku jadi mati gaya begini sih? -batin Krist

"Kak, kenapa kakak tidak ikut outbond?" tanya Krist lirih.

Singto tersenyum. Tangannya terangkat mengusap rambut Krist lembut, membuat muka Krist makin panas saja.

"Aku bertugas menjaga sekretariat, dek. Jadi tidak ikut turun langsung ke pos."

"Lalu kenapa kakak masih di sini?"

"Eoh.. kau mengusirku?" Satu alisnya terangkat. Pura-pura marah.

"Bu..bukan, bukan begitu maksudnya, kak. Hanya saja, nanti siapa yang menjaga sekretariat kalau kakak mengobrol denganku di sini?"

Singto mengembangkan tawa renyahnya lagi. Juniornya satu ini lucu sekali kalau sedang gugup.

"Sudah ada Captain dan Janhae di sekretariat. Lagipula yang disini lebih penting untuk dijaga."

"Hah? Maksudnya, kak?"

"Eh, sudahlah lupakan. Bagaimana keadaanmu sekarang?" Singto mengalihkan pembicaraan.

"Hanya tinggal lemas saja kok."

"Kalau begitu istirahat saja. Apa aku mengganggumu?"

"Tidak, kak. Sebentar lagi juga pasti pulih."

MOPDB SMA N 137 (SingtoXKrist) (Lokal AU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang