"Tapi Krist, aku......" Singto menggantungkan kalimatnya.
"Aku apa kak?" Krist bertanya penasaran.
Genggaman tangan Singto makin mengerat.
"Akuuu......"
Mata Krist semakin lekat memandang sosok di depannya yang sedang melawan gugup.
"Dek, aku tak akan mengulangi ini. Jadi tolong dengar baik-baik." Krist mengangguk.
Satu hembusan nafas keras dari Singto. "Aku hanya.. mungkin kau sudah bisa menebak dari perlakuanku padamu selama ini, dek." Mata Singto berfokusbpada tangan mereka yang saling menggenggam di atas meja.
"Aku menyukaimu." Singkat dan jelas. Kepala Singto mendongak. Melihat reaksi si junior manis.
Sedangkan yang dipandang malah mengerjapkan matanya lucu lalu menarik tangannya yang sedang digenggam Singto membuat si pradana tersentak kaget.
Dia marah? -batin Singto
"Ehmm, maaf dek kalau pengakuanku membuatmu marah atau merasa tidak nyaman. Aku hanya..."
"B..bukan begitu, kak. Aku hanya kaget saja, iya kaget." Krist tersenyum paksa.
"Jadi tak masalah kalau menyukaimu?" Tatapan Singto tampak melembut.
Krist mengangguk. "Itu hak kakak. Aku tak berhak mencegahnya, kan?"
"Lalu, jika aku meminta kau jadi kekasihku, apa kau mau Krist?"
Krist hampir tersedak ludahnya sendiri. Gila. Seniornya ini gila. Apa dia tak pernah tahu yang namanya basa-basi? To the point sekali.
Si manis memainkan tangannya gugup. Jantungnya sudah seperti jumpalitan di dalam dada. Nafasnya juga seperti baru lari marathon.
Apa asmaku mau kumat lagi ya? -batin Krist
Lama tak ada jawaban dari si junior, Singto memutuskan kembali membuka suara.
"Krist, apa jawabanmu dek?" Suaranya lembut sekali terdengar di telinga Krist.
"Emm, kak. Tapi.. kakak kan ssu.. sudaaah.. punya pacar?" Entah ini pertanyaan atau pernyataan.
Gantian Singto yang melayangkan tatapan bingungnya. "Pacar? Aku? Siapa? Aku tak punya pacar, dek."
"Lalu, kak Apple? Atau mungkin kakak sedang pendekatan dengan kak Apple?" si manis menunduk lagi, membuahkan senyum tipis di bibir tebal Singto.
Bolehkah aku berharap dia sedang cemburu? -batin Singto
Diraihnya lagi tangan Krist di atas meja. Kali ini dua-duanya dia genggam.
"Apple hanya temanku. Kami memang pernah punya hubungan tapi itu sudah lama. Kami sudah berakhir. Lagi pula di sini (mengarahkan tangan Krist yang digenggamnya ke dadanya) sudah ada orang lain."
Muka Krist sudah seperti kepiting rebus. Semua darahnya seperti mengalir ke wajahnya.
"Namanya Krist Abiyu Naufal, bukan Apple atau orang lain." Singto melanjutkan.
Krist masih menunduk. Memandang apapun asal jangan wajah serius Singto. Malu dia.
"Jadi Krist, jika kau masih belum mau jadi kekasihku, tak apa. Aku akan bersabar menunggumu sampai kau mau dan siap jadi milikku." Krist memasang telinganya sungguh-sungguh. Tak mau ada satu katapun dari Singto yang terlewat.
"Asal kau mengizinkan aku membuktikan padamu jika rasaku padamu tulus Krist. Aku tak pernah main-main dengan perasaanku. Suatu saat nanti aku harap jika aku mengajukan pertanyaan yang sama kau sudah punya jawabannya." Singto tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
MOPDB SMA N 137 (SingtoXKrist) (Lokal AU)
FanfictionSeputar Masa Orientasi Peserta Didik Baru dan tetek bengeknya yang menyenangkan bagi senior tapi menyusahkan kalau kata para junior. Just chek this out !!