Chapter 25

1.5K 200 40
                                    

Dengan langkah ragu-ragu Krist mendekati sofa dimana ayah Singto duduk. Di tangan si manis ada secangkir kopi susu yang masih mengepul.

Bunyi kecil tatakan cangkir yang beradu dengan cangkirnya menunjukkan kalau tangan si manis bergetar takut sekaligus ragu.

Sedangkan yang dituju sedang memfokuskan atensinya penuh pada televisi di depannya. Duduk tegak dengan remot di tangan kanan dan setoples kripik pisang di atas meja depannya.

"Permisi, om. Ini kopi untuk om.." Krist membungkuk lalu meletakkan cangkir kopi di samping toples kripik di atas meja.

"Hm.. duduklah." Sang ayah menepuk ruang kosong tepat di samping kirinya.

Krist hanya mengangguk, lalu mendudukkan dirinya di pojok sofa. Dia terlalu segan untuk duduk tepat menempel di samping ayah Singto.

Yang lebih tua menyesap kopinya pelan sambil memikirkan sesuatu.

"Kopi ini kau yang buat?" Ayah Singto bertanya setelah meletakkan kembali cangkirnya.

Krist mengangguk kecil. Kepalanya menunduk mandang remasan tangannya di atas paha. "I..iyya, om." Memang benar itu buatan Krist. Tadi ibu Singto yang menyarankannya membuatkan kopi susu untuk sang suami.

Ayah Singto mengangguk-anggukan kepalanya.

"Kau teman sekelas atau teman di luar sekolah Singto?"

"Saya adik kelasnya, om."

Dahi sang ayah mengernyit. "Hanya adik kelas?"

Kris mengangguk. Tapi sepertinya ayah Singto tak melihat anggukannya. Karena dia sudah kembali memperhatikan penuh layar televisi.

"Ah, sebentar. Sudah mau mulai."

Krist yang kebingungan dengan maksud lawan bicaranya ikut mengalihkan pandangannya ke arah televisi. Ada sedikit tarikan senyum di sudut bibir si manis.

"Wah.. derby jawa timur ya, om?"

Celetukan Krist membuat ayah Singto menengok ke arahnya dengan pandangan bertanya. "Kau tahu juga?"

Krist mengangguk semangat. "Tentu saja, om. Aku pendukung salah satunya."

"Arema atau Persebaya?" Mata sang ayah memicing.

Krist meneguk ludahnya, takut jawabannya tak disukai ayah Singto. "Arema, om" wajahnya menunduk lagi.

"Bagus!! Kita satu tim. Aku aremania dari muda asal kau tahu."

Krist mulai berani mengangkat wajahnya dan memandang sosok di depannya dengan binar lucu di matanya.

"Aku juga aremania om. Pokoknya setiap pertandingan mereka pasti seru. Apalagi kalau lawannya Persib Bandung."

"Kau benar, anak muda. Persib memang lawan bebuyutan kita. Tapi Persebaya atau Madura United juga bukan lawan yang gampang." Dua orang itu malah asyik ngobrol menghiraukan Arema dan Persebaya di televisi yang sudah mulai kick off  sepuluh menit yang lalu.

"Iya, om. Apalagi sekarang para pemain pilar Arema masih banyak yang cidera. Lini depan ditinggal Dedik, bagian belakang juga tak ada Alfarizi. Pasti berat."

"Kurasa yang tanggung jawabnya paling berat ya kapten Hamka Hamzah. Dia harus melindungi lini belakang tapi juga terkadang harus overlap membantu penyerangan."

Krist mengangguk membenarkan opini sang calon mertua.

"Kau mau kripik pisang, Krist? Ambillah." Ayah Singto mengulurkan toples kripik pada Krist.

"Iya om, terimakasih." Ujar Krist sambil mengambil sedikit keripik yang ditawarkan padanya.

"Kau suka bola luar juga tidak Krist?" Tanya ayah Singto setelah kembali menyesap kopinya.

MOPDB SMA N 137 (SingtoXKrist) (Lokal AU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang