Prolog

5.1K 365 3
                                    

"Krist, kau jadi mau mendaftar di mana?" Ibu Krist bertanya jengah pada anaknya yang baru lulus SMP tapi tak kunjung mencari sekolah baru.

Yang ditanya hanya menoleh sekilas dari game yang ditekuninya dari pagi hingga sekarang matahari sudah tinggi. "Entahlah bu, mungkin aku akan ke SMA 137 saja." jawabnya enteng.

"Kau pikir gampang masuk kesana? Bukannya itu salah satu SMA favorit ya? Lebih baik kau masukkan berkas pendaftaranmu ke SMA lain juga, sekalian jaga-jaga jika di SMA 137 kau tidak diterima."

"Tenang bu, nilaiku lumayan tinggi kan, 36,5 dari 40,0 kurasa cukup untuk masuk ke situ. Lagi pula aku tak mau mendaftar ke tempat lain lagi, malas. Kalau sudah takdirku sekolah disana pasti diterima, kalaupun belum ya tinggal daftar ulang tahun depan, atau ke Jakarta saja cari kerja." agak sombong memang tapi Krist memang selalu masuk tiga besar di SMPnya jadi nem segitu wajarlah untuknya.

"Bocah gemblung! asal saja kalau bicara. Kau pikir ijasah SMP mau cari kerja apa? babu? tukang parkir? atau tukang semir sepatu?" gerah juga lama-lama berbicara dengan anak badungnya ini.

"Kita lihat saja nanti bu, besok aku akan kesana dan mendaftar. Ibu do'akan aku ya.."

Ibunya hanya mengangguk bosan, "Tentu saja, memangnya siapa yang mau anaknya jadi gembel di Jakarta."

Akhirnya setelah penantian yang tidak terasa (Krist tak pernah mengecek peringkatnya di jurnal PPDB, padahal teman seangkatannya hampir tiap hari menyambangi mading SMA 137 untuk mengecek jurnal, siapa tahu peringkatnya lengser jauh jadi bisa langsung dicabut dan mendaftar ke SMA lain) Krist diterima di SMA 137 dengan peringkat nilai ke 44 dari 202 siswa dan bonusnya dia ada di kelas IPA tentu saja.

Dari sinilah mulai acara MOPDB yang benar-benar tak diharapkan oleh Krist (mungkin).

MOPDB SMA N 137 (SingtoXKrist) (Lokal AU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang