Chapter 20

1.7K 209 86
                                    

Sekali lagi Krist mengelap keringat di dahinya dengan punggung tangan. Cuaca sore ini memang masih terasa terik. Dan si manis malah harus berdiri kepanasan di depan gerbang sekolah menunggu kekasihnya yang sedang antri mengeluarkan motornya dari parkiran.

Ngomong-ngomong soal kekasih, belum ada teman mereka yang tahu kalau status Krist dan Singto sudah resmi berpacaran sejak dua hari lalu.

Tiiiiin..

Suara klakson motor Singto sedikit mengagetkan Krist. Sang junior langsung mendekat dan menerima uluran helm dari seniornya.

"Mukamu kelihatan capek sekali hari ini." Singto memulai pembicaraan saat motor mulai melaju. Tangan kirinya mengelus tangan Krist yang melingkar di perutnya.

Krist menghembuskan nafas. Menyandarkan kepalanya di pundak kiri si pradana.

"Aku baru saja ulangan kimia. Rasanya pusing sekali menghafalkan nama dan letak unsur-unsur itu." Jawab Krist lemas.

Singto menanggapinya dengan senyum. "Tapi kau bisa kan?"

"Entahlah mas. Mungkin malah aku akan remed untuk ulangan kali ini."

"Jangan sedih. Nanti kuajari kimia lain kali." Singto menghibur Krist.

"Kau sih enak. Punya otak pintar di segala bidang." Krist menggembungkan pipinya.

"Makanya nanti kuajari, sayang. Masa calon istri juara olimpiade kimia sekabupaten remed ulangan kimia sih??" Singto bermaksud menggoda.

Krist malah memukul pundak belakang Singto. "Istri-istri, apaan sihh." mulutnya makin manyun.

Sang pradana malah tersenyum melihat tingkah si manis. Menggemaskan sekali menurutnya.

"Dek, kalau kapan-kapan kau kuajak main ke rumah mas, adek mau?" Tanya Singto lembut. Matanya agak melirik ke spion, melihat ekspresi kekasihnya.

"Ke rumah mas? Bertemu dengan orang tua mas Singto?" Krist malah balik bertanya.

"Iya, sayang. Aku ingin kau mengenal keluargaku juga. Bagaimana?"

"Tapi, aku malu mas."

"Kok pakai malu segala? Memangnya kau tak punya hidung apa? Atau tak pakai baju?"

Mendengar sautan Singto yang malah bercanda membuat Krist memukul kembali bahu belakang sang pradana.

"Ouch.. sakit sayaaaang."

"Habisnya, aku bicara serius kenapa mas malah bercanda?"

"Iya, iya. Kau tak perlu malu, dek. Keluargaku punya pandangan yang open minded kok."

Krist masih melamun, belum menanggapi omongan Singto.

"Apa lagi kau manis, pasti mereka senang punya calon mantu sepertimu." Goda Singto lagi.

"Apa sih maaas." lagi-lagi muka Krist berhasil dibuat mendidih oleh kata-kata manis si anggota OSIS itu.

Perjalanan sampai rumah Krist terasa singkat karena obrolan-obrolan ringan mereka. Singto menghentikan motornya tepat di halaman rumah si manis.

"Aku langsung pulang, ya. Sudah sore." Singto menerima helm dari Krist.

"Iya. Mas hati-hati di jalan." Jawab Krist tersenyum.

"Kau juga. Jangan rindu kalau nanti aku sudah pergi ya." Tangan Singto mengelus puncak kepala Krist.

"Besok juga bertemu lagi. Kenapa harus rindu?"

"Karena aku juga selalu merindukanmu setiap aku tak bersamamu, dek."

"Ck. Kau habis makan gula ya mas? Mulutmu manis sekali."

MOPDB SMA N 137 (SingtoXKrist) (Lokal AU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang