Baru beberapa detik yang lalu Newwie dan Krist menginjakkan kaki di depan gerbang SMA N 137. Tapi lagi-lagi teriakan senior mereka menginterupsi untuk segera berkumpul ke lapangan.
Dua pemuda berparas manis ini sama-sama menghembuskan nafasnya kasar. "Tunggu aku Newwie.." Yang diajak bicara menengok ke sahabatnya yang tertinggal di belakangnya sebelum...
BRUGHH ..
Tubuh Krist terduduk di tanah. Sepertinya tak sengaja menginjak tali sepatunya sendiri.
"Kalau jalan hati-hati makanya dek.." Suara berat menghentikan kegiatan Krist yang sedang mengusap lututnya. Sepertinya tergores. Kepalanya mendongak menatap sosok berseragam pramuka bantara lengkap yang sedang mengulurkan tangan di depannya.
"A..a..h iya kak. Terimakasih." Krist menjawab gugup sambil meraih tangan si pemuda dan berdiri di hadapannya.
Tanpa menanggapi ucapan Krist pemuda itu justru pergi begitu saja menuju arah lapangan bergabung dengan gerombolan para bantara dan laksana yang lain.
*(Bantara biasanya kelas XI, sedangkan laksana biasanya kelas XII. Bantara adalah panitia pelaksana dalam kegiatan pramuka sedang laksana hanya penasehat dan pengawas.)
Setelah terbengong menyaksikan adegan drama di depan matanya Newwie bergegas mendekati Krist. "Kau tak apa?" Yang ditanya hanya mengangguk. Masih memandang kerumunan di mana senior penolongnya tadi telah bergabung.
"Kau mengenalnya Krist?" Newwie kembali buka suara ketika mereka mulai berjalan beriringan menuju lapangan.
"Tidak. Hanya saja aku seperti pernah melihatnya." Krist berucap sambil mencoba mengingat-ingat dimana dia pernah bertemu seniornya itu.
"Bodoh!!" Satu geplakan diterima Krist di kepalanya dari sang sahabat.
"Aww. Kenapa kau memukul kepalaku??"
"Karena kau bodoh. Tentu saja kau pernah melihatnya. Bukankan dia yang tadi pagi jadi anggota OSIS seksi kedisiplinan itu? Namanya Singto kalau tidak salah."
"Itu kau tahu. Kenapa juga pakai tanya aku kenal atau tidak? Kan tadi pagi sudah kenalan?"
Newwie menarik nafas panjang sebelum kembali menanggapi pertanyaan Krist. Temannya ini susah sekali diajak bicara.
"Maksudku apakah sebelum ini kau sudah mengenalnya Krist? Sebelum di sekolah tadi pagi? Kenapa dia menolongmu?"
"Oh.. Tidak sama sekali. Dann dia menolongku karena kasihan tentu saja. Memang apa lagi?"
"Apa tadi kau tak lihat dia langsung berlari ke arahmu waktu melihat kau jatuh dan menolongmu?"
"Masa? Kukira aku memang jatuh tepat di dekatnya?"
Obrolan mereka berhenti saat sampai di lapangan dan langsung bergabung di barisan untuk mengikuti apel pembukaan latihan upacara.
Ketika semua sudah tenang giliran pradana putra maju ke tengah lapangan sebagai pemimpin upacara. Pradana adalah istilah untuk ketua keanggotaan bantara pramuka. Ada dua pradana dalam satu pangkalan (istilah untuk sekolah dalam pramuka) yaitu pradana putra dan pradana putri.
Seorang pemuda dengan baju seragam pramuka penuh badge, hasduk merah putih melilit leher jenjangnya, pluit menggantung di lengan kiri, tali pramuka terikat di pinggang, sepatu pantovel hitam mengkilap serta baret menutup surai berjalan tegap menuju tengah lapangan. "Narendra Singto Prasetyawan" nama yang tertera pada dada atasnya.
"Pasukan saya ambil alih. Semuanya.. siap grak!" Suaranya tegas menggelegar. Menutup mulut para peserta upacara yang sempat berbisik ria sebelumnya.
Mata Singto mengedar dari ujung timur sampai ujung barat memindai wajah-wajah tegang para juniornya. Ketika pandangannya bersiborok dengan mata Krist yang menyipit karena menghalau sinar matahari sore yang tepat mengarah padanya, sudut bibirnya terangkat. Meski hanya sedikit. Entah itu senyum atau malah seringai, hanya Singto dan Tuhan yang tahu.
....
Hari pertama latihan pramuka di isi dengan materi-materi dasar di dalam kelas dan sedikit pengenalan baris berbaris di lapangan. Krist dan para junior laki-laki yang lain duduk di bawah pohon kelengkeng mendengar arahan-arahan baris berbaris dari senior mereka Nammon.
"Rapatkan kaki kalian lalu buka bagian ujungnya. Bahu tegap sejajar, pandangan lurus ke depan." Nammon menjelaskan sambil berpose memberi contoh.
"Kalau posisi tangannya bagaimana kak?" Yang bertanya namanya Tawan. Tadi Krist sempat melihatnya berbicara akrab dengan Newwie. Sepertinya mereka sudah saling kenal sebelumnya.
"Dengarkan dulu baru bertanya. Kak Nammon belum selesai menjelaskan." Dingin memang. Inilah Ice, salah satu bantara dari kelas XI IPA. Badannya kekar, makannya sekali dia bicara banyak yang langsung ciut nyalinya.
"Tangan kalian diletakkan tepat dijahitan celana, di samping tubuh kalian. Jangan lupa mengepal. Posisi kepalannya seperti hendak memeras kelapa. Luruskan jempol kalian." Nammon meneruskan penjelasannya dengan tenang namun tegas membuat para junior mudah mengerti.
Ketika Nammon kembali melanjutkan menjelaskan Singto datang dan berbisik sejenak pada sang ketua OSIS lalu maju menghadap para junior.
"Perhatian sebentar. Mulai besok kalian akan mulai berlatih dalam sangga (regu) masing-masing. Kalian bebas mencari teman satu sangga kalian dengan jumlah anggota tujuh orang persangga. Daftar nama anggota serta nama sangga diserahkan pada kak Gunsmile pada latihan besok. Apa ada yang belum kalian pahami?" Singto berbicara panjang lebar tapi ekspresinya tetap saja datar. Membuat para junior yang hendak bertanya jadi mengurungkan niatnya. Mungkin kecuali satu orang_
"Kak, apa kami harus memilih ketua sangganya juga?" Krist mengangkat tangan dan bertanya dengan nada polosnya. Si manis sempat memandang bingung teman-temannya yang memandangnya dengan tatapan 'apa kau serius?'nya.
"Pertanyaan bagus. Kalian tentukan sekalian ketua dan wakil ketua sangga kalian. Dan satu lagi, mulai latihan besok lengkapi atribut pramuka kalian. Akan ada sanksi bagi yang atributnya tidak kengkap. Paham?"
"PAHAM !!" Semua junior putra menjawab serempak.
Setelah berpamitan pada Ice dan Nammon, Singto pergi menuju ke sanggar Pramuka yang letaknya tepat di depan ruang OSIS.
....
"Jadi siapa saja anggota kita?" Krist bertanya pada Newwie yang sedang menyedot es tehnya. Mereka, para junior putra masih berada di bawah pohon kelengkeng sambil menikmati waktu istirahat sebelum apel penutupan.
"Kau catat saja Krist. Besok langsung serahkan pada kak Gunsmile." Malah Tawan yang menanggapi.
"Baiklah. Jadi aku, Newwie, Tawan..."
"Harit, Bank, Toptap dan..." Tawan mendikte Krist sambil mencari siapa lagi yang pas mereka jadikan anggota terakhir.
"Oaujun bagaimana?" Usul Newwie sambil tak lepas dari es-nya.
"Ah iya, Oaujun saja. Dia sekelas dengan kalian kan?" Tanya Tawan pada Newwie dan Krist.
"He'em..," gumam Krist sambil menulis. "Besok kau yang mengumpulkan mereka ya, aku yang akan serahkan daftarnya." Tunjuk Krist pada Tawan.
"Tapi kita belum memiliki nama sangga dan ketua serta wakil ketuanya." Sela Newwie lagi.
Mereka kembali diam dan berpikir. "Bagaimana kalau istirahat makan siang besok saja kita semua berkumpul dan tentukan nama serta ketuanya?" Tawan memberi usul.
"Baiklah." Krist.
"Aku ikut saja." Newwie.
Bersambung...
Leave a vote and comment pleaseee..
Sorry for typo and thankyou 😉
KAMU SEDANG MEMBACA
MOPDB SMA N 137 (SingtoXKrist) (Lokal AU)
FanficSeputar Masa Orientasi Peserta Didik Baru dan tetek bengeknya yang menyenangkan bagi senior tapi menyusahkan kalau kata para junior. Just chek this out !!