"KRIST !!"tubuh ringkih di depan Singto tiba-tiba terkulai lemas menubruk dada dan pundak si pradana putra.
Semua orang yang ada di sana mengerubungi tubuh Krist yang sekarang di dekap erat oleh Singto sambil duduk di rerumputan.
"Aku sudah menelfon Neen. PMR akan segera datang." Ice memberi tahu Singto.
"Ice, tolong ambilkan jaketku!" Singto menunjuk jaket yang tersampir di dahan pohon belakangnya.
Setelah mendapat yang ia inginkan Singto memakaikan jaketnya tadi pada Krist yang masih menggigil. Dekapannya juga semakin mengerat, berharap Krist tak akan kedinginan lagi.
"Kalian lanjutkan saja perjalanan kalian. Ini sudah hampir subuh." Ice berbicara pada anggota sangga Rajawali yang lain.
"Tapi kak, Krist bagaimana?" Oajun yang bertanya.
"Kalian tenang saja. Dia tanggung jawab kami. Kami yang akan mengurusnya." Ice menatap Oaujun dan yang lain bergantian.
Para anggota sangga Rajawali yang lain akhirnya menurut meski rasanya sangat khawatir pada teman seperjuangan mereka itu.
Tawan kembali memimpin teman-temannya berbaris rapi untuk melanjutkan perjalanan.
"Katakan pada petugas di lapangan kalau anggota kalian berkurang satu karena sakit." Pesan Ice.
"Siap!! Iya. " Mereka menjawab serempak untuk kemudian lanjut berjalan.
Tak lama setelah sangga Rajawali pergi Neen datang dengan sekotak peralatan P3Knya. Dia menghampiri Singto yang masih memeluk Krist. Ice sendiri masih mengurus sangga berikutnya yang sudah datang ke pos mereka.
"Dia kenapa, Sing?" tanya Neen memeriksa keadaan Krist.
"Sepertinya asmanya kambuh." Jawab Singto
Neen mengeluarkan inhealer dari kotak yang dibawanya lalu memasangkan pada mulut Krist. Nafas si manis yang tadi tersengal-sengal sudah mulai nampak teratur.
Tepat setelah inhealer dilepas oleh Neen mata Krist terbuka memandang wajah-wajah kakak kelasnya.
"Krist, apa yang kau rasakan?" tanya Neen.
"Dingin, kak. Rasanya seperti disiram es. Kepalaku pusing."
"Minum ini dulu, ya." Neen menyerahkan sebutir obat sakit kepala dan segelas air mineral pada Krist. Si manis yang memang tidak susah untuk minum obat langsung menelannya.
"Ayo sekarang kita ke tenda PMR saja." Ajak Neen
Singto memapah Krist untuk berdiri. Tapi belum dua langkan berjalan tubuh Krist limbung. Sepertinya memang sangat pusing. Si pradana memutuskan menggendongnya di punggung dengan diawasi oleh Neen di belakangnya.
Krist sendiri langsung menempelkan pipinya di punggung Singto setelah si pemilik punggung mulai berjalan. Mata Krist terpejam menahan pusing.
....
Awalnya Krist dibaringkan di tenda PMR oleh Singto. Namun karena di tengah lapangan akan diadakan senam pramuka dan dari tenda PMR suara sound-nya akan sangat mengganggu, Singto memutuskan memindahkan Krist ke ruang kumpul bantara di aula dekat lapangan.
"Berikan ini jika dia nanti demam atau sakit kepala ya, Sing." Neen menyerahkan sabungkus paracetamol pada Singto. Gadis itu akan mengikuti senam bersama di lapangan.
"Dan oleskan ini di badannya jika dia kedinginan." Neen kembali menyerahkan sebotol minyak kayu putih pada Singto.
Kini di aula hanya tersisa Krist yang tertidur beralas tikar berbantal tas Singto dan sang pradana putra yang duduk di sampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MOPDB SMA N 137 (SingtoXKrist) (Lokal AU)
FanfictionSeputar Masa Orientasi Peserta Didik Baru dan tetek bengeknya yang menyenangkan bagi senior tapi menyusahkan kalau kata para junior. Just chek this out !!