Byungchan berdiri di depan gedung pencakar langit yang lumayan jauh dari kantornya. Dia bela-belain ke sini cuma buat ambil dompet yang isinya nggak seberapa. Tapi bukan soal isi, sih. Itu dompet hadiah dari seseorang yang dulu pernah spesial.
"Halo, aku udah di depan kantor kamu," kata Byungchan sopan pas nelpon Juri.
"Oke, aku tunggu," jawab Juri.
Byungchan duduk di atas motornya, sambil ngaca di spion. Masih pake seragam tentara karena langsung ke sini abis dinas, kebetulan Juri juga lagi lembur. Sekarang udah jam 11 malem lewat.
"Hmm, masih oke lah walau belum mandi," gumam Byungchan, muji diri sendiri. Soalnya kalo bukan dia, siapa lagi yang muji? HEHE.
Dia lagi asik ngaca, padahal ya mukanya gitu-gitu aja. Tiba-tiba dia lihat sosok cewek di spionnya. Kaget, dia langsung noleh ke belakang. Eh, ternyata beneran orang.
"Maaf ya, nggak sengaja ngagetin," kata cewek itu, yang nggak lain adalah Juri.
"Hehe, lumayan sih," balas Byungchan.
"Tadi aku ragu, ini beneran kamu apa bukan," Juri nyengir.
"Oh iya, boleh minta dompet aku?" tanya Byungchan.
"Boleh dong, ini," Juri nyodorin dompet.
Sebelum ngambil dompet, Byungchan mau masukin HP ke kantong, tapi malah jatoh. "Hehe, jatoh," kekehnya sambil nunduk ngambil HP.
Pas mau berdiri lagi, dia kaget ngeliat kaki Juri... nggak napak di tanah.
!!!!!
Dia diem aja, masih ruku' kayak mau solat. Padahal biasanya pegel kalo lama-lama gitu, tapi sekarang badannya langsung mati rasa.
"Byungchan!" panggil seseorang dari sebelah kanan.
Dia noleh. Dan itu Juri. Juri beneran.
Dia langsung noleh lagi ke arah semula. Udah kosong, nggak ada siapa-siapa.
Byungchan langsung lemes, duduk di aspal. Juri yang ngeliat itu langsung jalan cepat ke arahnya.
"Kamu kenapa?" tanya Juri sambil jongkok di samping Byungchan.
"Kamu bisa berdiri bentar?" kata Byungchan dengan nada lemes.
Walau bingung, Juri berdiri juga.
"Napak," gumam Byungchan liat kaki Juri beneran di tanah.
"Kamu tadi liat sesuatu yang mirip aku, ya?" tanya Juri sambil nyengir tipis.
Byungchan angguk, masih bengong.
"Itu arwah kembaran kamu, ya?" tanya Byungchan pelan.
Juri ketawa, "Nggak, itu cuma makhluk iseng. Satpam di sini udah biasa, kok."
"Berarti tadi beneran hantu?" tanya Byungchan merinding.
"Iya. Hantu kan jin. Jin bisa berubah jadi siapa aja. Mungkin tadi dia lagi iseng aja," jelas Juri santai.
Byungchan ngeri sendiri.
"Mending kita cabut dulu dari sini, yuk?" kata Juri.
Byungchan langsung buka jok motornya, ambil helm cadangan buat Juri. Helm ini sebenernya helm Gyuri, sih. Tapi yaudahlah.
Mereka cabut dari kantor Juri dan berhenti di McD. Mau ngajak makan ke mana pun, ujung-ujungnya Byungchan pasti ngajak ke McD.
"Eh, dompet aku boleh minta lagi? Mau bayar hehe," kata Byungchan sambil nyengir.
"Oh, iya! Tapi aku bayar sendiri-sendiri aja kali, ya?" Juri jawab santai.
"Nggak gitu, kata Rasulullah bayar sendiri-sendiri nggak baik. Biar sekarang aku yang bayarin, besok kamu yang traktir," balas Byungchan sambil cengengesan.
"Oh gitu... ya udah deh."
Setelah pesen makanan, mereka duduk berhadapan. Byungchan masih agak shock sama kejadian tadi.
"Masih syok ya?" tanya Juri sambil senyum.
Cantik banget sih senyumnya. Kata-kata Yuta langsung muncul lagi di kepala Byungchan.
"Eh, halo? Byungchan, kok ngelamun?" Juri lambaikan tangan di depan mukanya.
"Oh, hehe maaf. Gimana kalo kita santai aja? Panggil aku Byungchan aja," kata Byungchan.
"Oke, kalo gitu panggil aku Juri aja," jawab Juri sambil senyum manis.
Cantik, sih. Tapi entah kenapa Byungchan rasanya biasa aja.
***
Pagi itu di rumah keluarga Choi, suasana agak ramai di meja makan. Mereka jarang bisa kumpul lengkap kecuali saat makan bareng.
"Itu mobil Hangyul, kamu pake?" tanya Byungchan ke Yena sambil menunjuk mobil di luar.
"Bukan, dia nginep di sini. Kemarin kita kena macet di jalan, sampe rumah malem banget. Terus ayah nyuruh dia nginep," jawab Yena sambil melirik sekitar, memastikan ayahnya nggak ada.
Yena mendekat dan berbisik, "Ayah ngunciin aku dari luar kamar, lho."
Byungchan langsung ngakak. "Ya iyalah, kalo nggak ada ayah juga gue yang bakal ngunciin lu dari luar."
Mereka lagi asik ngobrol sampe tiba-tiba Seunghyun muncul turun dari tangga. "Ada apa nih, ngomongin ayah segala?"
"Nggak ada apa-apa kok, yah," jawab Yena cepat.
"Oh iya, Hangyul di mana?" tanya Seunghyun sambil melihat sekitar.
"Dia lagi ambil sesuatu di mobil," kata Yena.
Nggak lama kemudian, Hangyul muncul dari luar. "Pagi, Om. Pagi, Bang," sapanya sambil tersenyum kaku.
"Selamat pagi," sahut Seunghyun. Byungchan pun menggeser kursinya, mempersilakan Hangyul duduk di sebelahnya.
Hangyul kelihatan agak canggung duduk di antara dua 'penjaga' keluarga Choi. Salah dikit, bisa-bisa kena 'basoka' dari mereka.
"Kaku banget, sih. Santai aja, Gyul," kata Byungchan sambil senyum lebar.
"Iya, lagian om udah nggak nyuruh kamu pegang peluru, kan," timpal Seunghyun sambil menahan tawa.
Hangyul cuma bisa ketawa kecil, nggak enak hati.
Seunghyun tiba-tiba mengeluarkan HP-nya dan menyerahkannya ke Hangyul. "Gyul, kamu kenalin om sama yang ini dong? Cocok nggak, kira-kira? Kamu follow dia di Instagram, tapi om udah minta follow back kok belum di-acc."
Hangyul ngeliat ke layar HP, dan matanya langsung membesar. Yena penasaran, jadi dia ikut ngintip.
Byungchan yang liat ekspresi mereka langsung kaget. Tapi Hangyul lebih parah, mukanya pucat kayak liat hantu.
"Om, ini... ini mama saya," cicit Hangyul pelan, mukanya makin nggak karuan.
Seketika suasana meja makan jadi hening. Seunghyun cuma ngedip nggak ngerti, sementara Yena dan Byungchan berusaha keras buat nahan ketawa, tapi susah.
Seunghyun baru sadar dan langsung tarik HP-nya dengan muka setengah malu. "Oh... gitu, ya. Kenapa nggak bilang dari awal sih, Gyul? Nggak seru kamu."
Hangyul cuma bisa senyum kaku, masih ngerasa awkward.
Di sisi lain, Byungchan hampir kehabisan napas nahan ketawa, dan Yena akhirnya ngakak duluan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Choi Family
FanfictionKisah keluarga Ayah Seunghyun dan anak nya Yena dan Byungchan. spin-off fiat lux!