Part 5. Kejutan

4.6K 277 11
                                    

Harsya tetap berdiri di tempatnya. Mengamati dengan saksama, saat wanita cantik yang sangat ia rindukan itu melangkah cepat, setengah berlari ke arahnya.

Berdiri tegak dengan membuka satu tangannya pria itu menyambut Livia. Sementara sebuah buket mawar besar berada di tangan yang lainnya.

Tubuh lelaki itu sedikit terhuyung ke belakang, saat serta merta Livia menjatuhkan diri dalam dekapannya. Erat, Harsya membalas dekapan itu, membuat tubuh Livia sedikit terangkat, tak lagi menyentuh lantai.

"Aku juga sangat merindukanmu ...," bisik Livia lirih.

"Apa?"

"Aku juga sangat sangat sangat merindukanmu."

"Bisa kamu ulangi sekali lagi?"

Livia melepaskan pelukannya, begitu Harsya kembali menurunkan  tubuhnya.

"Kenapa seminggu ini aku tak bisa menghubungimu? Kenapa kamu tidak mengangkat teleponku?"

"Aku sibuk ... ada beberapa yang harus kuselesaikan," jawab Harsya dengan tatapan tak berqlih sedikit pun, dari wajah sang kekasih.

"Sesibuk itukah? Sampai mengangkat teleponku pun kamu tidak bisa, Mas?"

"Aku hanya ingin--"

"Apa?" sergah Livia cepat.

"Aku hanya ingin kamu merindukanku." Harsya mencubit cuping hidung Livia.

"Apa kamu sudah makan siang? Aku akan memasak unt--"

"Tidak perlu. Aku hanya ingin bersamamu saja. Dan kamu, tidak perlu melakukan apa pun hari ini."

Beriringan, keduanya berjalan ke area parkir. Sepanjang melangkah, Livia terus bergelayut di lengan Harsya.

"Mas, kenapa cepat sekali kamu datang lagi ke sini? Baru sepuluh hari setelah kamu pulang terakhir kali, bukan?" Livia bertanya sembari memasang sabuk pengaman.

"Apakah tidak boleh?"

"Bukan begitu, hanya saja ...."

"Bukankah sudah kubilang, aku merindukanmu?"

Livia tersenyum, menatap ke arah Harsya yang duduk di belakang kemudi. Meraih jemari lelaki itu, lalu menggenggamnya.

"Hanya karena rindu?"

"Aku juga ingin memelukmu."

"Hanya itu?" tanya Livia lagi.

"Apa kamu memintaku melakukan yang lain hari ini?" Harsya menatao Livia yang sedari tadi mengukum senyuman.

"Maksudmu ...." Livia melepas sabuk yang baru ia kenakan lalu mengecup pipu sang kekaaih sekilas. "Begitu?"

"Aish!"

Dengan cepat Harya menahan tangan Livia saat wanita itu hendak kembali ke tempat duduk semula. Hal itu membuat sang kekasih berteriak, kaget sekaligus malu, saat terduduk di pangkuannya.

"Ah ... M--as, apa yang mau kamu lakukan?" tanya Livia saat Harsya menahan pinggul di pangkuan lelaki itu.

"Menurutmu?" Pria itu semakin mendekatkan wajahnya, lalu mendaratkan bibir, dan memagut sang kekasih.

***

Duduk berdampingan, Hasrya dan Livia menikmati semilir angin malam yang baru saja menjelang. Gerimis telah berhenti beberapa saat lalu san menyisakan khas aroma tanah yang masih basah. Menyamarkan wangi melati yang tumbuh rimbun di pekarangan depan rumah mungil Livia.

Wanita itu menaikkan kedua kakinya ke kursi rotan, sembari memeluk kedua lutut. Rambutnya tergulung ke atas, dengan hanya mengenakan kaus oblong dan celana tidur.  Dua cangkir kopi terhidang di atas meja kecil yang juga terbuat dari rotan, aroma khas wanginya bahkan bisa tercium dari kepulan asap yang masih tersisa.

Only You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang