Part 12. Sheyna

4.1K 289 17
                                    

Gadis yang berlutut itu terisak. Tubuhnya bergetar diliputi ketakutan yang luar biasa. Sementara bahunya terguncang, meski sekuat tenaga ia menahan tagisan. Satu tangan memegang perutnya yang mulai membuncit, sedangkan satu tangan yang lain berada dalam genggaman seorang lelaki, yang juga berlutut di sisinya.

"Pergi kau dari sini!" Suara seorang wanita menggelegar.

Wanita yang mengenakan blus berwarna hijau tua itu berkacak pinggang. Tak jauh di belakangnya, sang suami duduk dengan wajah kaku, dan rahang mengeras menahan luapan amarah.

"Lepaskan tangan perempuan itu, Hendra!" pekik sang nyonya sembari menyebut nama putranya yang kini berlutut.

"Sampai kapan pun, aku tidak akan melepaskannya, Ma ... aku mencintainya," ucap Hendra dengan nada bergetar.

Hendra mempererat genggaman tangannya. Melalui sudut mata, dia  bisa melihat sang kekasih Rahayu, kian larut dalam tangisnya. Ingin ia mengutuk diri sendiri, karena tak mampu menghibur ataupun melepaskan wanita tercinta dari rasa takut. Akan tetapi, Hendra harus melakukan ini, demi janin yang tumbuh di rahim Rahayu saat ini. Buah cinta mereka.

"Dia menjebakmu, Hendra! Sadarlah!" Lagi, terdengar sang nyonya berteriak.

"Ma! Aku mencintainya!"

"Cinta yang membutakanmu, hingga kau rela membuang berlian demi serpihan kaca seperti dia!"

"Cukup, Ma! Kumohon. Sekarang ini dalam rahimnya ada anakku, cucu mama!"

"Cuih! Bagaimana kau bisa yakin kalau dia anakmu? Kalau dia mau merelakan dirinya untukmu, bukan berarti dia tak melakukannya dengan orang lain, bukan! Sadarlah!"

"Mama!"

"Kenapa?! Kau marah?!" hardik wanita itu lagi pada putra semata wayangnya.

"Kalau Mama tidak mau menerimanya, maka Hendra pun akan keluar dari rumah ini!" ucap Hendra dengan bibir bergetar.

"Hendra!"

"Maaf, Ma. Aku tidak punya pilihan lain ...," ucap pria itu lagi sembari menelan getir.

"Kau menghancurkan dirimu sendiri, Hendra! Kau membuang kesempatanmu untuk menjadi lebih besar, hanya demi perempuan ini?!"

Wajah ibunda Hendra yang putih itu kini merah padam. Amarah menguasai wanita itu saat menyaksikan putranya berkeras demi kekasihnya.

"Aku berjanji akan memulainya dari awal. Itu jika Mama dan Papa memberiku kesempatan. Tetapi jika--"

"Apa?!" Sang ibu memotong cepat.

"Jika kesempatan itu tidak ada, maka tidak ada lagi alasaku untuk tetap di sini. Aku akan meninggalkan semuanya hari ini, ternasuk Mama."

Selesai dengan ucaoannya, Hendra mengeluarkan dompet dari saku celana dan meletakkannya di lantai. Tak hanya itu, ia juga menaruh kunci mobil, bahkan membuka sepatu bermerek dan jam tangan mahal yang dipakainya.

Setelah itu Hendra bangkit, lalu membantu Rahayu untuk mengikutinya. Direngkuhnya bahu wanita yang ia cintai itu, lalu melangkah keluar.

"Hentikan!" Suara sang ayah menggelegar di belakang mereka.

Hendra menghentikan langkah dan berbalik. Demikian juga Rahayu, yang sejak tadi hanya diam seribu bahasa tatkala menyaksikan perselisihan antara anak dan orang tua yang terjadi di hadapannya.

"Aku akan tetap pergi, jika Mama dan Papa tidak menerima Rahayu sebagai istriku," kata pria itu penuh penekanan, sedangkan Rahayu hanya menggeleng lemah sembari mencengkeram lengan sang kekasih.

Only You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang